96. Love Bird

14.1K 1K 30
                                    

Dengan bangga, Nick menghampiri Ima yang ada di lobby. "Assalamualaikum, Sayang!" ucapnya. Kemudian ia langsung memeluk Ima dan mengecup pipinya.

"Waalaikumsalam," jawab Ima. Ia membiarkan apa pun yang ingin dilakukan oleh suaminya. Selama itu masih dalam batas wajar.

"Maaf ya aku gak bisa jemput. Tapi nanti kita pulang bareng!" ucap Nick, mesra.

"Iyaa, kamu kan sibuk, Sayang," sahut Ima.

"Ya udah kita ke ruangan aku, yuk!" ajak Nick. Ia merangkul pinggang Ima dan mengajaknya ke ruangan. Mereka dikawal oleh beberapa orang demi keamanan.

"Tadi kamu sudah makan?" tanya Nick. Ia sangat senang karena ini kali pertama Ima mendatangi kantornya itu.

"Udah, Mas. Sekarang kan perutnya ada dua, jadi bawaannya lapar terus," sahut Ima.

Nick langsung mengusap perut istrinya. "Gak apa-apa makan terus. Yang penting kalian sehat," ucap Nick.

Ima tersenyum.

Sepanjang jalan, begitu banyak pasang mata yang melirik ke arah mereka. Ini kali pertama mereka melihat istri Nick secara langsung.

"Wajahnya kayak familiar, tapi siapa ya?" gumam salah seorang staf. Ia mengenali Ima karena dulu Ima sering mengisi tausiah di kantornya itu.

Namun hanya staf lama yang mengenali Ima. Para staf baru tentu merasa asing karena baru pertama kali melihat ustadzah itu.

"Lagi hamil aja cantik banget. Pantesan Tuan Nick gak tergoda sama wanita lain," ujar staf lain.

"Iya lho. Aku sebagai wanita aja seneng lihatnya. Cantik, adem, gak bosenin. Ini sih gak akan ada yang nyaingin. Mimpi aja kalau ada yang berusaha menggoda Tuan Nick."

"Ya paling dipermalukan lagi kayak yang tadi itu, hehehe."

Kehadiran Ima berhasil membuat perusahaan itu geger. Sebagai pemimpin perusahaan, tentu kehidupan pribadi Nick sangat disorot. Selama ini begitu banyak orang yang pensaran siapa wanita yang berhasil menaklukan hati pria tampan itu.

Kini rasa penasaran mereka sudah terbayarkan. Mereka pun tidak heran jika Nick sampai tergila-gila pada Ima.

Tiba di ruangannya, pengawal mereka tidak ada yang ikut masuk. "Selamat datang di rumah kedua aku," ucap Nick saat Ima masuk ke ruangan itu.

"Kok rumah kedua?" tanya Ima.

"Setiap hari, aku kan lebih banyak menghabiskan waktu di sini. Jadi aku anggap ini sebagai rumah kedua," jelas Nick, sambil menutup pintu.

"Aku boleh lihat gak video yang tadi?" tanya Ima. Ia malah tidak membahas apa yang Nick katakan. Ima sangat penasaran apa yang dilakukan wanita itu sampai suaminya begitu. Ia pun ingin tahu bagaimana sikap suaminya.

Nick tercekat. "Janganlah. Nanti kamu kesal lihatnya," ucap Nick, memelas.

"Aku gak akan kesal kalau kamu gak merespon. Lain halnya kalau kamu nyentuh dia," jawab Ima, tegas.

"Enggaklah! Mana mungkin aku nyentuh wanita lain," sahut Nick, yakin.

"Ya udah makanya aku mau buktiin sendiri," ucap Ima, sambil berjalan ke meja kerja Nick.

Nick pun membuntutinya. "Tapi janji kamu jangan marah, ya!" pinta Nick. Ia panik karena Ima sudah tidak bisa dicegah lagi.

Ima duduk di kursi Nick. "Tergantung. Ya udah makanya aku mau lihat dulu," ucapnya, sambil mengusap perut.

Nick menghela napas. Kemudian dengan ragu ia membuka video tadi.

"Awas kalau kamu marah!" ancam Nick. Setelah itu ia menekan tombol play.

Ima pun menyaksikan videonya dengan seksama. Mulutnya ternganga, ia tak menyangka ada wanita tak tahu malu seperti itu. Namun kemudian ia langsung menoleh ke arah suaminya.

"Jadi dari tadi kamu lihat itu?" tanyanya.

Nick langsung memalingkan wajah. "Enggaklah. Kamu bisa lihat sendiri itu aku langsung berpaling. Aku gak sudi mataku ternoda. Lagian badannya juga bagusan kamu ke mana-mana," jawab Nick, panik.

"Kalau kamu gak lihat, gimana bisa tau badannya bagusan aku?" skak Ima.

Nick pun gelagapan. "Maksud aku tuh kan sekilas aja. Udahlah, pokoknya aku gak akan tergoda sama wanita lain."

"Terus itu kok dia meluk kamu? Katanya kamu gak nyentuh dia?" tanya Ima lagi. Ia sudah seperti penyidik.

"Ya itu kan dia yang nyentuh aku. Bukan aku yang nyentuh dia," kilah Nick.

"Tapi tetep aja kalian bersentuhan. Apalagi sampe dipeluk kayak gitu. Enak ya dipeluk sama wanita muda? Mana hampir telanjang pula." Ima kesal sendiri melihatnya.

Nick menoleh ke arah Ima sambil tersenyum. "Cieee, cemburu," godanya. Ia berharap dengan begitu emosi Ima akan turun.

"Iyalah! Istri mana yang gak cemburu lihat suaminya diperlakukan seperti itu. Aku kan udah bilang kalau aku gak sudi suamiku disentuh wanita lain," ucap Ima, tegas. Ia menatap tajam mata suaminya.

Hanya Ima yang membuat Nick kalah dengan tatapannya. Padahal selama ini ia tidak pernah kalah oleh siapa pun. Nick merasa sesak jika ditatap seperti itu oleh Ima.

"Iya aku minta maaf. Itu kan bukan keinginanku. Kalau aku dorong dia, berarti aku nyentuh dia. Sama aja, dong? Tapi kamu jangan khawatir! Tadi aku udah mandi sampe 7x bilas. Bahkan aku pakai sabun tanah," jelas Nick.

"Serius?" tanya Ima.

Nick pergi ke kamar mandi dan menunjukkan sabun tersebut. "Nih kalau kamu gak percaya! Sabun tanah untuk menghilangkan najis," ucap Nick, yakin.

Ima pun terkekeh. Ia tak menyangka suaminya sampai seperti itu.

"Kok malah ketawa?" tanya Nick.

"Ya abisnya kamu lucu. Emangnya dia apaan sampe dianggap najis segala? Emang kalau kamu bilas begitu, jejaknya bisa hilang?" tanya Ima.

"Mana ada jejak? Dia kan nyentuh pakaian aku. Dan pakaian itu udah aku buang. Aku gak sudi makainya lagi," sahut Nick, kesal.

"Awas kalau kamu macam-macam ya, Mas! Aku gak akan kasih kesempatan lagi," ancam Ima.

"Ya ampun, Sayang. Aku mana berani macam-macam. Kunci aku ada di kamu. Udah kamu gak usah mikir aneh-aneh. Yang penting sore ini kita akan makan bersama dengan seluruh staff di aula kantor. Aku mau kenalin kamu ke mereka semua," ucap Nick, bangga.

"Dalam rangka apa?" tanya Ima.

"Dalam rangka supaya gak ada yang gangguin aku lagi," jawab Nick sambil menaikturunkan alisnya.

"Merasa ganteng?" ledek Ima.

"Kalau aku gak ganteng, mana mungkin Ustadzah Fatimah yang cantik ini mau sama aku?" sahut Nick.

"Mungkin aja. Siapa tau aku lagi khilaf," ledek Ima.

"Enak aja! Awal aku deketin kamu kan gak ada kelebihan lain selain ganteng. Masalah harta, kamu gak gila harta. Agama juga nol besar. Jadi apa lagi kalau bukan itu?" tanya Nick.

"Karena dulu aku pikir kamu itu lelaki yang gentle dan bertanggung jawab. Jarang ada lelaki yang baru kenal langsung melamar. Eh, tapi kayaknya aku salah deh waktu itu langsung nerima kamu. Harusnya aku cari tau dulu siapa kamu, ya," ucap Ima.

Ia baru sadar bahwa waktu itu dirinya langsung menerima Nick begitu saja.

"Nah kan! Itu artinya kamu sudah terpesona sama aku sejak pandangan pertama. Udahlah, emang kita ini jodoh. Jadi gak ada yang perlu disesali lagi," ujar Nick, yakin. Kemudian ia memeluk Ima.

"Aamiin ... semoga jodoh till jannah ya, Mas," sahut Ima. Ia pun memeluk suaminya.

"Aamiin yaa robbal aalamiin."

Di tempat lain, Lily sedang mengerjai Joe. "Hahaha, emang enak," gumamnya.

"Seru kan, Joe?" tanya Lily. Ia sangat puas melihat wajah Joe pucat.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang