74. Digoda Wanita

16.7K 1.1K 37
                                    

Ima yang hendak menyuap nasi ke mulut Nick pun langsung diam sambil menatap suaminya.

Nick meraih tangan Ima dan mendekatkan nasi itu ke mulutnya. "Kamu jangan marah dulu, ya! Dia nemuin aku cuma buat menghinaku," ucap Nick. "Bismillah," lanjutnya. Kemudian ia melahap nasi itu.

"Menghina?" tanya Ima. Ia yang hampir kesal pun jadi tak tega.

"Iya. Selama ini kan dia deketin aku karena aku banyak uang. Sekarang aku sudah miskin jadi dihina sama dia," sahut Nick.

"Mas kecewa?" tanya Ima.

Nick menggelengkan kepala. "Enggak. Untuk apa aku kecewa? Justru aku bersyukur karena Allah memberikan aku seorang istri yang solehah dan setia. Mau mendampingiku dalam situasi apa pun. Terima kasih ya, Sayang," ucap Nick,

Saat itu mereka makan sepiring berdua. Ima menyuapi Nick sebagai tanda terima kasihnya karena telah berjuang sampai saat ini.

"Alhamdulillah kalau begitu. Jujur aja aku masih cemburu. Apalagi pasti hubungan kamu jauh lebih lama dengannya," ucap Ima, sambil menunduk.

"Sayang, bukan masalah siapa yang lebih lama atau siapa yang lebih dulu. Tapi yang terpenting siapa yang akan menemaniku sampai akhir nanti. Dan aku mau hanya kamu seorang," ucap Nick, sambil mengusap kepala Ima.

Ima menatap suaminya. "Terima kasih, Mas. Semoga kamu gak akan pernah lupa kalimat yang kamu ucapkan barusan," jawab Ima.

"Mana mungkin aku bisa lupa? Kamu yang selalu ada untukku. Mau menerima aku apa adanya. Sangat rugi jika sampai aku menyakiti kamu, Sayang," sahut Nick.

Nick merasa seperti orang yang sedang menggombal. Namun sebenarnya apa yang ia katakan tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam.

"Ya udah ini abisin makanannya dulu," ucap Ima.

"Oh iya, kamu kok bisa punya baju itu, sih?" tanya Nick, sambil tersenyum nakal.

"Baju apa?" Ima balik bertanya.

"Itu lho, yang semalam. Baju favorit aku," ucap Nick, sambil menaik-turunkan alisnya.

"Ada, deh," jawab Ima. Ia malu untuk mengatakannya.

Nick menyipitkan matanya. "Hem ... main rahasia-rahasiaan. Gak mungkin kan kamu ngambil sendiri ke rumah?" tanya Nick. Ia hafal betul bahwa itu pakaian milik istrinya yang memang sering dipakai untuk menyenangkan suaminya itu.

"Enggaklah. Bisa bahaya kalau Papih tau aku datang ke sana. Aku cuma minta tolong Bi Mar. Kebetulan dia tau baju yang itu. Jadi aku gampang mintanya, hehe," jelas Ima, malu-malu.

"Kamu minta ambilin yang mana aja?" tanya Nick, genit.

"Iiih, mau ngapain nanya itu?" Ima balik bertanya.

"Ya kan biar aku makin semangat. Nanti pulang ngojek bisa main lagi, hehe," sahut Nick. Ia seperti pria yang baru disenangkan oleh istrinya. Padahal sebelumnya Ima sudah sering memakan baju seperti itu di rumah mereka dulu.

"Aku cuma minta ambilin tiga, yang paling kamu suka aja," jawab Ima.

"MasyaaAllah, istriku emang paling pinter nyenengin suami. Gimana aku gak makin tergila-gila sama kamu, Sayang," ucap Nick sambil meraih tangan Ima dan mengecupnya.

"Haduuhh, masih pagi udah sibuk gombal aja. Aku bisa terbang kalau digombalin kayak gini terus," ucap Ima. Meski begitu hatinya tetap senang.

"Padahal aku gak gombal, lho," sahut Nick.

Ima hanya membalasnya dengan mencebik.

"Tapi kalau bahas itu aku jadi pingin lagi. Hehe," ucap Nick.

"Itu lho rambutnya masih basah," sahut Ima.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang