57. Terlalu Nyenyak

20.3K 1.3K 49
                                    


Wajah Nick langsung berbinar kala istrinya minta dikeloni.

"Serius kamu mau aku kelonin?" tanyanya, sambil tersenyum.

Ima mengangguk. "Iya, aku lagi pingin," bisiknya.

Seketika senyuman Nick langsung melebar. "Dengan senang hati. Nanti aku kasih yang super spesial," sahut Nick. Setelah itu ia langsung menggendong Ima dan membawanya ke kamar.

Sudah sejak kemarin ia menantikan momen itu. Sehingga ketika Ima memintanya, Nick begitu bersemangat.

"Kenapa harus digendong, Mas?" tanya Ima.

"Biar cepet nyampenya," jawab Nick. Ia pikir dirinya akan puasa lebih lama. Namun siapa sangka justru Ima yang meminta duluan. Ia merasa seperti mendapatkan jackpot.

Setibanya di kamar, Nick menurunkan Ima. Ima pun langsung melepas hijab dan menaruhnya di meja. Akan tetapi, Nick dibuat terkejut karena Ima langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Nick.

Nick tersenyum sambil menatap Ima. Ia membiarkan apa pun yang ingin istrinya lakukan.

Ima mendekatkan wajahnya ke wajah Nick dengan bibir yang sedikit terbuka. Nick pun menyambutnya.

Siang itu, Ima tidak seperti biasanya. Ia bersikap seperti wanita nakal yang sedang melayani pelanggannya.

Bahkan Nick sempat menatap wajah Ima. Ia khawatir itu bukan istrinya. Namun nyatanya wanita yang sedang melayaninya kini memang Ima.

Akhirnya Nick pun pasrah. Membiarkan Ima mengeksplorasi tubuhnya.

Akan tetapi, perbuatan Ima itu membuat Nick tidak tahan. Hingga, untuk pertama kalinya Nick melakukan pelepasan hanya dalam beberapa menit bercinta.

"Kamu luar biasa. Aku makin cinta sama kamu, Ima," puji Nick dengan napas tersenggal. Sebenarnya ia malu karena ini kali pertama Nick tidak tahan lama.

Sebenarnya Ima malu. Namun entah mengapa saat ini hasratnya begitu besar. Mungkin anak mereka tidak ingin orang tuanya berkonflik. Sehingga Ima seperti itu.

"Maaf ya, Mas. Aku lagi pingin banget," jawab Ima, malu-malu.

"Kamu gak perlu minta maaf, Sayang. Aku justru seneng kalau kamu seperti itu. Sering-sering, ya!" pinta Nick, genit.

Ima pun tersenyum. "Terima kasih, Mas," ucapnya, sambil memeluk Nick. Kemudian ia pun terlelap.

Nick menatap Ima. "Sepertinya kamu kelelahan. Tapi kenapa kamu jadi berubah begini, Sayang? Padahal kamu sendiri yang bilang kalau belum siap untuk berhubungan denganku lagi," ucap Nick sambil mengusap kepala Ima. Setelah itu ia mengecup kening istrinya.

Nick pun turun dari tempat tidur. Kemudian ia mandi karena sebentar lagi dzuhur. Selesai mandi, Nick pergi ke ruang kerja untuk melanjutkan hafalannya. Tak lupa ia menghubungi Zaki untuk menanyakan tentang apa yang harus dilakukan oleh suami ketika istri hamil dan melahirkan.

Telepon terhubung.

"Assalamualaikum, Ustadz. Maaf mengganggu," ucap Nick.

"Waalaikumsalam. Ada apa?" tanya Zaki.

"Begini. Alhamdulillah istri saya sedang mengandung. Tapi saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan sebagai suami selama istri hamil dan melahirkan nanti," ucap Nick, jujur.

Sebenarnya Zaki merasa miris. Sebab usia Nick sudah cukup dewasa. Namun ia berusaha memakluminya. Nick mau belajar saja ia sudah bersyukur.

Zaki pun menjelaskan banyak hal. "... satu lagi, sering-sering bacakan akhir ayat 189 surat Al-A'raf!" ucap Zaki setelah menjelaskan.

"Artinya, jika engkau memberi kami anak yang shalih, tentulah kami akan selalu bersyukur," jelas Zaki.

"Baik, Ustadz. Saya akan berusaha menghafal dan membacakannya untuk istri saya," jawab Nick.

"Alhamdulillah. Untuk hafalan adzan, kamu bisa melihatnya di video yang saya kirim nanti," ujar Zaki.

"Siap, Ustadz. Terima kasih banyak atas bimbingannya." Nick sangat senang karena Zaki mau membantunya.

"Iya, sama-sama. Kalau begitu sudah dulu, ya. Sudah mau dzuhur," ucap Zaki.

"Iya, Ustadz. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Telepon terputus.

Nick pun segera mencari surat yang dimaksud. Tak lupa ia melihat video yang Zaki kirim.

Beberapa saat kemudian, Nick sudah pulang dari masjid. "Assalamualaikum," ucapnya saat memasuki rumah.

"Waalaikumsalam," sahut Bi Mar.

"Istri saya belum bangun, Bi?" tanya Nick, heran.

"Belum, Tuan. Sejak tadi Nyonya Ima belum keluar dari kamar.

Nick mengerutkan keningnya. Ia bingung mengapa Ima belum bangun. Padahal biasanya ia selalu mendengar jika ada adzan.

"Ya sudah, tolong siapkan makan siang ya, Bi!" pinta Nick.

"Baik, Tuan!" sahut Bi Mar.

Nick pun pergi ke kamarnya untuk membangunkan Ima. "Assalamualaikum," ucap Nick saat memasuki kamar.

Ima tidak menjawabnya karena masih terlelap. Ia pun tidak mendengar suara Nick.

"Tumben dia tidur senyenyak ini. Apa bawaan bayi?" tanya Nick sambil mendekat ke arah istrinya. Setelah itu Nick duduk di samping Ima, kemudian mengusap-usap kepalanya sambil membacakan shalawat.

Tadi Zaki sempat memberi tahu Nick bahwa cara membangunkan istri yang baik adalah seperti itu. Agar istrinya bisa bangun dengan semangat dan senang. Sebab, jika dibangunkan dengan cara kasar, sang istri bisa pusing dan bad mood.

Mendengar shalawat yang dilantunkan oleh suaminya, Ima pun mengerejapkan mata. "Eh, Mas," ucap Ima. Saat ini nyawanya belum terkumpul. Namun ia senang atas apa yang Nick lakukan.

"Bangun, yuk! Kamu belum shalat dan makan siang," ajak Nick.

"Emang ini jam berapa, Mas?" tanya Ima sambil mengerutkan keningnya.

"Udah hampir jam satu, Sayang," jawab Nick.

"Astaghfirullah!" Ima langsung duduk karena terkejut. Baru kali ini Ima shalat dzuhur tidak tepat waktu.

"Udah, kamu jangan terlalu panik! Kan masih ada waktu. Santai dulu, biar gak kaget. Kasihan janinnya, nanti ikutan tegang," ucap Nick sambil mengusap lengan Ima.

"Kenapa aku tidurnya nyenyak banget ya, Mas? Sampe gak denger ada adzan, deh." Ima bingung pada dirinya sendiri.

"Mungkin karena kamu keenakan abis dapet jatah," goda Nick.

"Iiih, kamu mah!" ucap Ima, malu.

"Hehehe, aku bercanda, Sayang. Mungkin ini bawaan baby. Dia mau ibunya istirahat, jadi kamu tidurnya nyenyak," ujar Nick.

"Apa iya?"

"Ya kita lihat aja nanti, siklus tidur kamu berubah apa enggak. Kalau ternyata selama hamil ini kamu lebih sering tidur, berarti memang bawaan bayi."

Ima terkekeh. "Maaf ya, Nak. Belum lahir aja kamu udah disalahin," ucapnya sambil mengusap perut.

Nick pun ikut tersenyum. "Papi gak nyalahin kamu, kok. Kan bikin Mami kamu istirahat bukan kejahatan. Justru itu baik untuk kesehatannya," sahut Nick.

"Mas mau dipanggil 'Papi'?" tanya Ima.

Nick mengangguk. "Iya, aku juga kan biasa manggil orang tuaku seperti itu," sahut Nick.

"Tapi kamu keberatan gak dengan panggilan itu? Kalau keberatan, aku gak masalah misalnya kamu ada panggilan lain," ujar Nick. Ia selalu mengutamakan pendapat istrinya.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang