72. Wanita Bule

15.4K 1.2K 42
                                    

Nick sangat terkejut kala dirinya tiba-tiba diserang seperti itu. Saat ia menoleh, Nick ingat siapa pria itu.

Pria itu seolah belum puas. Ia hendak menghajar Nick lagi. Tetapi kali ini Nick tidak membiarkannya. Ia langsung menangkap tangan pria itu dan memelintirnya.

Sontak saja kejadian itu menjadi tontonan para tukang ojek. Mereka yang awalnya ingin membantu pun malah takjub melihat Nick bisa menaklukan pria itu.

"Sepertinya kamu masih belum puas," gumam Nick, sambil menarik tangan pria itu agar semakin kesakitan.

"Aaa, sakit!" keluh pria itu.

"Apa mau kamu?" tanya Nick lagi. Seorang mafia seperti dirinya, tentu saja memiliki ilmu bela diri yang mempuni. Sebab lawannya bukan orang sembarangan. Selama menjadi mafia, taruhannya adalah nyawa.

"Ampuun, saya cuma kesal karena uang untuk beli susu anak saya jadi dipakai untuk ganti perbaikan mobil," ucap orang itu, sambil meringis.

"Apa caranya harus seperti itu? Kamu yang salah, kenapa harus melampiaskan kekesalan pada orang lain? Atau mau bawa kasus itu ke kantor polisi? Saya masih ada rekaman CCTV-nya," ucap Nick sambil mendorong tubuh orang itu dan menarik tangannya.

"Aaa! M-maaf," ucapnya sambil kesakitan.

"Tapi sepertinya kamu tidak jera," ucap Nick.

"Ampun, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi."

"Mulai sekrang, jika kamu bertemu saya, lebih baik pura-pura tidak kenal. Sampai kamu melakukan hal itu lagi, kamu pasti akan menyesal. Paham!" ancam Nick.

"P-paham," sahutnya.

"Pergi sana!" ucap Nick sambil mendorong orang itu. Hingga orang tersebut hampir tersungkur.

"Siapa itu, Mas?" tanya tukang ojek, bingung.

"Itu orang cuma salah paham. Dia yang salah, tapi melampiaskan ke orang lain," sahut Nick.

Sebenarnya ia kasihan saat mendengar penjelasan orang tadi. Namun saat ini dirinya pun tidak memiliki uang. Sehingga Nick hanya mendoakannya.

Melihat kehebatan Nick melawan orang tadi, para tukang ojek pun salut padanya. Sehingga mereka sangat menghormati Nick.

"Kalau ada Mas Nick di sini, saya yakin pereman gak akan ada yang berani macam-macam," ucap tukang ojek.

"Hehehe, saya di sini mau cari damai, Mas," sahut Nick.

"Benar itu, Mas. Hebat sekali, dengan ilmu seperti itu, Mas tidak sombong. Coba kalau orang lain. Pasti sudah petantang-petenteng sok jago.

Dari kejauhan, ada Amber yang sedang berjalan keluar dari mall.

Sejak Nick bertaubat, ia sudah membebaskan Amber. Hal itu pun atas permintaan Ima. Namun Nick sudah tidak membiayainya lagi. Sehingga saat ini Amber menjadi simpanan om-om.

Namun, Amber sudah menandatangani surat perjanjian sebelumnya. Jika sampai dia berulah lagi, Joe tidak akan mengampuninya. Pria itu akan mengejar Amber sampai dapat.

Amber tersenyum saat melihat Nick. Ia yang sedang jalan sendirian pun mendekat ke arahnya.

"Hai! Apa kabar?" sapa Amber saat berhadapan dengan Nick.

Nick memalingkan wajah. Ia pura-pura tidak mengenali wanita itu. Sejak kejadian tempo hari, Nick sudah malas berhadapan dengan Amber. Rasanya ia sangat muak.

"Gak usah sombong begitu! Pake pura-pura gak kenal segala. Emangnya kamu lupa sama hubungan kita dulu?" tanya Amber.

"Jaga ucapan kamu!" skak Nick.

Para tukang ojek bingung melihat ada bule menghampiri Nick. Mereka lebih heran karena Nick sangat cuek pada wanita itu.

"Ya ampun. Kamu udah jatuh miskin aja masih sombong. Tapi untung sih kamu ninggalin aku. Kalau enggak, bisa-bisa aku ikutan susah. Males banget, deh," cibir Amber.

Mereka berdua bicara menggunakan bahasa inggris. Sehingga para tukang ojek tidak paham apa yang sedang mereka bicarakan.

"Bukan urusanmu! Lebih baik kamu pergi sekarang!" pinta Nick.

"Hem ... sayangnya aku belum mau pergi. Aku masih belum puas melihat kesusahanmu. Aku senang karena dendamku sudah terbalas. Dulu kamu membuangku begitu saja dan sekarang kamu sudah mendapat balasannya," ucap Amber sambil tersenyum sinis.

Saat ia sedang bicara, ponselnya berdering. Ia pikir itu adalah panggilan dari sugar daddy-nya. Sehingga Amber langsung menjawabnya begitu saja.

"Ya, halo!"

"Pergi dari tempat itu sekarang juga atau anak buahku akan menembakmu!" ancam Joe. Ia mendapat laporan dari anak buahnya bahwa Amber sedang menghina Nick.

Deg!

Amber langsung menoleh ke sekeliling. Ia tidak menyangka ternyata dirinya dibuntuti. Ia pun langsung memutus panggilan tersebut.

"Oke, aku rasa sudah cukup. Semoga kesengsaraan kamu ini abadi!" ucap Amber. Kemudian ia langsung pergi.

Nick geleng-geleng kepala. Ia tak habis pikir mengapa bisa ada wanita seperti itu.

'Beruntung aku menikah dengan Ima. Jika tidak, mungkin aku akan hidup lebih sengsara,' batin Nick.

"Wah, siapa itu, Mas?" tanya tukang ojek.

"Orang nanya alamat," jawab Nick, asal.

"Masa, sih? Kok kayaknya serius banget?" Tukang ojek sangat penasaran.

"Sudahlah, itu tidak penting," ucap Nick. Ia malas membalasnya.

Siang hari, Nick pulang ke rumah. Sesuai pesan istrinya, jika merasa lapar, ia harus segera pulang.

Setibanya di rumah, Nick pun disambut oleh Ima.

"Waalaikumsalam," ucap Ima setelah mendengar salam suaminya.

Ima langsung membuka pintu dan menghampiri suaminya itu. "Astaghfirullah, Mas kok mukanya memar begini?" tanya Ima.

Nick lupa bahwa tadi ia sempat dihajar oleh pengendara mobil itu. Sehingga pulang begitu saja tanpa mengantisipasi reaksi istrinya.

"Iya, tadi ada insiden kecil. Tapi gak apa-apa, kok," sahut Nick.

"Masa gak apa-apa. Ini memar begini, lho," ucap Ima.

"Sayang, kamu gak lupa kan kalau suamimu ini mantan mafia? Maaf, aku bukannya mau bangga, tapi bagiku luka seperti ini tidak ada artinya. Jadi kamu jangan khawatir, ya!" pinta Nick.

Ima menekuk wajahnya. Ia merasa sedih karena sebagai tukang ojek saja Nick masih ada yang mengganggunya.

"Ya udah, mas mau makan apa shalat dulu?" tanya Ima.

"Alhamdulillah tadi udah shalat, jadi langsung makan aja, deh," jawab Nick.

"Oke." Ima pun mengajak suaminya masuk. Kemudian mereka makan bersama.

"Wahh, kamu masak apa ini?" tanya Nick.

"Maaf ya, Mas. Aku cuma masak tumis toge sama telur bulat balado," ucap Ima. Ia kasihan karena Nick yang biasa makan dengan menu lengkap itu kini hanya bisa makan apa adanya.

"Ini sudah lebih dari cukup. Ada protein ada vitamin juga. Alhamdulillah kita masih dikasih rejeki buat makan enak," sahut Nick.

Ima senang karena sekarang suaminya lebih pandai bersyukur.

Malam ini Nick pulang lebih awal. Sekitar jam 8 malam ia sudah tiba di rumah. Setelah selesai bersih-bersih, ia pun langsung istirahat.

Lagi-lagi Ima menatap suaminya dengan tatapan nanar. "Padahal dulu kamu hampir setiap malam minta berhubungan. Tapi sekarang sudah beberapa hari ini kamu bahkan gak bahas hal itu, Mas. Apa kamu terlalu lelah?" gumam Ima.

Ia kasihan karena Nick sampai seperti itu. Namun tiba-tiba Ima tersenyum. "Kalau kamu gak minta, biar aku aja yang kasih. Anggap itu hadiah buat kamu, Mas," ucap Ima.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang