87. Siapa Orangnya

13.9K 1.1K 41
                                    

Saat itu Nick tidak langsung menjawab. Ia tak ingin mengambil keputusan besar begitu saja.

"Mih, mohon beri aku waktu! Aku butuh keyakinan agar tidak ragu," pinta Nick.

Rose menghela napas. Namun ia tidak mungkin memaksanya begitu saja. Akhirnya Rose membiarkan Nick untuk memikirkan hal itu lebih dulu.

Nick pun pergi ke mushala untuk melakukan salat istikharah. Ia memohon petunjuk pada Allah SWT.

Selesai shalat ia menghubungi istrinya. Beruntung kala itu Ima belum tidur.

Telepon terhubung.

"Assalamualaikum, Mas. Bagaimana keadaan Papih?" tanya Ima.

"Waalaikumsalam. Papih koma, Sayang. Kamu belum tidur?" Nick balik bertanya.

"Subhanallah, kenapa bisa sampai koma, Mas? Memang separah apa penyakitnya?"

Nick pun menjelaskan tentang penyakit yang diderita oleh papihnya itu.

"Tapi sebenarnya bukan itu yang ingin aku sampaikan," ucap Nick.

"Ada apa, Mas?" tanya Ima.

"Karena kondisi Papih saat ini, aku diminta untuk menggantikannya. Tapi rasanya aku belum siap," jelas Nick.

Ima paham apa yang sedang suaminya hadapi. Ia tahu Nick dilema karena sebenarnya ini bertentangan dengan hatinya.

"Aku tau Mas masih kecewa pada Papih. Tapi sebagai anak, justru ini kesempatan kamu untuk berbakti pada orang tua, Mas. Bagaimana pun kita tidak akan pernah bisa membalas pengorbanan mereka," nasihat Ima.

"Jadi menurut kamu aku harus menerimanya?" tanya Nick.

"Iya, Mas. Kalau bukan kamu lalu siapa lagi? Mumpung orang tua Mas masih ada. Kapan lagi kamu bisa nyenengin mereka. Gak kayak aku, pingin nyenengin orang tua tapi udah gak ada," ucap Ima dengan mata berkaca-kaca.

Tiba-tiba Ima merasa rindu pada orang tuanya. Nick pun jadi merasa bersalah karena ia lupa bagaimana kondisi istrinya itu.

Mendengar perubahan suara Ima, Nick tahu bahwa istrinya sedang bersedih. "Maaf ya, Sayang. Mas gak bermaksud ...."

"Iya gak apa-apa, Mas. Aku cuma gak mau Mas menyesal nanti. Sebab rasanya hidup tanpa orang tua itu berat, Mas. Gak ada tempat untuk berkeluh kesah. Gak ada orang yang membela atau menasihati kita. Percayalah, kamu gak akan rugi kalau bantu Papih."

"Iya, Sayang. Terima kasih atas sarannya. Aku janji, kalau semua urusan kita sudah beres, kita datang ke makam orang tua kamu, ya!" ajak Nick.

"He'em," jawab Ima.

"Ya sudah sekarang kamu istirahat. Jangan bergadang!"

"Iya, Mas."

"Aku cinta kamu."

"Aku juga. Muach!"

"Muach!"

Telepon terputus.

Nick menghela napas. "Bodoh sekali aku. Selama ini aku hanya fokus pada diriku. Sampai-sampai lupa bagaimana kondisi istriku," gumam Nick. Ia sangat menyesal karena telah membuat Ima bersedih.

Saat hendak kembali ke ICU, Nick berpapasan dengan Joe.

"Selamat malam, Tuan!" sapa Joe.

"Assalamualaikum, Joe. Apa kabar?" sahut Nick.

Joe lupa bahwa saat ini bosnya itu sudah berubah.

"W-waalaikumsalam, Tuan. Alhamdulillah kabar baik. Bagaimana kondisi Tuan Besar?" tanya Joe.

"Saat ini Papih sedang koma. Jadi mau tidak mau besok aku harus mengambil alih perusahaan. Tolong pastikan kabar ini jangan sampai menyebar! Aku tidak mau ada huru-hara akibat Papih jatuh sakit," jelas Nick.

Mereka berbincang sambil berjalan menuju ruang ICU.

"Baik, Tuan!"

"Satu lagi, tolong urus pengunduran diriku! Suruh orang kepercayaan kamu menyerahkannya langsung ke Pak Jamal," pinta Nick.

"Bagaimana pun dia sudah berjasa padaku. Aku ingin resign secara baik-baik. Katakan saja bahwa ada urusan penting dan aku harus kembali ke perusahaan!" lanjutnya.

Joe langsung mengingat apa saja tugas yang diberikan oleh Nick. Tak lupa ia pun mencatatnya agar tidak ada yang terlewat.

"Bos! Aku sudah dapat orang yang membocorkan rahasia Anda ke Tuan Besar," bisik Joe.

Nick terkesiap. "Siapa?" tanyanya. Namun saat itu Alvin tiba-tiba muncul.

"Assalamualaikum!" ucap Alvin. Ia datang bersama orang tuanya.

Nick menoleh dengan wajah kesal. Ia masih ingat betul bagaimana Alvin mendekati istrinya. Nick pun curiga bahwa orang yang mengirimkan bunga untuk Ima adalah Alvin.

"Waalaikumsalam. Dari mana kamu tahu Papih masuk rumah sakit?" tanya Nick.

"Kamu kok nanyanya gitu sih, Nick? Tante ini kan adik kandung papih kamu. Bukan hal aneh jika Tante tau papihmu masuk rumah sakit," tegur mamah Alvin.

Alvin tersenyum melihat Nick kesal. Ia tahu Nick sedang cemburu padanya.

"Apa kabar, Nick?" sapa Alvin.

"Kabar baik. Sepertinya kamu bahagia sekali?" sindir Nick. Nick bukan orang yang berwajah dua. Sehingga ia menunjukkan apa yang ia rasakan.

"Apa aku harus menekuk wajahku saat bertemu dengan sepupu sendiri?" sahut Alvin.

"Sudah-sudah! Kalian ini kenapa, sih? Ada yang lagi sakit kok malah saling sinis seperti itu. Ingat, kalian itu saudara! Mau sampai kapan begitu?" tegur mamah Alvin.

"Ya sudah, lebih baik kita ke ruangan Papih!" ajak Nick.

Mereka pun berjalan ke ruangan ICU.

Tiba di sana, mamah Alvin langsung memeluk Rose. Ia memberikan semangat pada iparnya itu. Hubungan mereka selama ini pun cukup baik.

Saat memperhatikan mereka, Alvin yang berdiri di sebelah Nick tiba-tiba membuat Nick kesal lagi.

"Bagaimana kabar Ima?" tanya Alvin.

Set! Mata Nick langsung memicing ke arahnya. "Untuk apa kamu menanyakan kabar istriku?" Ia sangat emosi karena Alvin seolah sengaja membuatnya kesal.

"Hei, Bro! Santai aja sih, Vin. Iya aku tahu Ima istri kamu. Aku cuma tanya kabarnya. Tapi sekarang kamu beneran udah cinta dia, kan? Kalau belum, aku siap buat gantiin kamu," canda Alvin.

Nick langsung menarik kerah baju Alvin. "Jaga ucapan kamu!" bentaknya.

Rose dan mamah Alvin langsung menoleh.

"Nick!" tegur Rose. Ia kesal karena anaknya malah membuat keributan di rumah sakit dalam kondisi seperti itu.

Nick yang hampir menghajar Alvin pun langsung menurunkan emosinya. "Jangan pernah sekali pun membahas istriku. Paham!" geramnya.

Alvin masih terlihat santai. "It's oke. Santai aja, Bro!" jawabnya.

"Maaf ya, Nick itu sangat bucin dengan istrinya. Jadi sikapnya kekanakan," ucap Rose pelan pada iparnya itu.

"Iya aku ngerti, kok. Cuma gak nyangka aja orang kayak Nick bisa sampai seperti itu. Padahal istrinya juga kelihatannya kalem."

"Ya namanya juga perasaan, gak ada yang bisa nebak."

'Apa benar dia orang yang selama ini mengirimkan bunga untuk istriku?' batin Nick sambil melirik sinis ke arah Alvin.

"Joe, sini!" ajak Nick.

Mereka pun pergi meninggalkan tempat itu. Nick mengajak asistennya tersebut ke tempat sepi.

"Ada apa, Bos?" tanya Joe saat mereka sudah berada di tempat yang sepi.

Ia sangat penasaran siapa orang yang telah berani mengusik hidupnya itu. Untuk yang satu itu ia tidak akan melepaskannya. Sebab hal itu telah merusak hubungannya dengan orang tuanya sendiri.

"Tadi kamu bilang kalau kamu sudah tahu siapa yang membocorkan rahasiaku pada Papih. Memang siapa orangnya?" tanya Nick.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang