93. Lily

14.1K 1.1K 52
                                    

"Ehh, ini ... aku mau kasih tau kamu kalau Amber tewas," ucap Nick, ragu.

"Innalillahi. Tewas kenapa?" tanya Ima. Ia tidak menunjukkan keterkejutan.

"Dibunuh pria yang selama ini deket sama dia," jawab Nick. Ia heran melihat reaksi Ima biasa saja. Ia pikir istrinya akan terkejut.

"Mungkin memang sudah umurnya," ucap Ima.

"Kamu gak kaget?" tanya Nick.

Ima menggelengkan kepala. "Aku udah tau," jawabnya, santai.

Nick mengerutkan keningnya. "Kok bisa tau?" Ia sangat penasaran.

Ima pun menatap suaminya. "Waktu Joe telepon kamu, aku masih bisa dengar suaranya. Jadi aku tahu sejak saat itu," jelas Ima.

Nick tercekat. Ia merasa bersalah karena tidak langsung menceritakannya pada Ima. "Sayang, maaf. Waktu itu aku kaget jadi belum sempat cerita ke kamu," ucapnya, gugup.

"Udah, Mas. Aku gak masalah. Selagi kamu masih mau cerita, aku akan menghargainya dan berterima kasih karena kamu sudah jujur," ucap Ima.

"Aku paham bagaimana pun kamu pasti terkejut saat mengetahui wanita yang pernah mengisi hidupmu itu tewas. Apalagi hubungan kalian kan sangat intim," ucap Ima sambil memicingkan mata.

Dalam kondisi seperti itu naluri Ima sebagai wanita muncul. Setiap membahas Amber ia selalu ingat bagaimana hubungan Nick dengan wanita tersebut.

"Sayang! Tolong jangan bahas itu lagi. Itu adalah penyesalan terbesarku. Aku tadi kaget cuma karena gak nyangka aja. Gak ada hubungannya dengan perasaanku," ucap Nick, memelas.

"Iya aku percaya. Tapi aku masih sebel kalau inget itu!" ucap Ima, jujur.

"Maaf, ya." Nick memeluk Ima. Ia tidak tahu bagaimana caranya supaya istrinya tersebut bisa melupakan hal itu.

Beberapa hari kemudian Haris sudah kembali ke Indonesia. Nick dan Ima pun menjenguk ke rumahnya.

"Assalamualaikum!" ucap mereka. Nick sedang karena papihnya terlihat lebih segar.

"Waalaikumsalam." Haris pun senang karena Nick mau mengunjunginya.

"Bagaimana kondisi papih?" tanya Nick setelah mencium tangannya.

"Alhamdulillah. Seperti yang kamu lihat," sahut Haris.

"Pih! Aku minta maaf, ya. Sebagai anak, aku sangat egois. Hanya memikirkan perasaanku sendiri," ucap Nick, menyesal.

"Sudahlah! Papih juga salah. Lebih baik kita lupakan yang telah lalu. Papih janji akan berusaha lebih bijak lagi sebagai orang tua," janji Haris.

"Terima kasih, Pih!" ucap Nick sambil memeluk papihnya itu.

Rose dan Ima sangat senang melihat mereka bisa berdamai kembali.

"Lily belum sampai, Mih?" tanya Nick.

"Belum, Nick. Tadi katanya sih pesawatnya baru landing. Joe jadi jemput dia, kan?" Rose balik bertanya.

"Jadi, Mih. Dia sudah di bandara sejak tadi," sahut Nick.

"Syukurlah kalau begitu."

Di bandara, Joe sedang menunggu adik Nick yang baru saja pulang dari study-nya di luar negeri itu. Meski sudah menunggu lama, ia terlihat begitu tenang. Joe memang selalu seperti itu. Sehingga orang menganggapnya sebagai pria dingin.

"Joe!" teriak Lily yang melihatnya lebih dulu.

Joe menoleh ke arah Lily. "Selamat siang, Nona Lily!" sapanya.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang