9. Mulai Khilaf

50.4K 2K 43
                                    

Nick terkesiap saat ditanya seperti itu oleh Ima. "Sudah, pas kamu lagi mandi," jawab Nick. Kemudian ia mengambil permen dan memakannya. Padahal saat ini Nick sedang minum kopi, tetapi ia melakukan itu karena gugup ditanya oleh Ima.

"Ooh," jawab Ima, sambil merapihkan alat shalatnya. Ia pun percaya begitu saja.

Saat ini Ima bingung hendak melakukan apa. Sebab ia tidak mungkin agresif pada Nick. Sementara Nick sendiri sangat dingin padanya.

'Dia mau nikahin aku. Tapi kenapa agak cuek gitu, ya? Atau dia tipenya kayak gitu?' batin Ima sambil duduk di meja rias untuk mengenakan skincare.

Meski merupakan seorang ustadz, tetapi Ima rajin merawat tubuh dan wajahnya. Itu ia anggap sebagai rasa syukur atas anugrah yang telah diberi oleh Allah STW. Sehingga Ima merawatnya dengan baik.

Saat Ima sedang melamun, Nick bicara padanya. "Kita siap-siap pulang ke rumahku, ya! Aku ada kerjaan," ucap Nick.

"Oh, iya Mas," sahut Ima. Ia bingung mengapa mereka tidak melakukan apa pun di hotel itu.

Tak lama kemudian, bel pintu kamar mereka berbunyi. Nick dan Ima menoleh ke arah pintu.

Melihat Ima ragu untuk membuka pintu, Nick pun bangkit dan berjalan untuk membukakan pintu tersebut.

"Permisi, ini pesanan breakfast-nya," ucap pelayan yang mengantarkan sarapan untuk mereka.

Ternyata Nick sengaja memesan makanan untuk diantar ke kamar. Sebab, jika makan di restoran, Nick khawatir akan ada Amber yang datang ke sana dan membocorkan rahasianya di hadapan Ima.

"Tolong simpan di meja!" ucap Nick.

Pelayan itu pun masuk.

Melihat ada pelayan masuk, Ima yang hanya mengenakan inner hijab itu pun langsung berlari masuk ke kamar mandi. Ia tidak ingin lehernya terlihat oleh orang lain. Padahal hijabnya sendiri tersangkut di kapalanya.

Mungkin karena ia masih canggung berada di sebuah kamar dengan pria asing. Sehingga Ima salah tingkah.

Nick mengerutkan keningnya.

Pelayan pun menata makanan di atas meja, kemudian ia pamit pada Nick. "Sudah selesai, Pak. Permisi," ucap pelayan itu dengan begitu sopan.

"Oke, terima kasih," sahut Nick sambil memberikan uang tips untuk pelayan.

Mendengar pelayan sudah pergi, Ima mengintip dan keluar dari kamar mandi.

"Kenapa kamu masuk kamar mandi? Seperti maling saja," tanyanya saat Ima keluar, setelah pelayan itu pergi.

"Maaf, Mas. Aku gak nyaman kalau ada pria asing masuk kamar," jawab Ima. Ia berjalan ke arah meja rias kembali dengan salah tingkah.

Nick menyunggingkan senyuman. Melihat Ima canggung seperti itu, membuat Nick ingin menggodanya. 'Dasar norak!' batin Nick.

Klek!

Nick menutup pintu kamar mereka. Kemudian mendekat ke arah Ima. Yang masih berdiri itu. "Oya? Apa aku tidak asing bagimu?" tanya Nick saat mereka sudah berhadapan.

Nick seolah lupa tujuannya menikahi Ima. Sebab sejak membuka mata tadi, Nick tergoda oleh kecantikan wajah Ima dan bibirnya yang seksi itu.

"Sejujurnya aku masih merasa asing. T-tapi kan Mas suamiku, jadi aku harus mulai terbiasa," jawab Ima, gugup. Ia pun menunduk karena tidak sanggup bertatapan dengan Nick.

Semakin Ima gugup, Nick semakin bahagia. Ia senang karena wanita itu merasa terintimidasi olehnya.

Nick pun merangkul pinggang Ima dan menariknya. Sehingga tubuh mereka rapat. "Aku sudah jadi suami kamu. Berarti aku boleh melakukan apa pun atas dirimu, bukan?" bisik Nick, sambil menarik dagu Ima.

Nick dapat merasakan debaran jantung Ima begitu cepat. Nick sendiri belum memiliki rasa terhadap gadis itu. Sehingga ia masih bisa menekannya. Namun, sebagai lelaki normal, gairahnya mulai bangkit saat menatap bibir Ima dari dekat.

Gluk!

Ima menelan saliva saat wajah mereka berdekatan. Apalagi aroma napas Nick yang harum karena pria itu sedang memakan permen penyegar mulut.

Ima hanya menjawabnya dengan sebuah anggukkan secara perlahan. Lututnya terasa lemas, apalagi ketika Nick mendekatkan wajahnya ke wajah Ima. 'Ya ampun, aku harus berbuat apa?' batin Ima.

Cup!

Nick mendaratkan kecupan di bibir Ima. Sontak saja wajah Ima langsung merona. Sebab ini kali pertama bibirnya dikecup seperti itu.

Reaksi Ima membuat Nick merasa lucu. "Kenapa tegang sekali?" tanyanya sambil tersenyum.

Ima langsung tertunduk malu. Ia bingung hendak menjawab apa.

"Semalam aku lelah, jadi belum sempat mengambil hakku. Bagaimana jika aku ambil sekarang?" bisik Nick. Ia yakin Ima akan shock setelah mendengar ucapannya barusan.

Seketika Ima langsung mendongak ke arah Nick. Jantungnya hampir melompat. Ia sadar dirinya memang harus memberikan hak suaminya itu. Namun rasanya ini terlalu mendadak.

"Apa kamu keberatan?" tanya Nick, sambil menaikkan sebelah alisnya. Ia dapat melihat tangan Ima mengepal erat di depan dadanya. Bahkan tangan lentik itu gemetar.

Nick menggenggam tangan itu dengan sebelah tangannya. "Rileks aja! Jangan seperti orang yang sedang berhadapan dengan hewan buas!" ucap Nick sambil terus menatap Ima.

Padahal tatapannya memang seperti hewan buas yang ingin menerkam mangsanya.

"Eum ... a-aku belum terbiasa, Mas. Jadi gugup," ucap Ima, kikuk. Napasnya pun terasa sesak. Ia tak leluasa bernapas karena wajah mereka begitu dekat.

"Oke, aku akan mengajarkanmu agar terbiasa!" sahut Nick. Kemudian ia melepaskan tangan yang menggenggam tangan Ima tadi, lalu mengusap bibir Ima dengan ibu jarinya.

Semakin lama, Nick semakin khilaf. Padahal ia sudah berjanji pada Amber bahwa dirinya tidak akan menyentuh Ima.

'Bibirnya seksi sekali, pasti sangat nyaman jika dicumbu,' batin Nick. Nick mendekatkan bibir ke arah bibir Ima. Ia membuka sedikit mulutnya itu, seolah ingin melahap bibir Ima.

Ima pun langsung menutup matanya karena tidak sanggup ditatap oleh Nick seperti itu. Bahkan ia mengejat kala bibir Nick melumat bibirnya dengan begitu lembut.

Awalnya Ima yang belum pengalaman itu merapatkan bibirnya. Namun, Nick mendorong lidahnya hingga mulut Ima terbuka.

Nick yang awalnya hanya ingin menggoda Ima pun justru dirinya yang tergoda. Ia mempererat pelukannya karena tubuhnya semakin terbakar oleh gairah.

Menyadari sesuatu, Nick melepaskan tautannya. "Kenapa kamu tidak bernapas?" tanya Nick.

Huuh! Huuh!

Ima mengembuskan napas dan menghirupnya kuat-kuat sambil memalingkan wajahnya.

"Aku ... aku tidak tahu harus bagaimana, Mas," ucap Ima, malu-malu. Saat ini bibirnya terlihat merah karena baru saja dihisap oleh Nick.

Nick tersenyum. "Bodoh!" ucapnya sambil menyentil kening Ima. "Jika tadi aku tidak melepaskannya, apa kamu akan menahan napas selama itu?" tanya Nick.

Ima menggelengkan kepalanya sambil mengulum senyuman.

"Sini biar aku ajari!" ucap Nick sambil menarik dagu Ima kembali. Ia tidak pernah selembut ini pada wanita. Bahkan Amber pun tidak diperlakukan seperti itu karena wanita itu sangat binal. Sehingga tanpa perlu diajari pun ia sudah sangat agresif.

Tubuh Ima kembali gemetar kala Nick hendak melakukannya lagi.

"Caranya seperti ini ...," ucap Nick sambil mendekatkan bibirnya kembali.

***

Hai, maaf ya baru update lagi. Sekadar info, untuk sementara novel ini belum bisa update setiap hari, ya.

See u,

JM.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang