42. Sangat Merdu

20.7K 1.3K 37
                                    

Sepanjang malam Nick tidak bisa tidur. Ia memikirkan mengapa istrinya bisa berubah seperti itu. 'Apa aku cek ponselnya aja, ya?' batin Nick.

Ia sangat penasaran, ingin mengecek ponsel Ima. Nick pun hampir mengambil ponsel itu.

'Ah, jangan deh. Kalau dia tau aku ngecek hapenya, bisa bahaya. Nanti dikira aku gak percaya sama dia,' gumam Nick, dalam hati. Akhirnya Nick membatalkan niatnya itu.

Keesokan harinya, Ima bangun seperti biasa. Kali ini ia tidak membangunkan Nick. Sebab, tanpa dibangunkan pun Nick sudah bangun sendiri.

Ia yang melihat istrinya berbeda itu jadi mencari perhatian dengan bersikap lebih rajin. Nick berharap hal itu dapat menarik simpati Ima.

"Sayang, Mas mau ke masjid dulu, ya," ucap Nick, pamit pada Ima.

"Iya, Mas. Hati-hati," sahut Ima. Ia tetap bersikap seperti biasa. Namun kali ini sikapnya agak dingin. Nick pun menyadari hal itu.

"Astaga! Apa salahku, kenapa dia seperti itu?" gumam Nick.

Ia sangat tidak nyaman melihat Ima seperti itu. Hatinya begitu gelisah. Ingin bertanya pun ia tidak berani. Sebab Nick sadar kesalahannya begitu banyak.

"Suami macam apa aku ini. Takut pada istri sendiri. Sial!" maki Nick sambil keluar dari rumahnya. Akhirnya Nick pun pergi ke masjid dengan perasaan hampa.

Kali ini Nick tidak sahalat di masjid kompleknya. Ia pergi ke masjid pondok Abdullah, sebab Nick ingin bertemu dengan Ustadz Zaki.

"Semoga kali ini beliau ada di sana," gumam Nick.

Ia begitu bersemangat. Sebab Nick tidak sabar ingin menunjukkan kemampuannya pada Ima. Jika ia bisa mengimami Ima, tentu Nick sangat bangga.

Beberapa saat kemudian, Nick sudah tiba di lingkungan masjid. Ia pun memarkir motornya.

"Nah, itu dia," gumam Nick. Ia sangat senang kala melihat Zaki. Nick pun bergegas menghampiri Zaki.

"Assalamualaikum, Usatdz," ucap Nick.

Zaki yang sedang berbincang dengan jamaah lain pun menoleh. "Waalaikum salam," sahutnya. "Eh, Pak Nick," ucap Zaki. Ia pun bersalaman dengan Nick.

Kala itu Nick hendak mencium tangan Zaki. Namun Zaki langsung menarik tangannya sendiri. "Tidak perlu seperti itu!" ucap Zaki. Ia tidak nyaman jika tangannya dicium.

"Baik, Ustadz," jawab Nick. Ia menuruti ucapan Zaki.

"Mari masuk!" ajak Zaki.

Mereka pun masuk ke masjid untuk bersiap melaksanakan shalat subuh berjamaah. "Pak, tolong isi shaf depan, ya!" pinta Zaki, pada Nick.

"Shaf?" tanyanya. Ia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Zaki.

"Maksudnya, baris. Kalau mau belajar, Bapak bisa isi di baris depan, supaya lebih khusuk!" ujar Zaki.

"Tapi kalau saya salah, bagaimana?" tanya Nick.

"Jika fokus, insyaaAllah tidak akan salah. Salah sedikit tak mengapa. Namanya juga masih belajar," ujar Zaki.

Ada beberapa orang yang melirik ke arah Nick. Mereka bingung karena pria seusia Nick belum bisa shalat. Namun mereka pikir Nick merupakan seorang mualaf.

Zaki sendiri sengaja meminta Nick mengisi shaf depan. Sebab ia ingin Nick merasa dihargai dan lebih giat belajarnya. Jika Nick disuruh ke belakang, kemungkinan ia merasa diasingkan.

Setelah shafnya rapi, Zaki pun mulai memimpin salat subuh tersebut. "Allahu akbar!" ucap Zaki. Beberapa detik kemudian, Zaki pun mulai membaca Al-Fatihah.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang