60. Resign

18.6K 1.1K 31
                                    

Nick pun panik. Ia takut Ima marah lagi jika ada nama Amber disebut. Bahkan Nick tidak berani menggoda bahwa Ima cemburu. Sebab sudah sangat jelas Ima memang cemburu pada Amber.

"Sayang, tolong jangan bahas itu lagi, ya! Aku gak mau kamu sakit hati," pinta Nick, hati-hati.

Ima menatap Nick dengan tatapan yang sulit diartikan. Hal itu membuat Nick salah tingkah.

"Maaf ya, Mas, kalau aku sulit melupakan hal itu," ucapnya. Ia jadi tidak tega melihat suaminya pucat seperti itu.

"Ini bukan salah kamu. Kamu gak perlu minta maaf, Sayang," ucap Nick. Ia pun menggenggam tangan istrinya.

Keesokan harinya, mereka beraktifitas seperti biasa. Saat ini Ima pun masih mengajar, sebab ia harus konsultasi dengan pamannya lebih dulu jika ingin resign.

"Mulai hari ini biar aku yang antar jemput kamu, ya?" pinta Nick. Ia ingin memastikan keselamatan istrinya.

"Iya, Mas," jawab Ima. Ia pun tak menolak. Sebab ia tahu bahwa suaminya hanya ingin menjaganya.

Nick pun senang karena Ima begitu kooperatif. Selesai sarapan, Nick dan Ima pun pergi menggunakan mobil suaminya itu.

"Hati-hati, Sayang!" ucap Nick.

Ima merasa Nick berlebihan dalam memperlakukannya. Namun ia pikir mungkin itu cara Nick memberikan perhatian padanya.

"Sekarang kamu langsung ke pondok, kan?" tanya Nick.

"Iya, Mas. Urusan toko biar aku cek pas weekend aja. Kamu mau nganter, kan?" Ima balik bertanya.

"Mau dong, Sayang. Pokoknya kalau kamu mau ke mana-mana bilang aja! Biar nanti aku antar," pinta Nick.

"Emang kamu gak sibuk, Mas? Kamu kan pasti sibuk ngurus perusahaan."

"Ya sibuk, sih. Tapi aku akan selalu berusaha meluangkan waktu untuk kamu," jawab Nick, yakin.

"Terima kasih ya, Mas."

Beberapa saat kemudian Ima sudah tiba di pondok. Ia pun berpamitan dengan Nick.

"Nanti siang aku jemput makan siang, ya," ucap Nick.

"Lho, biar aku makan di kantin aja, Mas," sahut Ima. Ia tidak ingin suaminya kelelahan karena bolak balik.

"Udah gak apa-apa. Pokoknya aku jemput!" ucap Nick, yakin.

"Ya udah, nanti kabari aja kalau mau jemput," sahut Ima.

"Oke, jangan nakal, ya!" pinta Nick sambil mengusap kepala Ima.

"Kamu tuh!" skak Ima, sambil memicingkan matanya.

"Enggak, Sayang," sahut Nick. Ia mengecup kening dan pipi istrinya. Setelah itu Ima pun turun dari mobil Nick.

Sampai saat ini Nick masih cemburu pada Adam. Ia tidak ingin memberikan kesempatan bagi Adam untuk menghabiskan waktu dengan Ima lebih lama. Meski sekadar makan di meja yang berbeda.

Setelah mengantar Ima, Nick pun pergi ke kantornya. Sementara itu Ima menemui pamannya untuk membahas mengenai pengunduran dirinya.

"Assalamualaikum, Pak De," ucap Ima. Saat itu ia datang ke rumah Umar langsung.

"Waalaikumsalam," sahut Umar dan istrinya yang masih ada di rumah.

"Tumben kamu ke sini?" tanya Umar.

"Iya, Pak De. Ada sesuatu yang mau aku sampaikan," jawab Ima.

Ima pun menjelaskan tujuannya datang ke sana. Ia meminta maaf karena tidak bisa mengajar lagi di pondok itu. Ia pun menyampaikan kabar gembira bahwa saat ini dirinya tengah mengandung.

"MasyaaAllah, alhamdulillah. Kamu bisa dikasih kepercayaan begitu cepat. Bude seneng dengernya," ucap Maryam.

Maryam menggenggam tangan Ima. Ia bersyukur karena Ima diberikan kebahagiaan. Saat ini mereka belum tahu masalah apa yang sempat Ima hadapi dalam rumah tangganya.

"Iya, alhamdulillah. Aku juga gak nyangka bakalan langsung hamil. Mohon doanya, ya," ucap Ima.

"Pasti kami doakan. Semoga kalian mendapat yang terbaik," ucap Maryam.

"Jadi gimana, aku boleh resign, gak?" tanya Ima.

"Tentu saja boleh. Keluarga kamu itu nomor satu. Jangan sampai kamu mengabaikan suami hanya untuk bekerja," ucap Umar.

Ia paham mengapa Nick ingin Ima berhenti mengajar. Sehingga Umar tidak menahan Ima. Lagi pula tenaga pengajar di pondoknya masih cukup. Jadi Ima bisa langsung resign.

"Syukurlah kalau begitu. Mungkin kalau Mas Nick mengizinkan, aku masih bisa untuk sekadar mengisi tausiyah," ucap Ima.

"Tapi kamu jangan memaksa ya, Ima! Materi suami kamu kan sudah lebih dari cukup, jadi jangan sampai dia terbebani karena keinginan kamu itu," ucap Umar.

'Iya, Pak De. Aku juga gak akan maksa, kok. Aku tahu kapasitas aku sebagai istri," jelas Ima.

"Alhamdulillah. Pokoknya, kapan pun kamu mau kembali mengajar, pintu pondok terbuka lebar untukmu. Tapi Pak De harap kamu fokus ke anak dan suami saja!"

"InsyaaAllah. Mungkin mulai besok aku sudah tidak mengajar lagi. Nanti juga aku akan pamit dengan yang lain," ujar Ima.

"Lakukanlah!" sahut Umar.

Setelah itu Ima pun pamit pada mereka. Kemudian ia pergi ke pondok untuk mengajar.

Di tempat lain, Alvin kembali datang ke toko. Sejak kemarin ia mencari Ima. Ia masih penasaran karena belum bertemu dengan wanita yang ia cintai itu.

"Oh, jadi mulai sekarang Ima gak datang ke sini lagi?" tanya Alvin saat bertemu dengan staf Ima.

"Iya, Mas. Soalnya Mbak Ima lagi hamil. Jadi beliau mengurangi aktifitasnya," jelas staf Ima.

"Hamil?" Alvin sangat terkejut. Ia tak menyangka Ima akan hamil begitu cepat. Padahal ia pikir dirinya masih memiliki kesempatan untuk merebut Ima dari Nick.

"Iya," jawab staf Ima.

Akhirnya Alvin pergi dengan berat hati. Perasaannya sangat hancur membayangkan wanita yang ia cintai mengandung anak orang lain.

"Kenapa harus secepat ini? Aku pikir mereka tidak akan berjodoh," gumam Alvin sambil melamun.

Alvin tidak bisa terima begitu saja. Bagaimana pun Alvin merasa bahwa Nick bukanlah pria baik bagi Ima. Apalagi sampai saat ini Alvin yakin bahwa Nick masih berhubungan dengan Amber.

"Maaf, sepertinya aku harus bertindak," gumam Alvin sambil mengepalkan tangannya.

Ia sangat kesal karena Nick sudah keterlaluan. Ia yakin pria itu tidak mencintai Ima. Sebab selama ini hanya Amber wanita yang menjadi kekasih Nick.

Nick tidak sadar bahwa ada seseorang yang sedang berusaha memisahkannya dengan Ima. Ia pun melakukan pekerjaannya dengan serius. Terlebih dirinya sudah dua hari tidak masuk kerja.

Hari ini Nick pun terlihat begitu ceria. Ia sangat bersemangat, terlihat jelas kebahagiaan di wajahnya.

Siang hari, ketika Nick hendak menjemput Ima, tiba-tiba ia mendapat telepon dari orang tuanya. "Ada apa Mamih telepon jam segini?" gumam Nick.

Ia pun menjawab panggilan itu sambil berjalan menuju mobil. Mobilnya sudah siap di depan lobby untuk ia gunakan menjemput Ima.

Telepon terhubung.

"Assalamualaikum. Halo, Mih. Ada apa?" tanya Nick tanpa dosa.

"Kamu Mamih tunggu di rumah Mamih sekarang," ucap Rose.

Nick mengerutkan keningnya. "Kalau sekarang gak bisa, Mih. Aku mau makan siang sama Ima," jawab Nick, sedikit keberatan.

"Mamih gak mau tau! Pokoknya kamu datang ke sini sekarang juga!" bentak Rose. Ia terdengar begitu emosi.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang