71. Ngojek

16.2K 1.1K 41
                                    

Ima yang sedang memegangi tangan Nick pun langsung menghentikan langkah dan menatapnya. "Iya aku cemburu. Kenapa, gak boleh?" tanya Ima.

Nick tersenyum. Baru kali ini ia melihat Ima kesal seperti itu. Padahal biasanya dalam kondisi apa pun Ima selalu terlihat tenang.

"Alhamdulillah, aku malah seneng kalau kamu cemburu. Artinya kamu cinta sama aku," ucap Nick sambil tersenyum. Kemudian ia merangkul pinggang Ima.

"Gak lucu, Mas. Masa istrinya sakit hati malah seneng?" keluh Ima.

"Lho, aku bukan seneng lihat kamu sakit hati, Sayang. Aku cuma seneng aja karena kamu cinta sama aku," jelas Nick.

"Emang selama ini kamu pikir aku gak cinta sama kamu?" tanya Ima, sambil berjalan menuju motor mereka.

"Bukan begitu. Aduh susah deh jelasinnya. Ya udah lebih baik kita pulang sekarang, yuk! Masa mau debat di jalan?" sahut Nick.

"Hehehe, iya," jawab Ima.

Saat mereka naik motor, tiba-tiba Joe menghampiri mereka.

"Selamat pagi, Bos!" sapa Joe. Sejak tadi ia mencari keberadaan Nick. Bosnya tidak memegang ponsel, sehingga Joe bingung bagaimana cara bicara dengan pria itu.

"Eh, Joe. Gimana yang tadi, udah beres?" tanya Nick.

"Sudah aku urus, Bos. Orangnya pun sudah minta maaf. Tapi ada yang ingin aku tanyakan," ucap Joe.

Joe penasaran di mana tempat tinggal Nick. Ia pun menawarkan bantuan. Pria itu tidak tega melihat bosnya hidup susah. Apalagi melihat penampilan Nick dan Ima saat ini begitu sederhana.

"Sudahlah, aku bisa melewati semua ini. Kamu lakukan saja apa yang diminta Papih!" ucap Nick.

"Tapi, Bos. Kalau memang Bos tidak ingin menjalankan perusahaan Tuan Besar lagi, kenapa harus melakukan semua ini? Aku yakin Bos pasti bisa melakukan usaha sendiri," ucap Joe.

"Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku mampu menerima tantangannya. Tapi kalau sekiranya kondisi Ima tidak memungkinkan untuk tetap hidup di sana, mungkin aku akan pikirkan opsi lain," jelas Nick.

"Baiklah kalau begitu. Hubungi aku kapan pun jika Bos butuh bantuan! Aku akan siap membantu," ucap Joe.

"OKe, terima kasih. Kalau begitu aku pulang dulu. Mau ngojek," ucap Nick, sambil tersenyum.

Joe tidak habis pikir mengapa Nick masih bisa sesantai itu. Padahal menurutnya saat ini hidup Nick begitu mengkhawatirkan.

Namun Joe lebih bingung pada Ima. Wanita itu masih mau menemani Nick dalam kondisi paling bawah sekali pun. Padahal ia sudah tahu bagaimana bejadnya Nick dulu.

"Gak heran si Bos sampai tergila-gila pada Nyonya Ima. Ternyata selain cantik, beliau juga baik dan setia," gumam Joe, sambil memandangi kepergian mereka.

Beberapa menit kemudian mereka sudah tiba di rumah.

"Sini biar aku yang bawa!" ucap Nick, sambil mengambil belanjaan yang ada di tangan Ima.

"Terima kasih, Mas," sahut Ima.

Mereka pun menuju ke dapur. "Ada yang bisa aku bantu lagi gak, Sayang?" tanya Nick.

"Gak usah, Mas. Kamu kan mau ngojek. Udah biar ini aku yang beresin. Kamu istirahat aja dulu sebelum pergi," jawab Ima. Ia tidak ingin suaminya itu kelelahan.

"Emang kamu gak capek?" tanya Nick.

Ima tersenyum. "Ya ampun, Mas. Aku capek ngapain, coba? Kan dari pagi semuanya udah beres sama kamu. Masa aku diem di rumah cuma rebahan aja? Nanti badanku sakit," jawab Ima.

"Justru aku takut kamu yang kelelahan, Mas," lanjutnya.

"Enggak, dong. Aku kan kuat, hehe. Ya udah kalau begitu aku jalan sekarang aja, deh," ucap Nick.

"Lho, gak istirahat dulu, Mas?" tanya Ima.

"Gak usah, Sayang. Nanti rejekinya dipatuk ayam kalau aku terlalu santai," sahut Nick.

"Ya udah, insyaaAllah nanti aku masak. Inget ya, kalau lapar langsung pulang!" pinta Ima.

"Siap, Nyonya!" sahut Nick, semangat.

Nick pun pamit dan meninggalkan rumah.

Jika kemarin ia mengojek menggunakan koko. Kali ini Nick mengenakan pakaian casual. Sehingga penampilannya lebih keren lagi.

"Aku coba mangkal di deket mall, ah. Siapa tau ada yang mau naik ojek," gumam Nick. Ia sama sekali tidak malu. Baginya saat ini yang terpenting adalah mendapat uang halal untuk menafkahi istrinya.

"Permisi, apa saya boleh ikut mangkal di sini?" tanya Nick pada beberapa tukang ojek yang ada di sana.

Tukang ojek itu saling beradu pandang. "Ah, Mas jangan bercanda. Mana ada tukang ojek kayak gitu? Lagi ngeprank, ya?" tanya salah satu tukang ojek.

"Saya gak bercanda, Mas. Ini beneran mau ngojek," jawab Nick.

Mereka pun celingukan, seperti sedang mencari sesuatu. "Pasti ada kamera tersembunyi, nih. Gak mungkin orang kayak situ mau ngojek. Pantesnya juga jadi direktur," ucap ojek lagi. Mereka masih tidak percaya.

Nick menggaruk tengkuknya. "Tapi saya beneran lagi cari uang, Mas. Makanya kalau diizinkan, saya mau ikut mangkal di sini," ucap Nick. Ia masih berusaha meyakinkan mereka.

Awalnya mereka sempat keberatan karena tampang Nick sangat jauh dari tukang ojek kebanyakan. Mereka khawatir penumpang akan lebih memilih Nick. Namun karena kasihan melihat tampang Nick yang memelas, akhirnya mereka pun mengizinkannya.

"Ya udah, tapi harus sesuai gilira, ya!" ucap tukang ojek.

"Wah, terima kasih," sahut Nick. Ia sangat senang karena kini sudah bisa mangkal.

Saat Nick sedang mangkal, begitu banyak orang yang orang yang menoleh ke arahnya. Mereka bingung siapa sebenarnya pria tampan itu.

"Apa itu tukang ojek?" bisik seseorang pada temannya.

"Eh iya. Kayaknya bukan deh. Mungkin dia cuma lagi nungguin pacarnya atau bos tukang ojek itu," timpal yang lain.

"Kalau beneran ojek, aku sih mau banget dibonceng sama dia, hehehe."

"Aku juga mau, rela deh naik ojek tiap hari."

Nick tidak sadar bahwa dirinya menjadi pusat perhatian. Ia sedang serius berbincang dengan yang lain.

Sambil menunggu giliran, Nick banyak bertanya. Sebab ia baru merasakan kehidupan yang seperti itu.

"Jadi kalau musim ujan agak sepi?" tanya Nick.

"Ya begitulah. Apalagi sekarang kan orang udah banyak yang punya kendaraan. Jadinya ngaruh juga ke kami. Tapi alhamdulillah setiap hari ada ada. Meski gak banyak."

"Alhamdulillah. Sedikit atau banyak, rejeki harus tetap disyukuri, ya," timpal Nick.

"Tapi Mas kok ngojek? Maaf, ya. Penampilannya gak meyakinkan banget. Gak pantes jadi orang susah, hehe," ucap tukang ojek.

"Ah, bisa aja. Saya ini baru di-PHK. Jadi ya sekarang banting stir. Makanya saya butuh bimbingan dari Mas-mas semua," ucap Nick.

"Tenang aja! Kami di sini gak saling sikut, kok. Asal sesuai giliran, semua aman."

Saat mereka sedang asik berbincang. Tiba-tiba ada seorang pria menghampiri Nick dan menghajarnya.

Bug!

***

Hai ... maaf, ya. Seperti biasa kalau weekend aku gak update.

Happy reading.

See u,

JM.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang