13. Mencari Tahu

35.3K 1.9K 29
                                    

Nick gelagapan saat ditanya seperti itu oleh istrinya. "Oh ini ... tadi si Joe yang telepon," jawab Nick, kikuk. Ia bingung pada dirinya sendiri.

Biasanya Nick akan luwes dan santai saja jika harus berbohong. Namun kali ini rasany begitu berat. Sehingga ia gelagapan seperti itu.

"Ooh ... maaf ya kalau aku ganggu. Ini aku cuma mau bawain teh hangat buat Mas," ucap Ima. Kemudian ia melangkah ke arah meja kerja Nick.

Sontak saja Nick bergegas menutup laptopnya. Ia takut Ima dapat memahami apa yang ada di laptop Nick. Sebab tadi ia sedang membuka berkas tentang bisnis gelapnya itu.

"Terima kasih, Sayang," ucap Nick. Kemudian ia menarik Ima ke pangkuannya. Ia merasa saat ini adalah momen yang tepat untuk memancing Ima.

Nick sangat penasaran sejauh mana Ima mengetahui rahasianya. Sebab, kemarin obrolannya dengan Joe cukup panjang, sampai akhirnya Ima keluar dari toilet.

Sudah melakukan hubungan suami istri, Ima pun tidak terlalu canggung kala Nick menariknya ke pangkuan.

"Sayang," ucap Nick sambil memeluk Ima. Ia sangat menyukai aroma rambut istrinya itu. Sebab barusan Ima baru saja selesai keramas.

"Iya, Mas?" tanya Ima sambil menoleh. Meski begitu, Ima masih malu-malu terhadap Nick.

"Aku penasaran. Sejauh apa kamu tahu tentang aku?" tanya Nick.

Ima mengerutkan keningnya. "Eum ... kalau boleh jujur sih, aku emang belum tau apa-apa tentang kamu, Mas. Maaf ya?" sahut Ima. Pernikahan mereka memang cukup mendadak. Sehingga Ima belum sempat banyak mengetahui tentang suaminya itu.

"Oya? Memangnya kamu tidak pernah mendengar sesuatu apa gitu, yang berhubungan sama aku?" tanya Nick lagi.

Ima menatap Nick. Ia bingung mengapa suaminya bertanya seperti itu. Ia menghela napas. "Memang sebenarnya Mas punya rahasia apa?" tebak Ima.

"Lho, bukan rahasia. Aku kan cuma pingin tau. Sejauh mana kamu mengenal suamimu ini?"

'Apa iya dia tidak tahu? Atau jangan-jangan dia hanya pura-pura tidak tahu agar aku tak mendesaknya?' batin Nick. Ia terlihat melamun.

"Mas!" panggil Ima.

"Eh, iya?" Nick terkesiap dibuatnya.

"Kok ngelamun, sih?" tanya Ima, heran.

"Enggak. Aku cuma lagi inget yang tadi aja. Kamu luar biasa, Sayang," puji Nick sambil menangkup sebelah pipi Ima.

Wajah Ima pun langsung merona. Ia malu dipuji seperti itu oleh suaminya sendiri.

"Mas juga hebat," ucap Ima sambil tersenyum, menunduk.

"Mau lagi, gak?" bisik Nick.

"Nanti aja ya, Mas? Sekarang kan udah mau maghrib. Masa aku harus mandi lagi?" sahut Ima sambil tersenyum.

"Ya gak apa-apa. Kita kan bisa mandi bareng," goda Nick.

"Iiih, malu ah!"

"Kenapa harus malu? Aku kan suami kamu. Lagian aku udah lihat semuanya, kok," jawab Nick, percaya diri.

"Aku belum terbiasa, Mas. Nanti ya, pelan-pelan," jawab Ima.

Nick mengangguk. "Sebenarnya ada sesuatu juga yang mau aku katakan ke kamu," ucap Nick.

"Apa itu?" tanya Ima. Ia penasaran apa yang ingin dikatakan oleh suaminya itu.

Nick menghela napas. Ia terlihat sangat berat untuk mengatakannya. Hal itu pun membuat Ima sangat penasaran.

"Apaan sih, Mas?" tanya Ima.

"Aku mau jujur, tapi aku malu sama kamu," ucap Nick.

"Kenapa harus malu? Aku kan istri kamu, Mas," tanya Ima.

"Ya udah, aku cerita. Tapi aku harap kamu gak marah atau illfeel sama aku! Janji?" pinta Nick.

"InsyaaAllah," jawab Ima.

"Yah, kok gitu sih janjinya?" keluh Nick, manja. Saat ini ia benar-benar tidak seperti dirinya.

"Terus gimana, dong? Janjinya orang islam emang gitu. Sebab, sebenarnya kita ini gak boleh asal janji," jawab Ima.

"Ya udah aku lanjut. Entah kamu udah tau atau belum. Tapi sebenernya imlu agama aku jauh di bawah kamu," ucap Nick sambil menatap Ima.

Ima pun menyimak ucapan suaminya itu.

"Sebenernya aku malu dan ragu waktu mau ngelamar kamu. Aku takut ditolak karena ilmu kamu jauh lbeih tinggi dari aku. Jujur aja, saat ini aku merasa jadi gak berguna sebagai suami," ucap Nick, memelas.

Ima tersenyum. Kemudian ia menangkup kedua pipi Nick.

"Mas, aku juga mau jujur, ya. Sebenernya aku emang berharap bisa punya suami sekaligus imam yang mampu membimbing aku ke jalan yang diridhoi Allah," ucap Ima.

Entah mengapa hati Nick sakit mendengarnya. Sebab sudah jelas dirinya tidak termasuk ke dalam kriteria itu.

"Berarti aku ...?" Nick tidak dapat melanjutkan ucapannya karena Ima langsung menahan bibir Nick dengan satu jarinya.

"Ssstt! Aku belum selesai," ucap Ima.

"Tapi, ada pengecualian bagi orang yang tulus cinta sama aku," ucap Ima sambil tersenyum.

"Dari mana kamu yakin kalau aku tulus sama kamu?" tanya Nick. Ia pun tersenyum.

"Aku bisa lihat dari mata kamu, Mas. Emang sih pertemuan pertama kita gak begitu berarti. Tapi setelah beberapa kali bertemu. Ditambah ...." Ima kembali tertunduk malu.

"Ditambah apa?" tanya Nick.

"Ditambah, tadi kamu memperlakukanku dengan sangat lembut. Kamu juga natap aku waktu ngelakuin itu. Jadi aku yakin kalau kamu emang tulus sama aku," ucap Ima sambil menatap mata suaminya.

Pendar mata Nick bergerak. Ia salah tingkah saat ditatap seperti itu oleh Ima. 'Apa iya tadi aku natap dia?' batin Nick. Ia seolah lupa bahwa selama bercinta dengan Ima, matanya tak beralih dari wajah istrinya itu. Semakin menatap mata Ima, semakin menggelora hasratnya.

"Masalah ilmu agama itu masih bisa diraih, selama kamu mau belajar, Mas. Lagi pula di dunia ini gak ada yang sempurna. Kamu punya kelebihanmu, pun dengan aku. Tapi kita sama-sama punya kekurangan," ucap Ima.

"Oleh karena itu kita menikah. Untuk saling menutupi kekurangan dengan kelebihan masing-masing," lanjut Ima.

"Ternyata gini ya rasanya punya istri ustadzah. Pinter ngomong, hehe," ucap Nick sambil mencubit hidung Ima.

"Tapi kan aku ngomongnya gak asal ngomong, Mas. Ada ilmunya, lho," ucap Ima, bangga.

Entah mengapa Ima pun begitu mudah menerima Nick. Mereka yang belum lama mengenal dan baru satu hari menikah itu seolah sudah pernah berhubungan dalam waktu yang lama.

"Siap! Ustadzah," ucap Nick, cepat.

Ima terkekeh. "Mas nih kayak sama siapa aja, deh," ucapnya, gemas.

"Ya udah aku tinggal dulu ya, Mas. Biar kamu bisa lanjut kerja. Kalau ada aku, nanti malah keganggu kerjaannya," ucap Ima. Kemudian ia turun dari pangkuan Nick.

"Selamat bekerja, suamiku ...," ucap Ima. Kemudian ia mendaratkan kecupan di pipi Nick.

Cup!

Sontak saja Nick langsung menoleh. Ia menarik Ima kala istrinya itu hendak pergi.

Ustadzah Dinikahi Mafia TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang