"Sayang, kamu lagi apa?" tanya Nick saat sudah berada di luar.
Ima dan yang lain pun menoleh ke arah Nick. 'Tumben Tuan mau keluar begini?' batin Bibi.
Ima bingung. Padahal tadi dirinya sudah mengatakan ingin membeli roti. Namun Ima tidak mau mempermalukan suaminya sendiri. Sehingga ia menjawabnya. "Ini, lagi beli roti, Mas," jawab Ima.
"Ya udah, biar Bibi aja yang lanjut! Kamu ikut aku, masuk!" ajak Nick sambil merangkul pinggang Ima.
"Oh iya," sahut Ima. Ia pun meminta Bibi untuk menunggu kembaliannya. Kemudian Ima dan Nick masuk ke dalam rumah mereka.
Bibi mengerutkan kening sambil menyipitkan matanya. "Hem ... apa Tuan keluar cuma buat ngajak Nyonya masuk? Kenapa, ya?" gumam Bibi. Ia belum sadar apa alasan Nick sampai seperti itu.
"Ini kembaliannya, Bi," ucap tukang roti.
Bibi pun menoleh dan ia baru menyadari ternyata tukang rotinya tampan. "Oh iya, terima kasih ya, Mas!" sahut Bibi sambil tersenyum.
'Oalah ... jadi Tuan cemburu, tho? Sampe segitunya, istri gak boleh ketemu cowok ganteng, hihihi,' batin Bibi. Kemudian ia pun masuk.
Di dalam, Ima bertanya mengapa Nick mengajaknya masuk. "Ada apa, Mas?" tanya Ima.
"Gak apa-apa. Ngapain juga di luar lama-lama?" sahut Nick, salah tingkah.
"Kan aku lagi beli roti," ucap Ima.
"Tapi kan ada Bibi. Biar dia aja yang beli. Kamu gak usah repot-repot," ujar Nick.
"Gak repot, sih. Cuma ngasih uang aja. Itu juga Bibi yang bertransaksi." Bukan ingin membantah suaminya. Ima hanya tidak paham mengapa Nick mempermasalahkan hal yang tidak jelas.
Nick menatap Ima. "Kamu senang ya keluar terus ketemu cowok ganteng?" tuduh Nick.
Ima ternganga. "Cowok ganteng?" Ia tidak paham apa maksud suaminya. Sebab Ima sendiri tidak melihat wajah tukang roti karena ia 'menundukkan pandangannya'.
"Itu tadi, tukang rotinya kan ganteng. Makanya kamu seneng ke luar, kan?" tuduh Nick lagi.
Ima langsung menyipitkan matanya. Ia dapat menebak bahwa suaminya cemburu. "Aku sih tadi gak sempet lihat muka tukang rotinya. Apa iya ganteng? Coba aku lihat lagi, deh." Ima sengaja ingin menggoda suaminya.
Ia melangkah keluar. Pura-pura ingin melihat tukang roti itu.
"Hei! Kamu ini malah sengaja!" Nick langsung menghadang Ima. Ia sangat kekanakan.
Ima terkekeh. "Ya ampun, ternyata suamiku possessive banget, ya? Mas cemburu?" tebak Ima sambil tersenyum.
Nick langsung gelagapan saat ditanya seperti itu. "Enggak, kok. Aku cuma gak mau aja istriku jelalatan," sahut Nick, gugup.
"Aahh, masa, sih? Kalau cemburu bilang aja! Gak apa-apa, kok. Aku malah seneng," goda Ima sambil mencolek-colek perut suaminya.
Nick bingung hendak menjawab apa. Ia sudah tertangkap basah. Namun masih enggan mengakuinya. "Aku sudah lapar, ayo kita sarapan!" ajak Nick sambil merangkul Ima. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Ciee, ngeles. Cemburu aja pake malu-malu. Ayo ngaku ...!" Ima masih terus menggoda suaminya itu, sambil berjalan ke arah dapur.
Nick pura-pura tidak mendengar ucapan Ima. Hal itu membuat Ima gemas pada suaminya tersebut.
"Kamu bikin sandwich apa hari ini?" tanya Nick saat tiba di dapur.
"Aku bikin sandwich smoked beef, ditambah scrumble egg dan slice cheese," jawab Ima.
"Wah, pasti enak. Udah jadi, belum?" tanya Nick.
"Eh iya, aku lupa. Tunggu sebentar ya, Mas! Ini tinggal nyusun di rotinya aja, kok," jawab Ima. Ia jadi teralihkan karena harus membuat sandwich.
'Huuh! Untunglah dia tidak memaksaku,' batin Nick. Ia lega karena Ima tidak menggodanya lagi.
'Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Norak sekali,' batin Nick sambil menatap Ima.
Ia merasa apa yang baru saja dilakukan, tidak seperti dirinya. Bagi Nick, hal itu sangatlah norak. Selama ini ia tidak pernah menunjukkan kecemburuan terhadap kekasihnya. Sebab biasanya selalu Nick yang dikejar-kejar dan para wanita yang cinta mati padanya.
Namun saat sedang menatap Ima, Nick tiba-tiba tersenyum. 'Dia memang cantik. Untung pakaiannya tertutup. Jika tidak, mungkin akan banyak lelaki yang tergila-gila padanya,' gumam Nick dalam hati.
Ia tak dapat membayangkan bagaimana jika istrinya berpakaian seksi. Ia yang sudah pernah merasakan tubuh istrinya itu saja sudah bergairah meski sedang melihatnya berpakaian rapih. Sebab, masih terbayang bagaimana rasanya.
Nick menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kacau!" gumam Nick. Ia kesal karena saat ini kesulitan mengendalikan diri.
Bahkan sejak kemarin, Nick tidak ingat pada Amber. Entah bagaimana reaksi Amber jika mengetahui hal itu.
"Kenapa, Mas?" tanya Ima saat sudah selesai membuat sandwich dan membawanya ke meja makan.
"Gak apa-apa. Sudah selesai?" Nick balik bertanya.
"Udah. Ini dia sandwichnya. Semoga kamu suka," ucap Ima. Ia menaruh piring berisi sandwich itu di hadapan Nick.
"Thanks, Sayang," ucap Nick. Kemudian ia mengecup punggung tangan Ima.
"Iya, ya udah aku mau bikin jus dulu," jawab Ima.
Nick menahan Ima. "Kamu duduk di sini aja! Biar jusnya Bibi yang bikin!" pinta Nick.
Ima mengangkat kedua alisnya.
"Lebih penting menemani suami makan atau membuat jus?" tanya Nick.
Ima tersenyum. "Oke, sebentar ya, aku bilang ke Bibi dulu!" jawab Ima. "Bi, itu buahnya tinggal dimasukin ke slow juicer, ya. Nanti kalau udah beres, tolong bawa ke sini!" pinta Ima.
"Siap, Nyonya," sahut Bibi.
Ima pun duduk di hadapan suaminya.
"Kamu gak sarapan?" tanya Nick.
"Aku minum jus aja. Itu udah cukup untuk nutrisiku sampai siang nanti," jawab Ima.
"Kamu diet, ya? Takut gemuk?" ledek Nick.
"Bisa dibilang aku diet. Tapi tujuan utamaku diet bukan cuma karena takut gemuk. Aku diet biar sehat aja. Kan aktifitasku tinggi. Jadi nutrisinya harus cukup. Gak asal kenyang. Percuma kenyang kalau nutrisi gak seimbang," jelas Ima.
"Kalau misalnya nanti kamu gemuk, gimana?" tanya Nick. Ia ingin tahu seberapa kuat Ima menjaga bentuk tubuhnya itu.
"Selama aku menerapkan pola hidup sehat. InsyaaAllah gak akan gemuk. Harusnya aku sih yang nanya kayak gitu. Kalau misalnya nanti aku hamil terus badanku jadi melar. Apa kamu masih mau nerima aku?" Ima membalikkan pertanyaan Nick.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadzah Dinikahi Mafia Tampan
RomanceIma dilamar oleh seorang Mafia yang pura-pura mencintainya hanya karena gadis itu mengetahui rahasianya. Sang Mafia bernama Nick itu tidak ingin rahasianya terbongkar. Sehingga ia terpaksa menikahi Ima agar bisa membungkam mulutnya. Padahal selama...