Geva tidak bisa tidur. Dia sudah berusaha untuk memejamkan mata dan mengalihkan pikirannya dari kerumitan yang dia ciptakan sendiri, namun tidak berhasil. Dia masih terjaga hingga pukul dua pagi.
Setelah meninggalkan rumah Berlian kemarin, hatinya menjadi tidak tenang. Geva merasa resah dan gusar di saat yang bersamaan. Tanpa pikir panjang, dia segera bangkit dari ranjang dan mengambil jaketnya dari dalam lemari. Bergegas cepat meninggalkan unitnya untuk pergi ke suatu tempat yang terlintas dalam benaknya.
Selama di perjalanan, Geva tidak bisa berhenti membayangkan Giana yang tengah tersenyum manis padanya, memberinya kasih sayang dan memperlakukannya dengan baik. Namun, bayangan Giana berganti menjadi Berlian. Bayangan yang memutar kembali ingatan akan hebatnya percintaan mereka, kebersamaan mereka dalam suka dan duka. Bahkan Geva dapat merasakan sentuhan Berlian di kulitnya.
Air hujan yang turun semakin deras, tidak menghalangi niat Geva untuk mencapai tujuannya dengan sepeda motor.
Tergesa-gesa, Geva memarkir motornya dan segera berlari ke teras. Dia melepaskan jaketnya dan mengibaskan air dari sana. Kemudian meletakkan jaket itu di atas kursi teras.Perasaan yang bercampur aduk membawanya ke rumah Berlian. Dia tidak mau menunggu lama, tidak peduli sekarang pukul berapa.
Tangan kanannya mengetuk pintu dua kali. Tidak ada jawaban maupun respon lainnya. Geva pun beralih ke jendela kamar Berlian, mengintip dari celah gorden.
Sosok wanita cantik yang selalu dipujanya sedang terlelap dalam tidur—mengenakan kimono satin merah muda.
"Be!" Geva mengetuk jendela kamar Berlian menggunakan kunci motornya. Wanita yang tengah terlelap itu pun terkesiap. Segera bangkit dan mengerang kesal sebelum mengintip dari celah gorden kamarnya. "Be, tolong buka pintunya," pinta Geva saat Berlian menyibakkan gorden.
Kerutan di kening Berlian adalah tanda yang jelas bahwa dirinya bingung. Dia pun menghilang dari balik gorden, dan 'tak lama kemudian pintu depan dibuka. "Geva! Kamu ngapain ke sini jam segini?" desis Berlian dari balik pintu yang dibukanya setengah.
Geva menerobos masuk. Dia tidak memedulikan keadaannya yang basah kuyup dan setengah menggigil.
Melihat Berlian mengenakan kimono satin merah mudanya, membuat gairahnya terbakar. Dia mendesak Berlian ke dinding. Melumat bibir ranum wanita itu penuh napsu.
"Ge! Apa-apaan?!" Berlian berusaha mencegah, tapi tenaga Geva terlalu kuat sehingga dia tidak mampu menahan.
Tangan Geva merambat ke punggungnya, lalu turun ke pinggang dan berakhir pada bokong yang diremas kuat hingga Berlian memekik. "Geva!"
"Aku kangen kamu, Be. Aku kangen kita. Aku mau kamu," desah Geva di leher Berlian.
"Ge, kamu mabuk?" Berlian mendorong wajah Geva, tapi pria itu masih belum mau melepaskannya. "Gevariel!" Sebuah tamparan mendarat sempurna di pipi kiri Geva dan berhasil membuatnya berhenti.
"Maaf,"lirihnya dengan kepala yang tertunduk.
Berlian terenga-engah. Dia melihat genangan air di bawah kaki Geva. Pria itu benar-benar basah kuyup dan nampak sangat kacau. Berlian menjadi khawatir dan menggiring Geva ke dalam kamarnya.
Sewaktu Berlian melepaskan satu persatu pakaian Geva. Pria itu diam saja dan tidak melepaskan tatapannya dari Berlian. Sampai dia diberi handuk dan pakaian baru pun masih belum melepaskan tatapannya dari wanita cantik itu.
"Aku buatin teh hangat dulu," kata Berlian yang menghilang dari kamar menuju dapur.Belum selesai membuat teh untuk Geva. Pria itu sudah lebih dulu menyusul ke dapur. Memeluk Berlian dari belakang dan mengecup tengkuk wanita itu. Tangannya yang berada di pinggang pun bergerak melepaskan tali kimono satin merah muda milik wanita itu. "Ge."
"Be."
Berlian berbalik dan Geva tersenyum saat melihat wanita itu tidak mengenakan apapun di balik kimononya. Sudah sangat lama dia merindukan setiap lekuk tubuh Berlian. Tangannya menggapai dada penuh milik Berlian. Pijatan kecil membuat Berlian menggigit bibirnya yang mana Geva menjadi semakin menginginkannya.
"Kenapa kamu jadi suka bertamu pagi-pagi buta begini, sih, Ge?" cicit Berlian yang menahan desahan.
Geva mengankat tubuh Berlian, mendudukkan wanita itu di atas kitchen island sehingga memudahkannya untuk mengulum puncak dada Berlian. "Karena ... aku kangen kamu. Aku kangen ini." Dia memberi gigitan kecil yang membuat Berlian terkesiap dan menekan kepalanya.
"Kamu menyelinap sewaktu Giana tidur?"
"Jangan bawa Giana ke dalam situasi ini. Aku cuma mau ada kita, Be." Geva mendongak dan Berlian menjilat bibirnya sendiri. Pria itu beralih mengulum bibir ranum Berlian. Tangannya membuka kedua kaki Berlian dan dia berdiri di antaranya. Tangan kirinya meraba pusat gairah Berlian yang sudah lembap.
"Ah!" Berlian terkesiap sewaktu merasakan jari Geva berada di dalamnya. Tangannya menangkup wajah pria di hadapannya. Mereka saling tatap di saat Geva tengah memberikan permainan dengan jarinya di bawah sana. "Apa alasan lainnya, Ge?"
Geva menggeleng cepat. "Nggak ada." Jarinya berganti dengan kejantannya yang sudah mengeras sedari tadi. Berlian membusungkan dadanya sesaat setelah Geva berhasil memasukinya. "Siapa pacarmu, Be?"
"Seorang pria." Berlian berpegangan kuat pada bahu Geva sewaktu pria itu tengah menggerakkan pinggulnya. Mengisi Berlian dengan kenikmatan yang sudah lama dia rindukan.
"Siapa?"
"Kenapa kamu mau tau banget?"
"Karena aku mau tau." Tekanan dan dorongan kuat membuat Berlian menjerit. "Siapa, Be?"
"Ah!" Berlian menggelengkan kepala, kemudian dia membungkam Geva dengan bibirnya. "Jangan banyak bicara."
"Tapi kita harus bicara."
"Setelah ini, Ge."
Geva mengangkat tubuh Berlian. Wanita itu melingkarkan kedua kakinya di pinggang Geva dan kedua tangannya di leher Geva untuk menjaga milik pria itu tetap berada di dalamnya dan dia tidak kehilangan keseimbangan.
Keduanya bergelung dalam gairah yang terbakar. Saling melepaskan kerinduannya satu sama lain.
"Aku mencintaimu, Be." Berlian membuat tawanya di sela-sela desahan yang tertahan. "Aku mencintaimu selama ini, Berlian. Dan aku tau kalau kamu juga mencintaiku sebesar aku mencintaimu."
![](https://img.wattpad.com/cover/276766638-288-k635810.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Berlian || Liam Payne
Science Fiction18+ 》Follow sebelum membaca《 》Pilihlah bacaan yang sesuai《 》Jadilah pembaca yang bijak《 . . . Gevariel percaya cinta, tapi Berlian, tidak. Bagi Berlian, cinta hanyalah omong kosong yang tujuannya untuk mencari pasangan yang dapat memuaskan hasrat...