"Lou, aku butuh bantuanmu."
Berselang tiga hari setelah pesan suara yang ditinggalkan Geva. Louis datang ke Jakarta. Kedua pria itu bertemu dalam proses mediasi antara Steels Corp dengan Taksa Sinergi.
Setelah proses mediasi selesai. Kedua pria itu pergi ke sebuah kedai kopi yang tidak jauh dari gedung pertemuan tadi. Selesai membicarakan duduk perkara antara Steels Corp dengan Taksa Sinergi, masuklah mereka pada obrolan pribadi yang dimulai dari pertanyaan Geva.
"Gimana kabar Jessie?" Senyum merekah yang ditampilkan oleh Louis, membuat Geva ikut tersenyum dan senang melihatnya.
Atasan sekaligus temannya itu sudah memiliki kehidupan yang selama ini diimpikan, berbeda dengan dirinya yang justru banyak kehilanngan.
"Baik. Kandungannya juga sehat. Ya, walaupun dia masih belum bisa menerimaku seutuhnya, dan mengira aku menikahinya karena kasihan. Tapi ... aku tetap melakukan peranku seharusnya sebagai seorang suami."
Geva tersenyum bangga, kemudian menyesap kopinya. "Aku iri sama kamu."
"Kenapa?"
"Kamu bisa menikahi Jessie, tapi aku ...." Pria itu tersenyum getir untuk dirinya sendiri. "Berlian menikahi pria lain dan Giana masih belum memaafkanku."
"Berlian beneran udah menikah?"
"Nggak tau, tapi kayaknya sih, beneran. Sewaktu aku meninggalkan pesan suara untukmu, aku baru aja kembali dari rumah orangtuanya. Aku ketemu ibunya yang ... seperti biasa nggak suka akan kedatanganku. Sewaktu aku tanya soal Berlian, ibunya nggak mau kasih tau dan Berlian nggak ada di rumah itu. Aku nggak liat mobilnya. Tapi ... ada perasaan nggak yakin sedikit, sih, soal dia menikahi pria pilihan ibunya," tutur Geva panjang lebar sedangkan Louis hanya manggut-manggut menyimak.
"Kalau kamu ketemu sama Berlian, mau apa emangnya?"
Pertanyaan Louis membuat Geva terdiam. Pria itu tidak bisa menjawab, karena dia sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukan jika sudah menemukan Berlian. Dia hanya merindukan Berlian ... merindukan wanita yang selama belasan tahun ada di hidupnya."Kenapa kamu nggak coba perbaiki hubungan sama Giana?"
"Udah."
"Kapan?"
Geva tersenyum ironi mengingat usahanya hanya sebatas membeli bunga dan menjemput Giana dari mengajar koreografi. "Nanti aku coba lagi." Louis menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Geva yang terdengar santai.
"Kalau ternyata benar, Berlian udah menikah. Kamu mau apa?" Pertanyaan Louis kembali tidak dapat dijawab oleh Geva.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana pun Geva tidak mampu. Karena dirinya benar-benar sedang kebingungan, seperti tidak memiliki arah sejak hubungannya dengan Berlian renggang hingga jauh akhirnya seperti sekarang.
Saling diam untuk beberapa saat. Louis sudah menghabiskan satu gelas kopinya, sedangkan Geva hanya memainkan sendok di dalam gelas kopinya. Mengaduk-aduk hingga kopi itu dingin. Seleranya untuk meminum kopi sudah hilang.
Geva teringat kembali pertemuan terakhirnya yang tidak di sengaja dua bulan lalu dengan Berlian. Dia melihat adanya kejanggalan dari wanita itu. Selain perubahan fisik, Geva juga menyadari wajah sahabatnya yang terlihat sangat kelelahan.
Tapi pada saat itu dia berpikir, mungkin benar Berlian sedang mengurus pernikahannya sehingga kelelahan. Namun, ada sebuah penyangkalan dalam dirinya selepas meninggalkan wanita itu demi mengejar Giana yang memergoki mereka.
Perasaan bersalah yang mungkin bisa menjawab pertanyaan Louis sebelumnya. Dia mencari Berlian karena merasa bersalah telah meninggalkan wanita itu sendirian di Starbun pada saat terakhir kali mereka bertemu. Selain itu, Geva juga merindukan Berlian. Tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Berlian || Liam Payne
Science Fiction18+ 》Follow sebelum membaca《 》Pilihlah bacaan yang sesuai《 》Jadilah pembaca yang bijak《 . . . Gevariel percaya cinta, tapi Berlian, tidak. Bagi Berlian, cinta hanyalah omong kosong yang tujuannya untuk mencari pasangan yang dapat memuaskan hasrat...