Bastard Man-4 (end)

13.7K 506 29
                                    

Vote dulu! Maksa nih! Kayak si Daniel yang suka maksa

~

Jumi perlahan membuka mata, gadis itu merasa perutnya tertimpa beban yang cukup berat. Deru napas hangat seseorang tepar berada di leher Jumi dan menciptakan sensasi geli.

"Huh." Jumi mengatur emosi yang memuncak. Tadi malam, hampir saja sesuatu yang sangat berharga untuk hidup Jumi hilang. Setelah seribu rengekan, bujukan, bahkan rayuan yang Jumi katakan, akhirnya lelaki gila ini menghentikan aksinya. Tapi entah bagaimana kalimat Jumi ditangkap sebagai sebuah lamaran.

Ah, Jumi tidak peduli, yang terpenting saat itu dia berhasil menghentikan aksi brutal Daniel.

Jumi menoleh ke sekitar, sepertinya masih sangat pagi, suara orang mengaji di masjid terdengar. Jumi yakin azan subuh baru saja berkumandang.

Dengan gerakan pelan, Jumi menyingkirkan lengan Daniel yang melilit di perut. Bukannya terlepas, Daniel justru merapatkan tubuhnya ke arah Jumi. Jumi sampai menahan napas, tubuh atas Daniel tidak memakai apa pun!

Jumi kembali mencoba dan kali ini berhasil, gadis itu segera bangkit dan turun dari ranjang. gadis itu sedikit memperbaiki baju dan rambut, lalu segera keluar dari kamar laknat itu. Sebelum menutup pintu, Jumi berdoa, semoga gadis itu tidak pernah masuk ke kamar itu lagi.

***

"Hari ini enggak ke kampus, Jum?"

Jumi sedang membantu sang ibu di warung. Setelah pulang dari rumah Daniel, tentu saja bapak dan ibu mencercanya dengan berbagai pertanyaan. Untung saja Ani bisa diajak kerja sama, gadis itu memang pandai mengarang indah.

"Kelas Jumi masih nanti siang, Bu."

Ibu mengangguk. Wanita paruh baya itu sibuk membuat pesanan gado-gado.

"Silakan, Pak." Jumi meletakkan sepiring gado-gado pada bapak yang duduk di kursi plastik dekat pintu masuk tenda. Beliau ini memang langganan di warung ibu Jumi.

Jumi berbalik, mata gadis itu sontak membelalak melihat mobil yang melaju menuju warung gado-gado sang ibu.

"Buk! Jumi berangkat ke kampus dulu!" Jumi bergegas meletakkan nampan, gadis itu lewat pintu belakang dekat tempat cuci piring dan berlari menjauh dari tenda.

"Loh? Eh? Katanya masih nanti siang kelas kamu, Jum!" Ibu terheran melihat gerakan secepat kilat sang anak.

Ah, lelaki itu seperti hantu saja! Jika seperti ini terus Jumi tidak yakin bisa hidup tenang kembali. Jumi tidak ada pilihan lain, gadis itu segera berlari memutar ke jalan raya dan menyetop bus. Sesuai dengan kalimatnya tadi, dia akan ke kampus.

Sampai di kampus, Jumi mendapat tatapan tidak biasa dari para penghuni kampus. Apalagi dari para wanita, mereka seakan memindai tubuh Jumi dari atas sampai bawah.

Jumi sampai risih, dan berulang kali menelisik penampilannya sendiri. Dia bahkan berusaha mencium aroma badannya jika memang bau. Merasa tidak beres, Jumi menuju kamar mandi yang ada di dekat fakultasnya.

"Eh, gila aja tuh berita? Jadi si Juminten itu tidur bareng sama kak Daniel!"

Langkah Jumi terhenti di pintu kamar mandi. Astaga, jadi karena hal ini mereka menatapnya dengan pandangan menyelidik.

"Gila! Sekarang yang diem gitu, sekali gerak menghangatkan ranjang ya!"

Brak!

Jumi menggebrak pintu kamar mandi membuat tiga wanita yang dia tahu adik tingkatnya itu terkejut.

"Siapa yang sebar berita kayak begitu, hah?" Jumi menatap lawan tiga orang itu dengan tajam.

"Ngomong kalau gue tanya? Siapa ya-"

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang