Be Your Wife(reborn)~3

2.3K 180 7
                                    

Haaai

Klik bintang di pojok dulu!!!

Happy reading🫰

~

"Astagfirullah, Mbak, Fatin enggak mau bohong, ih!" Fatin menggeleng berulang kali. Gadis itu menatap Nana yang masih terduduk di atas kasur dengan rambut acak-acakan.

Semula Fatin mengira, saat pulang dari kegiatan pagi, dia sudah menemukan Nana yang rapi, dan siap untuk melakukan aktivitas pertama sebagai penghuni pondok, tapi apa yang Fatin lihat sekarang? Muka bantal, rambut bagai singa, dan kasur yang berantakan.

"Itu bukan bohong, Fatin! Gini loh, kalau kamu enggak ditanya ya enggak usah jawab."
Lagi pula siapa yang tahu kalau Nana tidak melaksanakan ibadah wajib, jika Fatin diam saja semua aman.

"Ih, Mbak Nana! Tapi Mbak Nana sudah melewatkan kewajiban, Mbak sebagai Muslim!"

Nana menganga mendengar hal itu, sepertinya jika Fatin tahu kebiasaannya yang lain bisa pingsan gadis itu.

"Iya-iya, maaf-"

"Bukan minta maaf ke aku, Mbak! Tapi ke Gusti Allah!"

Nana menghembuskan napas pelan, gadis itu menggaruk kepala belakang. "Maaf, Ya Allah."

"Udahkan?"
"Aku mau mandi dulu!"

"Mandinya rada cepet, Mbak! Kelas bimbingan dasar dimulai jam tujuh!" Fatin menatap Nana yang berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi.

"Hah? Apaan tuh? Bimbingan dasar?" Nana menoleh, keningnya mengerut dalam.

"Kelas pertama untuk santri dewasa!"

***

Nana membaca plakat kayu yang ada di atas pintu. Setelah merubah penampilannya menjadi sangat tertutup, Nana digiring Fatin untuk ke gedung yang ada di pojok area santri putri. Sepanjang jalan menuju ke tempat ini, beberapa santriwati menatap penasaran ke arahnya. Tentu saja penasaran, siapa yang tidak penasaran melihat seorang gadis asing bergandengan dengan anak pemilik pondok.

"Mbak, ini kelas pertama, Mbak Nana! Semangat ya! Mbak Nana pasti bisa!" Fatin mengepalkan tangan di samping tubuh.

Nana tertawa pelan, seperti akan pergi berperang saja!

"Dah, Mbak Nana! Semangat-"

"Loh? Kamu enggak ikut masuk?" tanya Nana, dia dan Fatin berdiri di dekat dinding, dan suara percakapan orang yang ada di dalam terdengar cukup jelas.

"Ya enggaklah, Mbak! Fatin ada di gedung sebelah sana!" Telunjuk Fatin mengarah ke gedung yang hanya terlihat gentingnya saja.

"Hah?" Ini di luar ekspektasi Nana! Dia pikir bisa bersama terus dengan Fatin.

"Dah, Mbak. Assalamualaikum!"

"Waalaikumusalam," lirih Nana. Gadis itu menatap punggung Fatin yang menjauh. Dia termenung sebentar, dan sempat melamun kalau saja seorang wanita paruh baya yang keluar dari ruang kelas tidak menyadarkannya.

"Assalamualaikum!"
"Avriana! Avriana, ya?"

"Eh? Waalaikumusalam."
"Iya, Bu. Saya Avriana." Nana tersenyum canggung.

"Salam kenal, Avriana, saya Maryam. Saya guru di kelas ini. Mari masuk! Teman-teman sudah menunggu!" Wanita yang memperkenalkan diri sebagai gurunya itu menuntun Nana masuk ke kelas.

Seketika suasana kelas menjadi tenang, semua pasang mata tertuju pada Nana yang sedikit gugup. Ada sekitar dua puluhan perempuan, yang berpenampilan tertutup sama seperti Nana, di kelas ini.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang