Secret Admirer~2

3.4K 224 5
                                    


Haaaiiii

Mana yang masih setia menunggu cerita ini☝️

Cuss lah dibaca, jangan lupa Vote dan komen!!!

Kalau ada typo mohon maklum ya, lama enggak nulis jadi gimanaaa gitzyuuu🤣

~

"Fi, gue duluan ya. Udah ditunggu sama pengurus." Intan mengemasi barang yang ada di meja dengan tergesa.

"Eh? Masih belum kelar urusan sama pengurus extranya?" tanya Nafi dengan dahi mengerut.

"Belom," jawab Intan seraya menjauh dari meja mereka.

Melihat temannya yang terburu-buru, Nafi hanya bisa mendesah kecil. Padahal Intan sudah berjanji akan menemaninya mengerjakan tugas piket.

Entah siapa yang dulu memulai, tapi aturan di kelas ini sangat cocok untuk anak yang rajin suka bebersih. Pagi datang beberes, selesai jam pelajaran beberes lagi.

"Nafi, sorry banget gue ada urusan pen-"

"Iye, dah! Sono lu selesaiin urusan lu itu!" Nafi tidak mau ambil pusing. Masa bodoh di kelas sendiri, setan dan dedemit tidak doyan dengannya. Gadis itu menyela ucapan teman satu regu piketnya, si Bambang.

"Hehehe, sorry ya, Fi. Gue balik dulu!"

Hanya menyapu, tapi pada males semua, dan mendadak cosplay jadi bajaj, alias ngeles teros!

Tinggallah Nafi sendiri di kelasnya. Menyapu dari baris ke baris. Sesekali senandung kecil keluar dari bibir Nafi.

"Buset, tong sampah pada penuh!" Melihat tong sampah di depan kelas yang membludak, Nafi jadi geleng-geleng kepala. Satu lagi yang dia tidak habis pikir, kenapa teman-temannya nekat membuang sampah di tong ini jika isinya sudah penuh, bahkan tidak bisa tertampung?

Demi pahala sebesar biji duren, Nafi membersihkan sampah yang bercecer di sekitar tong. Lalu dia membawa tong sampah itu ke bagian belakang sekolah, di mana di sana terletak pembuangan akhir sampah yang ada di sekolah ini.

Selesai dengan urusan membuang sampah, Nafi berbalik. Ekor mata gadis itu seperti menangkap bayangan seseorang yang di kenal.

"Weh, Intan? Katanya ada urusan sama pengurus?" Kaki Nafi melangkah mendekati gerbang belakang yang juga berhadapan langsung dengan jalan raya.

"Ta-"
Suara Nafi tertahan di tenggorokan. Pemandangan Intan menghampiri pengendara yang baru saja memarkirkan motor di dekat gadis itu membuat Nafi bertanya-tanya.

Nafi segera bersembunyi di balik tembok saat Intan berjalan memutar dan menaiki boncengan motor besar itu. Setelahnya suara motor menjauh yang Nafi dengar.

Tidak, Nafi tidak salah lihat, Intan baru saja pergi bersama kakak kelas yang dulu pernah temannya itu ceritakan.

"Jadi kisah mereka belum selesai? Lah terus gimana sama Dewa?" Nafi bergumam. Kakak kelas yang membawa pergi Intan itu satu tingkat di atas mereka, di mana saat ini berada di semester kedua perkuliahan.

Sungguh, padahal di sini bukan Nafi yang ada di posisi Dewa, tapi kenapa dia ikut merasakan perih. Intan dan Dewa baru saja jadian, bahkan belum genap satu bulan.

Selama kurang dari satu bulan ini, hubungan Dewa dan Intan tampak baik saja. Intan yang senang diperhatikan, dan Dewa yang terlampau bucin, sampai membuat ciwi-ciwi di sekolah iri.

Nafi ingin menyangkal semua pikiran buruk yang ada di kepala, tapi mengingat Intan yang juga berbohong membuat Nafi tidak yakin bisa mengenyahkan pikiran negatifnya.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang