Cinderella Metropolitan~1

2.3K 202 16
                                    

Hallo Cingu👐
Jumpa lagi dengan Pika di sini👐

Kalian menunggu cerita baru ini tidak?

Xixixi
Pokoknya mari diramaikan ya👐

Vote, dan komen jangan lupa😏

Ada typo? Kasih tahu aku

Happy reading👐

~

Kring!
Kring!

Aina langsung terjaga ketika alarmnya berbunyi. Gadis itu seketika terduduk, lalu meraih jam bulat yang ada di meja samping kasur untuk menghentikan suara memekakkan yang setiap hari menyambut paginya.

Bahkan azan subuh belum berkumandang, tapi Aina harus segera beraktivitas. Bahkan matanya baru terpejam tak lebih dari tiga jam, tapi gadis itu harus kembali terjaga.

Mengumpulkan tekad, Aina segera beranjak dari kasur. Sebelum itu dia harus menandaskan air putih yang ada di dalam botol minumnya.

Dimulai dari ruang tamu, setiap hari kaca besar ini selalu Aina lap. Sofa, meja, bahkan figura tak luput dari sapuan tangan Aina. Selesai di ruang tamu, Aini beranjak ke ruang tengah, gadis itu menghela napas melihat kondisi ruangan itu bak kapal pecah.

Tas yang isinya meluber keluar, majalah yang menyebar sampai ke kolong meja, masker, jepit, uang koin, bungkus camilan, tissu, dan aneka barang lain ada di sini.

Aina meregangkan otot-ototnya, sudah biasa bukan? Oke, mari kita selesaikan mereka! Taruh mereka ke tempat semestinya!

Kajja!

***

Bersiap secepat mungkin, Aina meraih tas selempang yang ada di gantungan balik pintu. Gadis itu memasukkan buku yang sudah dia siapkan. Sebelum keluar kamar, Aina menyempatkan diri melihat penampilannya dari cermin.

Oke, seperti biasa! Polos!
Yang tidak Aina lupakan, masker! Ke mana pun Aina pergi benda ini tak boleh tertinggal!

"Na! Lu udah nyuciin gaun gue, kan?"
Kaki Aina berhenti melangkah ketika suara itu terdengar dari arah meja makan.

"Udah."

"Good!"

Aina sibuk memakai sepatu, gadis itu menoleh sekilas ke arah meja makan. Di sana, ibu dan anak sedang asyik menyantap sarapan buatannya.

Aina memalingkan muka ketika wanita paruh baya dengan lipstik merah menyala menatapnya. Sorot mata yang sangat Aina benci!

"Aina berangkat, Mi!"

"Heem!"

Sepeninggal Aina, ibu dan anak itu mulai menggunjing.

"Sok banget tuh bocah! Ngapain juga masih ngampus, kayak bisa lulus aja." Tawa kecil terdengar dari mulut Tere.

"Sudahlah, kasihan kalau dia di rumah terus," ucap Wilda menenangkan sang anak.

"Yang terpenting, semua orang tahu, bahwa anak Mami ini yang paling pintar, yang paling cantik, dan paling Mami banggakan. Dia tidak ada apa-apanya dari kamu." Wilda tersenyum ke arah anaknya.

"Ah, Mami bisa aja. Ya iya dong, aku lebih segala-galanya dari dia!"
Hanya orang buta yang mengatakan Aina cantik!

***

"Tolong beri saya waktu, Pak. Saya janji akan segera melunasi-"

"Aina, maaf sebelumnya. Saya sudah memberi kamu waktu."
"Kalau saya terus memberi kamu kelonggaran, itu artinya saya tidak berlaku adil. Bagaimana jika mahasiswi lain tahu?"

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang