Naughty Maid~3

3.8K 232 4
                                    

Aku baleeek
Vote Jan lupa ya Sayangkuu💓

~

"Argh!"

Brak!
Semua benda yang ada di atas meja rias terlempar, siapa lagi pelakunya kalau bukan pemiliknya sendiri, Salza.

"Astaga! Salza? Ada apa ini?" Anita menghampiri anaknya yang kalut itu.

"Kamu kenapa? Kok kamu ada di sini, bukannya kamu ke rumah Sakti?" tanya Anita, padahal anaknya tadi berangkat dengan penuh semangat, tapi kenapa pulang dengan keadaan marah seperti orang kerasukan?

"Ma, di rumah Sakti, ada pembantu baru-"

"Iya, terus?"

"Pembantu itu, kurang ajar sama aku, Ma! Masa dia berani lawan perintah aku, ya aku ceburin dia ke kolam, eh, Sakti datang selamatin dia. Pembantu itu pasti cuman akting tenggelam, karena habis itu dia senyum penuh kemenangan ke arah aku, Ma!"

Kening Anita mengerut dalam. Pembantu? Hanya seorang pembantu tapi memiliki keberanian sebesar itu?

"Dan Mama tahu, Sakti sampai sinis ke aku gara-gara tuh pembantu, Ma! Argh! Pokoknya aku yakin pembantu itu punya niat lain ke Sakti!" Salza geram. Membayangan Jihan yang mengejeknya membuat Salza merasa terhina.

"Sayang, tenang dulu! Dia bukan lawan yang sulit. Dia hanya seorang pembantu yang salah memilih lawan." Anita mengajak Salza untuk duduk di tepi ranjang.

"Tenang, ya! Secara logika saja, pembantu itu tidak mungkin bersaing dengan kamu. Dan untuk yang terjadi hari ini, kita akan membalasnya," lanjut Anita menenangkan sang anak.

"Janji ya, Ma? Pokoknya aku enggak mau Sakti bersikap dingin ke aku kayak tadi, Ma. Selama ini aku udah cukup sabar ngelihat Sakti sama Audrey." Bibir Salza maju beberapa senti.

Anita tersenyum, dia mengelus surai panjang anaknya. "Tenang, Sayang, Audrey sudah tersingkir, dan pembantu itu pasti mudah untuk tersingkir juga."

"Maksud, Mama?"

***

"Jihan, kamu mau apa?"

Jihan yang terkejut hampir saja terjungkal, tapi Sakti berhasil menahan tubuh gadis itu yang akan menyentuh dinginnya marmer.

"Oh, Tuan sudah pulang, ini saya sedang ganti bohlam lampu."

Sakti berdehem, posisi mereka masih tertahan seperti tadi dengan tangan Sakti yang melingkar di paha Jihan agar gadis itu tidak jatuh. Sakti salah fokus pada potongan baju pelayan Jihan yang ada di atas lutut.

"Turun! Biar saya saja!"

"Nah, sudah selesai." Jihan menunduk dan tersenyum.

"Ya sudah, turun!" Sakti mengulurkan tangan, membantu Jihan untuk turun dari kursi.

"Kamu bisa minta tolong mamang, Jihan! Tidak perlu melakukan sendiri."

"Saya sudah biasa, Tuan." Jihan masih ngeyel.

"Hem, saya cuman pingin kamu hati-hati, masa belum ada satu Minggu bekerja di rumah saya, kamu sudah babak belur. Kesiram air panas, tenggelam, terus jatuh?"

Jihan tidak bisa menyembunyikan tawanya. Saat itulah, Sakti seperti terhipnotis melihat gigi rapi atas Jihan terlihat. Ini pertama kalinya dia melihat Jihan tertawa, dan kenapa ada sesuatu yang berdesir di hati.

"Ehem, tolong buatkan kopi." Sakti berlalu dari sana.

"Siap."

***

'Jaga diri ya, Sayang!'

Sakti terusik dalam tidur, lelaki itu bergerak gelisah.

"Audrey! Kamu mau ke mana?"
"Audrey!"
Mata Sakti terbuka lebar, jantung lelaki itu berdetak kencang, dia menoleh ke segala arah. Baru saja dia memimpikan Audrey, untuk pertama kalinya.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang