Sweet Karma~1

4.8K 241 7
                                    

Selamat soree
Aku datang dengan cerita baruuu

Jangan lupa klik bintang di pojok yaa!

Typo? Kasih tahu aku!

Happy reading

~

Setiap orang memiliki masa, di mana mereka berada di titik terendah. Saat menghadapi hal itu, rasanya menyendiri dari dunia luar yang paling kita butuhkan. Ini yang sedang terjadi pada gadis dewasa bernama Saras. Tapi tuntutan kerja membuat gadis itu duduk di salah satu halte bus, meski jiwanya masih ingin di rumah.

Seminggu ini mungkin merupakan hari terburuknya. Kehilangan sosok yang selama ini menjadi penenang di kehidupannya yang rumit. Sosok itu adalah neneknya, beberapa orang jauh lebih dekat dengan nenek dari pada orang tuanya sendiri.

Jalan hidup seseorang memang berbeda, dan yang sedang Saras hadapi saat ini cukup terjal. Di tengah dukanya kehilangan sang nenek, dia juga masih menghadapi kerasnya masalah ekonomi.

Saras menghela napas, gadis itu melirik ke sekitar. Semua orang tampak sibuk dengan urusan masing-masing, juga dengan masalah mereka sendiri. Saras tidak boleh merasa menjadi orang yang paling tersakiti di dunia ini.

Tapi bolehkah Saras berkata bahwa semua kesulitan yang dia lalui akibat ulahnya di masa lalu? Ya, di masa lalu, Saras bukanlah manusia yang baik. Setiap langkah hidup Saras terasa sangat berat, mungkin karena doa orang yang pernah Saras lukai di masa lalu.

Klakson bus terdengar membuat Saras seketika berdiri. Dia harus bisa melesak masuk ke bus sebelum kehabisan tempat. Hari Senin memang menjadi momok untuk karyawan yang mengandalkan kendaraan umum. Heem, sepertinya bukan hanya hari Senin, tapi setiap hari kerja!

Begitu bus berhenti, mereka saling berdesakan untuk mendapat tempat. Saras meringis saat badan kecilnya terhimpit, dan terdorong. Untung saja, Saras bisa masuk ke bus meski harus terjepit.

Sampai di gedung kantor, perjuangan Saras untuk datang tepat waktu belum usai. Dia harus segera absen tapi lift sudah penuh. Gadis itu memutar otak, dia menatap lorong lantai satu yang sepi.

Matanya menatap pintu lift lain. Gadis itu celingukan, memastikan keadaan aman, merasa aman, dia segera masuk lift itu dan langsung memencet tombol.

"Aman, enggak ada orang."
Saras pasti akan dihukum jika ketahuan naik menggunakan lift ini. Tentu saja, karena lift berornamen mewah ini memang khusus untuk petinggi kantor.

Saras bisa bernapas lega ketika pintu lift mulai tertutup, gadis itu membenarkan seragam dan rambutnya yang sempat acak-acakan.

"Tunggu!"
Sebuah tangan terulur, membuat pintu lift kembali terbuka. Saras mendelik melihat siapa yang ada di depannya. Seorang lelaki tampan dengan jas hitam licin.

Oke, ini bukan waktunya untuk mengagumi ciptaan Tuhan, Saras!
Tapi, siapa lelaki itu? Wajahnya sangat asing!

Lelaki itu berdiri di depan Saras, dia memencet tombol lantai tujuh. Saras melotot melihat hal itu, bisa dipastikan lelaki ini bukan orang sembarangan. Oh, astaga, jangan bilang ada petinggi baru di perusahaan ini saat Saras sedang cuti.

Merasa diperhatikan lelaki itu menoleh. Untuk beberapa saat mereka saling pandang, Saras sempat terpaku dengan tatapan itu, tapi dia berusaha memutus kontak mata dengan cepat.

"Kamu?"

"Iya, Pak?" Saras yakin jika lelaki ini masih cukup muda atau bahkan seumuran dengannya.

"Kamu OG, kan?"

Doeng!

Tangan Saras meremas ujung seragamnya.

Lelaki itu memindai Saras dari atas sampai bawah. Pandangan yang sangat meremehkan itu sudah biasa Saras terima. Heran! Apa ada yang salah dengan pekerjaannya? Halal kok.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang