Suddenly Indigo~2

1.7K 167 7
                                    

I am back👐

Klik bintang di pojok dulu! Dibiasakan untuk meninggalkan jejak yaaa

Ada typo? Kasih tahu aku!!

Happy reading🫶

~

"Aaa!!!"

Teriakan menggema di pagi hari yang cerah itu. Kembali, Vika bangun dari tidurnya yang tidak pulas. Gadis itu langsung terduduk, dia menatap sekeliling dengan bingung.

"Ini kamarnya siapa?" gumam Vika.

Ceklek!

"Vika?"

Dari balik pintu muncul Windi yang menatap Vika dengan panik. Wanita itu berjalan mendekat, tatapannya menelisik Vika yang kebingungan.

"Mbak Windi?"

"Astaga! Ini lo, beneran!" Windi bernapas lega, langkah wanita itu semakin lebar untuk mendekati ranjang.

"Iya, Mbak. Ini Vika."
"Kok gue bisa di sini, Mbak?"

Windi mengambil segelas air di atas nakas dan menyodorkannya pada Vika. "Lu beneran kagak inget?" tanya Windi ketika Vika sudah meneguk setengah isi gelas.

"Hah? Emang gue ngapain, Mbak?"
Vika hanya ingat, terakhir kali dia berbaring di klinik kantor. Gadis itu berusaha memejamkan mata, dan menghiraukan beberapa pengganggu yang mencari perhatiannya. 

"Ya ampun, ya ampun, Vik. Parah lu! Parah! Nih rumah gue, tadi malem kedatangan banyak tamu!" Windi heboh sendiri. Telunjuk wanita itu mengarah ke dinding di sebelah pintu. "Tuh, lihat, itu hasil karya lu tadi malem."

"Ha?" Vika melotot menatap gambar dari spidol yang ada di dinding seberang. Sejak kapan dirinya bisa menggambar sebagus itu?

"Kaki lu, coba gue lihat."

"Aaa!!" pekik Vika kesakitan ketika Windi menepuk cukup keras pergelangan kakinya.

"Tadi malem lu nari India di kamar ini. Lu juga mendadak jadi balerina, kalau enggak karena kaki lu kesleo, mungkin lu kagak berhenti sampai pagi."

Vika meringis, badannya sering sakit, apalagi ketika dia harus menjadi tempat berkunjung para makhluk tak berwujud. Selalu seperti ini, jika suasana hatinya buruk, mereka dengan mudah menguasai badan Vika.

"Sebenernya lu kenapa sih, Vik?" Wajah Windi memancarkan rasa ingin tahu yang besar.

Vika menghela napas. Ingatannya melayang ketika pertama kali dia bangun tidur dan dirinya bisa melihat wujud tak kasat mata, saat itu Vika langsung teringat kalimat si dukun gadungan. Dengan susah payah, Vika menghampiri dukun itu.

"Lu bahkan lebih parah daripada Irfan waktu itu, Vik."

Ini semua salahnya, dia terlalu emosi sampai menyinggung perasaan wanita yang dia sebut sebagai dukun gadungan.

"Mbak, gue enggak bisa cerita detailnya. Tapi yang pasti semua ini akibat ulah gue sendiri. Gue-"
"Gue enggak tahu, apa kutukan ini bisa hilang, atau jiwa gue bakal terjebak."

Windi mengusap lengan Vika.
"Lu beneran bisa lihat?"

Vika menoleh, dia membalas tatapan Windi dan mengangguk.

"Kutukan? Lu bilang tadi kutukan? Jadi, pasti ada cara biar kutukan lu ilang?"
Windi teringat film animasi kartun kerajaan, di sana menceritakan tentang seorang putri yang terkena kutukan, dan cara agar sang putri terbebas dari kutukan adalah-

Windi menepuk lengan Vika berulang kali. "Jangan bilang!"

"Hua!!! Gue harus cari di mana, Mbak!" Vika kembali merebahkan badannya ke kasur.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang