Cupid~3

1.8K 227 12
                                    

Heyo
Mbk cupid kambek

Klik bintang di pojok jangan lupaa

Typo? Kasih tahu aku yaa

Happy reading🫶

~

"Sekali lagi gue minta maaf, Del."
Silva menatap Della yang berusaha menyembunyikan kekecewaan.

Mulanya gadis di depan Silva itu bersemangat ketika dia meminta untuk bertemu di kantin kampus. Della pikir dia akan mendengar kabar baik, tapi ternyata kedua amplop yang sempat gadis itu berikan ke Silva kembali ke tangannya dengan keadaan utuh.

"Yah, it's okey. Gue harusnya enggak maksa lu, dari awal lu udah nolak, kan? Sorry atas sikap gue yang kurang dewasa."

Ah, Silva semakin tak enak hati. Dia mengecewakan gadis sebaik ini, tapi ini juga demi kebaikan Della, rasanya tak adil, lelaki redflag yang doyan ke bar itu mendapatkan rasa suka dari gadis sebaik dan secantik ini.

"Kalau gitu gue cabut dulu. Sekali lagi, sorry udah maksa lu." Della mengambil dua amplop yang ada di atas meja. Gadis itu beranjak dari hadapan Silva.

"Del?"

Panggilan Silva membuat Della berhenti, dia menatap Silva yang masih duduk.
"Ya?"

"Gue yakin lu bakal dapat lelaki yang jauh lebih baik dari dia-"
Silva menarik napas. "Dia bukan cowok yang pantas untuk dapat rasa suka dari cewek sebaik, dan secantik lu, Del," lanjut Silva.

Kalimat itu membuat Della mengerjap. Dia mengurungkan niatnya untuk beranjak, "maksud lu?"
"Kenapa? Kenapa seakan-akan lu mengenal kak Sam?"

Tangan Silva yang ada di bawah meja saling meremas. "Em, pokoknya semoga lu dapat cowok yang baik."

Kedua gadis itu saling bertatapan, dari raut wajahnya bisa Silva simpulkan jika Della tak suka dengan kalimatnya tadi. Ah, benar, siapa yang bisa melawan seseorang yang sedang kasmaran? Harusnya Silva tak berterus terang seperti ini!

"Thank you, Va. Tapi perlu lu tahu, cowok pilihan gue ini salah satu lelaki terbaik yang pernah gue temui," ucap Della penuh rasa bangga.

"Ha?"

Della tersenyum cerah, gadis itu meneruskan langkah yang sempat tertunda. Meninggalkan Silva yang kini bertanya-tanya.
'Lelaki terbaik yang pernah gue temui?'

***

"Nyesel tahu, nggak? Bukannya jadian, yang ada malu!"

"Harusnya lu tuh amanah, Va! Lu, udah kita bayar loh!"

"Woi! Lu pada napa sih? Kan, Silva juga udah jelasin ke kalian, kenapa kalian enggak berempati sedikit pun?" Ririn menarik lengan Silva, dia sejak tadi tak pernah beranjak dari sisi Silva.

Setelah menemui Della, Silva memasuki kelas, bukannya menerima pembelajaran dari dosen, gadis itu justru dihadapkan dengan para pelanggannya yang protes karena uang mereka tak kunjung kembali.

"Kenapa jadi lu yang sewot? Lu siapa? Lu timnya Silva?" Gadis berkemeja putih menatap tajam Ririn. Dia yang paling menggebu untuk mendapat uangnya kembali.

"Iya, kenapa? Jadi kalau lu macam-macam sama Silva, langkahi gue dulu!" seru Ririn tak gentar. Jika para cewek ini gila, maka Ririn lebih gila.

"Oh, sama-sama enggak-"

"Stop! Please!" Silva memejamkan mata. Kelas sudah mulai penuh, dan dia sudah menjadi pusat perhatian. Sebentar lagi dosen akan datang, Silva tak mau masalah ganti rugi ini semakin melebar.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang