Ke pasar malam bawa Ipad
Selamat malam warga WattpadJangan lupa Votenya!
~
Anindya tersenyum bodoh, tidak merasa bersalah meski orang yang sudah dia fitnah berkacak pinggang.
"Bisa-bisanya umi percaya omongan kamu daripada aku!" Farhan berulang kali menghembuskan napas. Selesai melakukan penyambutan tamu dia langsung ditarik ibunda dan disidang di ruang kerja.
Hadist, surah, bahkan petuah memenuhi kepala Farhan saat ini. Satu yang paling Farhan sayangkan, umi terlalu mudah digiring oleh gadis yang ada di depannya.
"Siapa suruh marahin aku kemarin malam," sewot Anindya. Gadis itu menarik selimut tebal berwarna abu-abu yang tentu saja milik Farhan. Kapan-kapan Anindya akan menggantinya agar terlihat lebih hidup. Bayangkan saja, mulai dari meja, kursi, lemari, sampai pintu dan dinding semua serba abu-abu.
Maniak abu-abu nih cowok!
"Eits, siapa yang suruh kamu tidur. Aku belum selesai ngomong." Farhan menarik tangan Anindya membuat gadis itu mengurungkan niat untuk melompat ke ranjang.
"Emang gue tidur harus dengan persetujuan dari lu? Dasar aneh!" Anindya menyentak tangan Farhan.
"Sebagai hukuman karena kamu sudah memfitnah aku. Mulai besuk, kamu harus belajar baca Alquran!"
Anindya tersenyum. "Gue udah bisa kali! Enggak perlu belajar lagi sama lu!"
"Yakin? Kalau begitu jangan lupa ikut pengajian yang umi, budhe, dan bulik. Di sana satu hari satu juz, tentu kamu tahu, kan kecepatan bacanya seperti apa." Kali ini Farhan yang tersenyum penuh kemenangan. Di agamanya, balas dendam sangat tidak dianjurkan, namun dalam menghadapi Anindya, entah kenapa kesabaran Farhan terkikis.
Anindya terdiam sejenak, bisa sih bisa tapi kalau disuruh baca cepat untuk bisa satu juz dalam sehari sudah pasti dia akan ketinggalan.
"Oke deh, gue setuju belajar sama lu. Tapi jadwalnya ikut gue ye." Putus Anindya. Gadis itu mengangkat telunjuk saat Farhan akan protes.
"Dipikir cuman dia yang sibuk!" Farhan mengelus dada. Dosa apa sampai dapat istri seperti ini?
Astagfirullah! Bisa darah tinggi kalau Farhan setiap hari harus seperti ini. Dia spesialis lemah lembut berubah menjadi super emosian jika berdekatan dengan Anindya.
***
"Bismillah-"
Pletak!
"Aw!"
"Kamu baca Basmalah aja salah!"
"Ayo yang benar! Masa kalah sama anak TK!"Farhan menahan mati-matian senyumannya. Lelaki itu berhasil mengejari Anindya di sore hari ini.
Meski merasa dongkol karena kepalanya dipukul menggunakan rotan sepanjang pulpen, Anindya tetap patuh untuk mengulang bacaannya.
Pletak!
"Salah lagi! Astaga, ini baru permulaan loh. Bahkan belum sampai di ayat satu, dan kamu masih belum menguas-"
"Heh! Lu pikir lu bang Shelly? Pukul-pukul pakai rotan! Kalau sampai kepala cantik gue kenapa-napa, tanggung jawab lu!" Anindya menatap Farhan dengan tajam. Didiamkan kok malah ngelunjak!
"Mau gue laporin KDRT lu?" ancam Anindya. Gadis itu ingin beranjak tapi takut kalau bertemu ibu mertua dan diajak ke pengajian. Informasi dari Farhan, umi biasa berangkat pengajian bersama saudara sore hari seperti ini.
"Iya, ya. Kamu sendiri yang benar dong!"
Dengan banyaknya bentakan, pukulan rotan, serta emosi Farhan mengajari Anindya mengaji. Tidak sesulit itu karena ilmu dasar yang dimiliki Anindya membuat pembelajaran ala Farhan berjalan cukup lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story: Our World
ContoKumpulan cerita pendek warning!!! area dewasa #1 Short Story 4/4/2023 #1 Short Story 5/4/2023 #1 Short Story 6/4/2023 #1 Cerpen 30/9/2023 #4 Oneshoot 5/4/2023