My Ex-3

19.1K 849 7
                                    

Bab ini aku dedikasikan untuk pembaca pertamaku Kak suitypaiii
Terima kasih telah mampir, maaf jika masih banyak kekurangan♥️

~

"Tika tolong fotocopyin berkas ini terus kasih ke pak Roni ya." Salah satu staff yang berada di divisi keuangan menghentikan langkah Tika.

"Baik, Mbak." Tika menerima berkas tersebut. Segera menyalin beberapa lembar sesuai dengan perintah staff tadi. Sebagai OG, Tika tidak hanya memastikan gedung perusahaan ini bersih tapi juga membantu untuk memperlancar pekerjaan staff yang bekerja. Dua hari lalu, Tika juga diberi perintah untuk mengantarkan berkas penting ke gedung sebelah.

Ya, Tika memilih bertahan bekerja di sini. Belajar profesional, Tika tidak boleh melibatkan masa lalu di sini. Lagi pula, Tika tidak selalu bertemu dengan lelaki itu.

Karena ruangan office girl dengan pimpinan itu bagai langit dan bumi, tidak setiap hari Tika melihat atau bertemu Sean. Kecuali di lorong perusahaan saat Sean sedang berjalan dan Tika sedang bebersih atau saat ini. Saat keduanya bertemu di lift.

Tika menjadi ragu untuk masuk karena hanya Sean yang ada di lift itu tapi mengingat berkas yang dibawa, gadis itu tidak memiliki pilihan lain. Sebelum masuk, Tika lebih dahulu memastikan tidak salah lift, pasalnya lift karyawan dan Sean berbeda. 'tidak salah, kok.'

"Siang, Pak," sapa Tika. Mau bagaimanapun keadaan dan hubungan mereka sebelumnya, Sean tetap bos dan dia karyawan.

Sean mengangguk, lelaki itu berdiri di sudut kanan lift, sedangkan Tika di sudut kiri lift. Gadis itu menekan tombol angka sepuluh, lantai yang ditempati para manager berbagai divisi juga manager utama.

Tidak ada obrolan yang tercipta. Tika dengan pikirannya sendiri, dan Sean yang diam-diam memerhatikan Tika dari dinding lift.

Saat kotak kecil di atas menunjukkan lantai tiga, beberapa karyawan masuk, mereka menyapa Sean yang dibalas dengan anggukan. Tika dapat bersyukur karena bukan hanya dia di lift ini bersama Sean.

Lift yang mereka tumpangi berhenti lagi di lantai empat, kali ini lebih banyak karyawan yang masuk. Membuat Tika bergeser semakin ke belakang, gadis itu meremas pinggiran map yang dibawa. Tubuhnya dihimpit lelaki yang berdiri di depannya, membuat gadis itu semakin mundur sampai merasakan tubuh tegap seseorang.

Tika tidak berani menoleh, gadis itu hapal dengan bau parfum yang menyeruak masuk ke hidung. Aroma ini tidak berubah meski sudah beberapa tahun yang lalu. Tika hanya berdoa dalam hati supaya lift cepat membawanya ke lantai tujuan.

"Apa kabar?" bisik lelaki yang ada di belakang Tika, suaranya yang hanya seperti hembusan angin itu dapat Tika dengar karena tepat berada di samping telinga.

Tika tidak merespons, jantungnya berdetak tak karuan. Antara menunggu pintu lift yang tak kunjung terbuka, juga tubuh bagian belakangnya yang menempel di tubuh depan Sean.

Ting!
Tika langsung merengsek maju, gadis itu tidak peduli dengan tatapan heran para karyawan yang memenuhi lift. Pintu lift tertutup kembali, dengan Tika yang sudah sampai di lantai tempat ruangan para manager.

"Oke, fokus." Tika menghembuskan napas berulang kali, dia bertekad memakai tangga darurat saja jika kembali diberi perintah mengantarkan berkas, daripada kembali bertemu Sean lalu jantungnya kembali menggila.

***

Tika berjalan menuju indekost yang tidak jauh dari perusahaan. Tapi langkah gadis itu terhenti saat suara klakson mobil terus berbunyi dari arah belakang. Mobil hitam itu berhenti di samping Tika, tentu dia mengenali mobil mewah itu. Mobil yang sudah membuatnya tergeletak tak berdaya di rumah sakit selama tiga hari.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang