Suddenly Indigo~3

1.7K 190 12
                                    

Vika comeback👐

Klik bintang di pojok dulu ya!

Ada typo? Kasih tahu aku

Happi reading🫶

~

Pagi hari yang cerah di hari Selasa. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Vika selalu terbangun karena ulah makhluk tak kasat mata. Ada yang sengaja mengercoki mimpi indah Vika, ada yang meniupi telinga Vika, bahkan ada yang bernyanyi dengan suara seram mereka.

Pukul delapan, Vika harus sudah sampai di kantor, dan sekitar pukul enam gadis itu sudah mandi, saat ini dia sedang menjemur pakaiannya.

Area jemur dan cuci di indekos yang Vika tempati berada di lantai paling atas. Dari atas sini, Vika sering termenung seraya menikmati semilir angin pagi. Dan kali ini, Vika ditemani seorang wanita cantik dengan gaun biru muda.

"Loh, gue kira siapa tadi. Lu ngomong sama siapa, Vik?"

Vika mengerjap mendapati pertanyaan yang tetangga kosnya lontarkan. Saking asyiknya berbincang, Vika tak menyadari derap langkah tetangga kosannya. Bodohnya dia, kenapa sampai lupa jika hanya dia yang bisa melihat wanita bergaun biru ini.

"Oh, ini, Mbak, lagi telfonan sama Ibu." Vika tersenyum kikuk.

"Oh."
Tetangga kos Vika tampak mengangguk, dia melanjutkan niatnya menjemur pakaian.

Untung saja, Vika selalu membawa ponselnya. Alibi ini sering Vika ucapkan jika dia hampir ke'gep seperti tadi. Vika langsung ngacir ke lantai bawah, di atap sudah tidak aman baginya untuk bercengkerama dengan si wanita berbaju biru.

"Aku manggilnya gimana?"

"Mbak? Nonik?" tanya Vika. Pasalnya wanita berbaju biru ini terlihat seperti perempuan Belanda, pakaian beliau juga terlihat kuno. Baru kali ini Vika bertemu hantu cantik dan tidak menyeramkan.

"Noa?"
"Oh, nama kamu Noa."

Dua makhluk berbeda alam itu terlibat pembicaraan ngalor ngidul. Sampai Vika lupa waktu dan berakhir buru-buru berangkat ke kantor.

Sampai di kantor, karena melewatkan sarapan, akhirnya Vika mencuri waktu untuk makan roti yang sempat dia beli di perjalanan.

"Woi! Makan sendiri, bagi!"
Windi mendorong kursi yang diduduki untuk mendekati Vika.

Vika tertawa kecil disela kunyahannya. Gadis itu merogoh isi tas selempangnya.

"Eh! Mbak, jangan yang itu!" Vika menepuk pelan tangan Windi yang akan menjangkau roti hijau dengan rasa pandan yang ada di atas meja kerjanya.

"Ini aja." Vika menyodorkan roti yang dia ambil dari dalam tas.

"Ih, gue suka rasa pandan." Windi menggeleng, wanita itu mencoba meraih roti hijau yang ada di meja.

"Jangan, Mbak! Itu punya Noa."

"Ha?" Windi melongo, Noa siapa? Di ruangan ini hanya ada empat orang, dan tidak ada yang namanya Noa.

"Eh, yaampun, maaf, Noa, aku lupa bukain tadi." Vika tersenyum ke arah dinding, gadis itu kemudian membuka roti pandan yang tadi diperebutkan oleh Windi.

Seketika Windi bergidik ngeri. "Jangan aneh-aneh lu, Vik! Kenapa diajak ke kantor!"

Vika meringis. "Habis katanya dia bosen kalau nunggu gue di rumah, ya mending tak ajak aja, Mbak."

"Wah, gila lu!"

***

Suasana kantor setelah jam makan siang berubah mencekam. Setelah kemarin terjadi huru-hara karena pemecatan manager dan general manager. Kini terjadi masalah lagi akibat proyek mangkrak.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang