My Fierce Lecturer~5

4.2K 249 18
                                    

Vote sama komen dulu!

~

"Lu udah telat sepuluh menit, Lyn! Dan lu masih enak-enak di sini!" Rose menepuk pipi Velyn, temannya itu menjadikan paha putih mulus yang setiap bulan mendapat perawatan belasan juta sebagai bantal.

"Gue mau ganti dosen pembimbing aja!" Mata Velyn terbuka, sorotnya begitu menggebu.

"Heleh! Yakin bisa ganti! Lu udah ganti beberapa kali, itu juga karena belas kasih pihak kampus, sama power keluarga lu, dan sekarang lu mau ganti lagi. Plis deh, enggak usah halu, Lyn!"

"Hua! Terus gue harus gimana? Si dosen galak malah mau dijodohin sama gue!" Velyn terduduk, rambutnya dia acak sebagai bentuk frustrasi.

"Muke gile! Yang bener lu!"

Ups! Velyn sontak menutup mulutnya yang lemes. Etdah, makin runyam nih kalau si Rose tahu.

***

"Masuk!" Suara dari dalam membuat Velyn berbalik.

"Eh, udah disuruh masuk juga!" Rose membalik badan sahabatnya itu. Saat ini, dia menjadi yang paling bersemangat setelah mendengar kalimat keceplosan dari Velyn tadi.

"Gue, balik aja dah. Pasti nanti di dalem gue dimarahin karena telat, terus disuruh pulang. Udah yakin gue alur ceritanya kayak begitu." Velyn menyandarkan kepala pada pintu kayu di depannya.

Beberapa mahasiswa yang lewat menatap mereka dengan pandangan penuh tanya. Meski begitu mereka juga tahu jika kakak tingkat mereka sedang berada di ujung tanduk apabila berurusan dengan Weda, si dosen yang terkenal tegas.

"Yakin sama gue, tuh penelitian lu pasti bakal diacc."

***

Untuk pertama kali, Velyn duduk di kursi hitam yang ada di depan meja Weda. Gadis itu menatap Weda yang serius membaca dan meneliti laporannya.

Sebuah keajaiban seperti menerpa Velyn hari ini, meski dia telat lebih dari sepuluh menit, Weda yang biasanya galak to the max, tidak menampilkan kegarangannya itu. Justru, Velyn disuruh duduk, dan menunggu laporannya diteliti.

"Ini, dibagian ini kamu tinggal menarik kesimpulan dari objek penelitian kamu. Kesimpulannya dibuat ringkas saja karena kamu sudah menjelaskan di awal."

"Hah?"  Velyn mengerjap. Bukan kertas putih penuh ketikan yang dia lihat, tapi wajah Weda yang serius memberi arahan.

"Lihat laporan kamu, Velyn! Bukan lihat saya!"

"Ah, iya, Pak. Maaf." Velyn berusaha fokus, dia mulai mendengarkan arahan yang Weda berikan.

"Selebihnya sudah tidak ada yang perlu dirombak."

"Berarti, penelitian saya bisa di-ACC Minggu depan, Pak." Mata Velyn berbinar.

"Mungkin-"

Aish! Bahu Velyn sontak merosot.

"Kerjakan dulu yang saya arahkan! Urusan ACC atau tidak itu kuasa saya! Sekarang kemasi barang-barang kamu!"

Velyn mengangguk. Gadis itu memasukkan bolpoin dan makalah yang beberapa bagian dicoret-coret oleh Weda.

"Ikut saya setelah ini!"

Gerakan tangan Velyn terhenti, gadis itu menatap Weda. "Ada apa, Pak?"

"Kita perlu bicara soal perjodohan-"

"Tidak ada yang perlu dibicarakan, Pak! Saya menolak dijodohkan dengan Wisnu, apalagi sama Bapak!" tolak Velyn lantang.

"Baik, kalau itu mau kamu. Kemungkinan laporan kamu harus dikaji ulang Minggu depan."

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang