Crazy Girl~1

5.1K 228 3
                                    

Holaaa
Cerita baru niiih
Dan alurnya sedikit maju mundur, jadi kalian bacanya kudu ati-ati banget.

Sebelum lanjut scroll ada baiknya untuk meninggalkan jejak berupa like, dan comment

Okraay, selamat membacaaa

~

Tiga orang wanita dewasa itu berdiri di depan sebuah bangunan yang siap diratakan oleh alat berat. Bangunan bersejarah itu akan tutup usia.

"Huhuhu, gedung gendutku." Salah satu dari mereka meratap, dia baru bergabung satu tahun dan kini terpaksa keluar dari sana.

"Udahlah, ayo berangkat! Lu pada enggak mau telat di hari pertama, kan?" Wanita yang berdiri di ujung kanan berbalik.

"Duma! Lu mau tetep di situ?"
Duma tersentak, dia menoleh ke samping dan tidak menemukan kedua temannya. Saking beratnya berpisah dengan gedung itu, Duma jadi tidak fokus.

"Ayo!"

Ketiganya beranjak dari gedung berlantai lima itu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan, karena pemiliknya sendiri yang menjual aset perusahaan. Untung saja, mantan bos mereka tidak lepas tangan pada nasib karyawan.

Seperti saat ini, Duma, Amel, dan Mesya akan menuju perusahaan baru tempat mereka melanjutkan petualangan mencari rupiah. Pemilik perusahaan itu adalah pembeli perusahaan lama mereka yang gulung tikar.

Sayangnya, jika dulu mereka hanya perlu berjalan dari rumah atau indekos sekitar lima sampai tujuh menit, kini mereka perlu menaiki bus untuk sampai di perusahaan baru. Tapi, apapun itu, demi cuan tetap mereka lalui. Sebagai tulang punggung keluarga, rintangan itu mudah bagi mereka.

***

"Sumpah ya, divisi gue tuh kaku banget! Mana pada dingin gitu ke gue."
"Argh! Kalau begini caranya, gue enggak yakin bisa betah," rengek Amel. Wajahnya yang biasa ceria dan berseri kini bagai mendung tak kunjung hujan.

"Sabar, ini baru hari pertama. Mungkin di hari berikutnya lu dikerjai sama mereka."

Plak!

Mesya mengelus pahanya yang terasa panas. Salahnya sendiri, kenapa harus bermain-main dengan Amel yang notabene seorang pemain volly. Kan, di-open spike pahanya.

Duma mengaduk minuman seraya mengamati tingkah kedua temannya. Dua orang ini memang berisik, tapi tanpa mereka Duma juga tidak yakin bisa bertahan di tempat yang sangat asing ini.

"Gue kasih tahu satu fakta yang bikin lu semangat lagi."

"Apa?" Amel menaikkan sebelah alis.

"Jadi, ternyata yang punya perusahaan ini masih muda banget, dan tentu saja belum kawin," kata Mesya dengan menggebu.

"Ah, masa? Tahu dari mana lu?" tanya Amel tidak percaya.

"Dari sumber terpercaya, tadi gue curi denger obrolan senior di divisi gue."
"Dan yang lebih parah, bos besar kita tuh lebih muda dari kita!"

Duma mengusap wajah pelan. Di mana-mana dua orang ini selalu membahas lelaki, apalagi lelaki tampan. Duma tersenyum segan pada beberapa karyawan yang menengok ke arah meja mereka. Padahal hanya berisi tiga orang, pun satu orang tidak ikut nimbrung, tapi serunya mengalahi ibu-ibu di pasar.

"What! Doi berondong?"
"Argh! Kalau begitu, mulai besuk gue harus dandan. Siapa tahu si bos ngelirik gue, terus jatuh cinta pada pandangan pertama, terus gue jadian, terus gue dinikahi, dan akhirnya gue jadi istri pemilik perusahaan." Amel mengepalkan tangan. Mata gadis itu berkobar.

"Aduh!"
Mata Amel memicing kala Mesya sengaja menyentil dahinya.

"Mimpi lu di luar nalar banget, Mel!"

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang