My Bestfriend-2

7K 394 9
                                    

Klik bintang dipojokan dulu!!!

Selamat membaca🤗

~

Yatim piatu dengan seorang kakak yang mengalami gangguan jiwa membuat Arumi harus banting tulang untuk menyambung nyawa dirinya sendiri.

Arumi melirik jam yang menunjukkan pukul delapan malam. Tinggal dua jam lagi, dan pekerjaannya akan selesai.

"Arumi, lu enggak kenapa-kenapa, kan?" tanya salah satu sahabat Arumi, gadis manis yang menatap khawatir ke Arumi itu bernama Yumna.

"Em, emang kenapa?" Balik Arumi bertanya. Memang saat ini, dia merasa keringat dingin mulai membasahi punggung dan kening tapi hal itu sudah biasa mengingat pekerjaannya sebagai pelayan yang mengharuskan Arumi untuk terus bergerak.

"Muka lu pucet banget, enggak kayak biasanya."

Refleks Arumi memegang pipinya yang terasa dingin. Ah, dia merasa tidak enak badan sejak kemarin, demi rupiah berdirilah Arumi di sini.

"Enggak apa, kok. Aku ke belakang dulu ya."
Arumi berjalan menuju toilet. Sampai di toilet entah kenapa penglihatan wanita itu menjadi buram. Arumi berusaha tetap sadar, dia harus kuat menyelesaikan pekerjaan hari ini.

"Okay, lu kuat Arumi."

Brak!

***

"Rum?"

Kelopak mata Arumi perlahan terbuka, hal pertama yang dilihat tentu saja langit-langit ruangan berwarna putih gading.

"Rum?"
Panggilan itu membuat Arumi menoleh, di sana ada Yumna dengan wajah khawatir.

"Na? Gue di mana?" Badan Arumi terasa lemas.

"Lu di rumah sakit."

Arumi mendesah pelan. Ternyata tubuhnya tidak sekuat itu. Rasa sakit yang di tahan sejak kemarin akhirnya menang dan membuat Arumi dilarikan ke rumah sakit saat jam kerja. Semoga bosnya yang super baik itu berkenan memberikan keringanan.

"Gue bikin heboh di kafe ya, Na? Jadi malu gue." Arumi tersenyum kecil. Untung saja dia tidak buang air kecil atau air besar. Setidaknya saat pingsan di toilet keadaan tubuh Arumi tetap lengkap menggunakan baju.

"Gue sakit apa, Na? Kok sampai di infus segala? Gue kecapekan ya?" tanya Arumi, wanita itu melirik punggung tangan kiri yang sudah terpasang jarum serta selang infus.

"Na? Kok lu diem aja sih?" Kening Arumi mengerut, dia menatap Yumna yang juga menatapnya. Tatapan sahabatnya itu sulit untuk dijelaskan.

"Rum? Pacar lu orang mana?"

Arumi tertegun mendengar pertanyaan Yumna, sedetik kemudian wanita itu tertawa pelan. "Gue jomblo, Na. Kan, lu tahu sendiri gue orangnya jomblo dari lahir."

"Emang kenapa sih?"

"Cowok lu kerja apa, Rum? Dia udah punya pekerjaan tetap belum? Cowok lu yang suka anter jemput itu ya?" tanya Yuman kembali.

"Ngaco! Itu mah si Dito, dia bukan pacar gue. Dia itu sahabat gue dari orok," jawab Arumi pelan. Sudah biasa jika orang-orang menyangka Dito itu pacarnya. Kedekatan dan perhatian Dito ke Arumi sering membuat banyak orang salah paham.

Bahkan saat pertama kali bertemu dengan Sahira, gadis itu pikir Arumi dan Dito adalah sepasang kekasih. Ini karena di mana saja dan kapan saja, mereka selalu bersama.

"Terus? Bapak dari janin yang ada di kandungan lu siapa?"

"Ya mana gue-"
"Hah? Apa?" Mata Arumi terbuka lebar. Rasa lemasnya berganti dengan debaran jantung yang menggila.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang