Sweet Karma~2

2.3K 230 18
                                    


Malam😙

Klik bintang dipojok yaa

Typo? Kasih tahu aku!

Heppi reding❤️

~

Bagaimana Saras harus bersikap setelah ini? Apa dia juga mengenali Saras? Apa ini alasan dia bersikap sangat jahat pada Saras? Tapi, dia tidak menunjukkan wajah yang seakan mengenali Saras?

"Oh, Ya Allah, pusing aku." Saras menyandarkan punggung di tembok. Memikirkan semua kemungkinan itu, kepala Saras bertambah pening.

"Semoga dia enggak ngenalin aku."
"Lagi pula, gimana carannya mau ngenalin, aku enggak secantik dulu." Saras berusaha menenangkan diri. Ingat! Tidak ada lagi Saras yang cantik, suka make up, dan menjadi pusat perhatian. Pertemuan terakhir mereka sekitar sepuluh tahun lalu. Pasti dia sudah melupakan Saras, kan?

"Iya, iya, pasti udah lupa. Emang siapa yang bakal inget-inget lu, Ras!"

"Oke." Saras menegakkan badan, dia berdiri dan menepuk dadanya pelan.

"Tenang! Tenang, Ras, dia pasti udah lupa. Sekarang yang terpenting, jangan buat kesalahan biar lu enggak berurusan sama dia."

"Huh! Bismillah." Saras berjalan keluar, gadis itu bahkan melewatkan jam makan siang, karena memikirkan Evan atau Dyo itu. Sungguh, masa lalu yang buruk akan terus menghantui sepanjang hidup.
Jadi, berbuatlah baik sebisa kalian!

***

"Ras! Tolong fotocopy-in dong."

"Oke, Mbak, siap." Saras menerima berkas yang gadis muda itu berikan. Ya, gadis muda. Nyatanya gadis yang meminta bantuan Saras itu baru saja lulus kuliah, dan langsung bekerja di perusahaan ini sebagai staf tetap.

Muda, mapan, dan tentu saja cantik, impian Saras dulu.

"Mbak, ini berkasnya."

"Oke, sip! Thanks ya."

Saras mengangguk, dia pamit pada gadis muda itu, tak lupa membawa peralatan kebersihan.

"Eh, Ras! Lu masih sibuk enggak?"
Langkah Saras terhenti karena gadis muda tadi memanggilnya.

"Enggak, Mbak." Jadwal meeting sudah selesai, tidak ada ruangan yang perlu dibersihkan juga.

"Ras, gue minta tolong lagi, boleh?"

"Boleh, dong, Mbak!" jawab Saras ringan. Kan, memang sudah menjadi kewajibannya membantu staf di kantor ini. 

"Bentar, Saras taruh ini dulu." Saras bergerak cepat menyimpan alat kebersihannya.

"Jadi minta tolong, apa, Mbak?" tanya Saras begitu datang menghadap gadis itu lagi.

"Ras, gue minta tolong banget. Please, kirim berkas ini ya. Nanti ongkos sama uang jajannya dari gue. Please, banget, Ras! Gue lupa harus minta tanda tangan beliau, dan berkasnya dipakai nanti sore."

Gadis itu menyodorkan sebuah map pada Saras. Perlu diketahui, selembar kertas yang ada di kantor ini lebih berharga dari nyawa seorang karyawan. Apalagi tanda tangan, beuh! Telat sedikit diacc, gagal tuh proyek!

"Siap, Mbak! Serahkan pada, Saras!"

"Ugh! Lu emang paling bisa diandelin, Ras!" Gadis itu mengambil tas hitam yang ada di bawah meja.

"Nih, uang ongkos sama jajan lu ye."

"Buset, banyak bener, Mbak. Makasih ya, Mbak. Lain kali jangan sungkan nyuruh, Saras."
"Jadi, berkasnya diantar ke siapa, Mbak?"
Saras memasukkan lembaran uang berwarna merah muda, bergambar bapak Proklamator ke saku.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang