The Only One~3

1.3K 144 6
                                    

Malaaam

Klik bintang di pojok ya🫶👐

Typo? Kasih tahu aku!

Happy reading👐

~

Cuaca pagi ini sangat cerah, burung berkicau ria, kupu-kupu terbang lalu hinggap di bunga yang mekar. Keindahan pagi ini berbanding terbalik dengan suasana hati Nara.

Pada akhirnya, gadis itu tak bisa mempertahan pendirian. Orang-orang yang seharusnya menjadi pelindung, justru membuat Nara harus berangkat pagi buta mengikuti seleksi puteri nomer satu di negeri ini.

Lama Nara terdiam, gadis itu duduk tenang di dalam kereta kuda yang membawanya. Entah sampai mana, sebenarnya sejak tadi Nara memikirkan kemungkinan kabur yang sangat mustahil bisa dilakukan.

Nara teringat perdebatan tempo hari yang berujung kekalahannya. Mereka sangat licik, mereka memanfaatkan orang-orang yang Nara sayangi sebagai ancaman.

"Ina, di depan sana ada pasar, kita berhenti dulu!" ucap Nara pada Ina yang duduk di depan, mereka terpisah sekat berupa kain cokelat.

"Tapi, Nona-"

"Ada yang harus aku beli, Ina!"

"Baik, Nona."

***

Kereta kuda yang membawa Nara, sampai di depan gerbang istana. Dibantu Ina, gadis itu turun.

Nara menyapukan pandangan ke sekitar. Kabar tentang pemilihan puteri mahkota tentu menghebohkan penjuru negeri, Nara bisa melihat antusias warga yang menyaksikan para puteri datang.

Tentu mereka penasaran, siapa gerangan puteri yang akan menjadi ratu masa depan mereka.

Kereta kuda yang membawa Nara, diapit oleh beberapa kereta kuda lain. Nara mengamati beberapa gadis yang baru datang. Dilihat dari pakaian, dan riasan yang melekat di tubuh, mereka pasti sangat mempersiapakan diri demi pemilihan ini. Aigo! Nara juga sudah mempersiapkan semuanya.

"Hormat saya, Nona! Perkenalkan, saya Wiji, utusan dari istana dalam. Silakan para Nona berbaris dengan tertib, sebentar lagi gerbang ini akan dibuka."

Gadis-gadis cantik itu berebut untuk baris paling depan, tentu saja berbanding terbalik dengan Nara yang hanya diam di tempat, ketika barisan sudah terbentuk, Nara langsung berdiri di bagian paling belakang. Dari sini saja sudah kelihatan jika Nara tidak berminat, bukan?

"Nona Permadani, puteri dari tuan Bima menteri pertahanan!"

Nara mengamati gadis bernama Permadani yang melintasi gerbang istana dengan langkah percaya diri. Gadis itu terlihat berambisi.

"Nona Kasya, puteri tuan Baskara, menteri ekonomi!"

Kasya ini sangat cantik, dilihat dari pembawaannya tenang, dan kalem, sangat cocok menjadi seorang puteri.

"Nona Kinara, puteri tuan Guntur, gubernur Doha!"
Nara melangkah melewati tiga dayang yang siap memeriksa barang bawaan.

"Nona, apa Anda tidak tahu jika kalian tidak boleh membawa makanan dari luar?" tanya salah satu dayang, beliau mengamati Nara dari atas sampai bawah.

"Dan, tidak boleh memakai riasan serta aksesoris berlebih," lanjut nyonya dayang.

Dalam hati Nara tersenyum senang, tak sia-sia dia memborong pedagang makanan dan aksesoris di pasar tadi.

"Oh, maafkan aku, kalau aku tahu tentu aku tak memakainya."
"Tapi, kenapa tidak boleh memakai semua ini, mereka cantik, sayang jika tidak dipamerkan di moment penting seperti ini."

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang