Cinderella Metropolitan~2

1.4K 173 22
                                    

Soreeee
Puanas sekali Jatim hari ini

Aina comeback👐

Klik bintang di pojok dulu ya

Typo? Kasih tahu aku!

Happy reading👐🫶

~

"Minta tolong ya Aina, dan maaf kalau nantinya Malik banyak membentak kamu."

Aina menatap wanita ayu di hadapannya. Setelah drama pagi hari yang membuat Aina mengetahui siapa 'anak asuh' nya, kini Aina bertemu langsung dengan nyonya rumah.

"Saya mengerti, Ibu."
Mendapat cobaan yang berat di usia produktif, di usia emas yang mana seharusnya kamu sedang meraih cita-cita setinggi langit tapi harus terhenti karena keadaan.

"Dia tidak seperti itu, itu bukan Malik yang kami kenal. Tapi sejak hari itu, dia gampang tersulut emosi."
Wajah sendu nyonya Halim membuat Aina ikut merasakan pedihnya beliau. Tentu sebagai orang tua, beliau ikut merasakan sakit yang Malik rasakan.

"Saya tidak membenarkan tindakan Malik tadi, Aina. Saya minta bantuan kamu ya, pelan-pelan kamu bantu dia, bujuk dia, buat dia mau menjalani pengobatan yang kami rencanakan."

Nyonya Halim menatap gadis yang wajahnya tertutup masker. Sebelum Aina, sudah ada lima orang pekerja yang bertugas menjaga Malik, lelaki dan perempuan, tapi tak ada yang kuat menghadapi tantrumnya Malik. Paling lama hanya bertahan seminggu.

"Bantu saya ya, Aina," ucap nyonya Halim lagi, nada suaranya terdengar pasrah dan penuh harap.

Tak kuasa ditatap demikian, Aina pun mengangguk kecil. Padahal dalam hati, dia bingung sendiri akan bersikap bagaimana di hadapan tuan mudanya.

Jujur, terbesit di hati Aina untuk mundur, tapi kalau bukan pekerjaan ini, Aina tak tahu harus mendapat uang dari mana lagi. Semoga, semoga saja, keadaan berpihak pada Aina.

Semoga!

***
"Tuan, mbak Marni sudah masak, makanan kesukaan, Tuan."
Aina meletakkan nampan di meja samping kursi tempat Malik duduk.

Baiklah, gadis itu telah memantapkan hati untuk melanjutkan pekerjaan ini, sudah kepalang basah, Aina membawa nama Sabrina di sini, dia tak mau Sabrina ikut terseret jika Aina bersikap tidak profesional.

"Saya bantu, Tuan." Aina menyendokkan sesuap, lalu diarahkan ke mulut Malik. Tampak hidung tuan mudanya bergerak mengendus.

Aina tersenyum kecil kala Malik membuka mulut. Pantas jika mbak Marni menjadi ketua pelayan di rumah ini, masakannya saja terlihat menggiurkan, Aina ngiler sendiri walau hanya bisa menghirup aromanya.

"Minum!"

Aina segera meletakkan piring yang isinya tersisa setengah, saking buru-burunya, siku Aina tak sengaja menyenggol gelas berisi teh yang masih mengepul. Tak ingin membuat pecahan beling lainnya, Aina refleks menangkap gelas berisi teh itu, alhasil tangan Aina memerah terkena teh panas.

"Sssh!" Aina menahan diri agar tidak menjerit, gadis itu menangkap perubahan mimik wajah Malik.

"Apa itu?"

"Em, anu, maaf, Tuan." Aina berdiri, meraih tissu yang ada di atas meja. Sungguh sangat ceroboh, untung tak mengenai Malik.

"Ck! Sembrono sekali!"

***

"Kamu mau bawa saya ke mana?" Kedua tangan Malik mencengkeram pegangan kursi roda yang dia naiki. Meski matanya tak bisa melihat, Malik bisa merasa jika Aina terlalu jauh mendorongnya.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang