My Universe~6 end

3.4K 202 16
                                    

Kakak, endingnya sudah siap niiiih👐

Jan lupa klik bintang di pojok yaaa

Typo? Kasih tahu aku!

Happy reading🙏👐

~

"Ibu, kalau ada apa-apa nanti panggil saya ya."
Pita kembali mengecek selang infus yang baru saja terpasang.

"Mbak Pita, terima kasih banyak, Mbak menyelamatkan saya." Mata bu Darmi berkaca-kaca, mungkin dia tidak akan bertahan jika Pita tidak menolongnya.

"Mbak suster, terima kasih banyak. Terima kasih sudah membantu ibu saya."

Pita menoleh ke ranjang sebelah, dia menyunggingkan senyum ke arah anak bu Darmi yang juga menjadi korban. Ibu dan anak itu mengalami luka serius di bagian tubuh bawah, terlalu lama ditimpa beban berat, sistim gerak keduanya sedikit terganggu.

"Sama-sama, saya permisi dulu."
Pita berjalan meninggalkan dua pasiennya. Pita menyibak tirai tenda, dan pandangannya langsung mengedar ke segala arah.

Bangunan rata dengan tanah, kondisi tak sekacau tadi, tim gabungan berhasil menjangkau titik gempa, mereka sangat berjasa mengevakuasi korban selamat, dan sekarang sedang menelisir puing bangunan, mulai mencari korban lain, entah selamat atau hanya tinggal nama.

Pita menghela napas, dalam hati dia terus mengucap syukur karena bisa selamat dari musibah ini. Meski bayangan kekacauan itu masih menyelimuti, Pita berusaha tetap tenang, tenaganya di sini sangat diperlukan.

Bantuan medis juga datang, mereka mengupayakan yang terbaik, apalagi untuk korban yang mengalami luka serius.

"Luruskan dulu tangannya, Pak!"
Pita memberi instruksi pada korban yang baru tiba di tenda darurat. Rekan relawan Pita semua selamat, meski mereka juga mendapat luka karena insiden ini, mereka tetap menjalankan tugas dengan baik.

"Peralatan di sini sangat minim, kita upayakan pasien dibawa ke pusat saat bantuan datang nanti. Suster Pita, bisa minta tolong ambilkan kotak hitam di tenda."

"Baik, Dokter." Pita berjalan cepat ke arah tenda darurat lain. Bantuan berupa alat medis datang bersamaan dengan tim gabungan. Peran Pita dan rekan lain sangat penting, sebisa mungkin memberi pertolongan pertama.

Kaki Pita terasa berat melangkah saat melihat kantong jenazah di dekat tenda darurat. Mata gadis itu terpejam ketika melewati mereka yang sudah tenang, mulutnya tak berhenti berdoa.

Beberapa jam lalu, tempat ini masih sangat indah dihiasi pepohonan, dan tumbuhan palawija. Hijau dan subur, setiap rumah mempunyai lahan luas untuk ditanamani sayuran. Tapi sekarang, semua rata dengan tanah, Pita tak bisa membayangkan betapa hancur perasaan mereka.

Angin berhembus kencang, suara bising membuat Pita menoleh ke langit. Benda besar dengan baling-baling di atasnya mendekat ke tempat lapang yang cukup jauh dari tenda darurat.

Helikopter?

Bantuan semakin berdatangan, Pita mengucap syukur, gadis itu melihat tali terulur dari atas helikopter, tak lama beberapa orang turun menggunakan tali itu.

Angin yang timbul karena baling-baling helikopter menerbangkan anak rambut Pita yang sejak tadi berantakan.

Tim gabungan yang sedang mengawasi dari tenda darurat mendekat, dan menyambut rekan yang baru datang. Mereka adalah pasukan doreng. Terbesit di pikiran Pita, seseorang yang juga berseragam doreng, apa boleh Pita berdoa ingin lelaki itu ada di sini sekarang? Baru saja nyawa Pita akan melayang, rasanya dia ingin menatap lelaki itu, sekadar menatap membuat Pita lega.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang