Hate to Love~3

2.4K 205 15
                                    

Selamat siaaang👐

Panas panas gini ngadem sambil baca ceritanya Mas Ardhan dan Mbak Siti boleh kali yee

Typo, let me know!

Heppy reading💥

Eh, klik bintang di pojok dulu ding!!!

~

"Gila kamu!"
"Kamu mempermalukan kami di hadapan keluarga Pawirojoyo!"

"Katakan! Siapa ayah anak itu?!"

Teriakan, makian menggema di ruang keluarga. Setelah kepulangan keluarga Pawirojoyo, Clara langsung disidang. Pertanyaan terus dilontarkan ke arah gadis yang baru siuman itu.

"Siapa lelaki itu, Clara!"

Paman, bibi, dan keluarga lain ikut mendesak Clara. Kalau saja darah Djoyokusumo tidak mengalir di tubuh Clara, gadis itu pasti hanya tinggal nama.

Semua orang sibuk membuat Clara membuka mulut. Mereka mengabaikan gadis lain yang juga sedang meratapi nasibnya.

Kirana memilih untuk melipir ke taman samping, rasanya dia perlu menghirup udara segar untuk menenangkan jiwanya. Menjadi tumbal karena kebodohan Clara tidak pernah terlintas di benak Kirana. Dan yang lebih menyakitkan, tidak ada yang peduli dengan perasaannya saat ini.

Gadis itu menatap langit yang malam ini dipenuhi bintang. Keindahan yang biasanya menjadi pelipur lara kini tak bisa Kirana jadikan obat. Hatinya masih saja sakit, dadanya seakan terhimpit setelah dua keluarga itu menentukan tanggal. Mereka benar-benar tidak membiarkan Kirana membuka mulut sedikitpun.

'Apa aku kabur saja?'
'Tapi ke mana?'
Orang tua, Kirana sudah tidak punya.

"Jangan pernah berpikir untuk kabur!"

Tubuh Kirana sedikit menegang. Gadis itu tak perlu repot berbalik untuk mengetahui siapa orang yang baru saja bergabung dengannya di taman samping rumah.

"Kalau kamu masih sayang dengan mereka, jangan pernah berpikir untuk keluar dan menghancurkan perjodohan ini!"

Lalu wanita itu pergi. Keangkuhannya kembali setelah harga dirinya jatuh di hadapan keluarga Pawirojoyo. Kirana hanya bisa menatap punggung wanita yang berstatus sebagai 'ibu' itu.

Ingin menangis pun rasanya percuma. Tangisannya sudah sering di dengar oleh dinding setiap sudut rumah ini. Jika mereka bisa bicara mungkin mereka akan berteriak bosan. Hanya pasrah, dan pasrah yang bisa Kirana lakukan selama ini.

***

Besuknya, Kirana pergi ke sekolah seperti biasa. Tak ada drama penyekapan seperti yang Clara alami, mungkin si ibu sangat percaya kalimatnya tadi malam akan berhasil membuat Kirana berpikir seribu kali, dan hal itu memang benar, Kirana sekarang semakin pasrah.

Ujian tinggal dua bulan lagi, bukannya fokus belajar, pikiran Kirana justru dikacaukan dengan acara pernikahan. Bahkan sebelum ujian, status Kirana akan berubah menjadi istri orang!

Hua!
Kirana tidak mau!
Kirana tidak siap!
Bukan ini cerita yang Kirana inginkan! Traumanya tentang hubungan percintaan belum terobati. Apa yang akan Kirana lakukan nantinya? Akan jadi apa pernikahan ini? Apa akan ada kisahnya jilid dua?

"Na! Oi!"

Kirana terkesiap, gadis itu mengerjap, dan mendapati teman-temannya berkemas. Loh, mana guru yang mengajar tadi?

"Udah bubar, Na!"
"Elah! Lu mikir apa seh? Utang negara? Buset, kagak usah dipikirin, Na! Negara kita tuh kaya, cuman ya itu banyak yang korup! Ratusan triliun cooy!" oceh Silva.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang