The Only One~2

1.3K 141 12
                                    

Soreeee

2900++ kata, tinggalkan jejak ya👐

Typo? Kasih tahu aku

Happy Reading👐

~

"Mulai sekarang, janji sama Kakak, kalian tidak boleh keluar sendiri. Apalagi ke hutan, meski itu mencari kayu bakar atau tanaman herbal."

"Janji, Kak!"

"Bagus!"
Tangan besar itu mengelus kepala bocah kecil yang ada di pangkuan.

Dari jarak lima meter, Nara mengamati pemandangan itu. Hati Nara menghangat mendengar wejangan yang lelaki itu berikan pada anak-anak. Di mana lagi Nara akan berjumpa dengan lelaki seperti itu, gagah, penyayang, lembut, suka pada anak kecil, dan tentu saja tampan.

"Nona?" bisik Ina seraya menyenggol lengan bos mudanya.

"Lihat! Apa kataku! Benar, kan, pasti aku bisa bertemu lagi dengan dia."
Nara tersenyum bangga, pertemuan tak sengaja ini membuatnya bisa membungkam Ina yang terus meragukan insting Nara.

"Iya, Nona, sekarang saya percaya, tapi jangan terlalu kentara menatap tuan itu, malu, Nona." Ina malu sendiri, apalagi saat Nara tak fokus ketika diajak berbincang oleh salah satu warga.

"Ah, oke-oke, ah, tapi, meski ini bukan waktu yang pas, tapi ini pertemuan pertama setelah tiga bulan lamanya, Ina! Jadi wajar jika aku terus menatapnya," jawab Nara dengan mengecilkan volume suara.

Beberapa warga yang mengenal Nara sebagai gadis muda dermawan menyapa, tentu Nara juga balas ramah sapaan itu, dan bagian yang paling membuat Nara senang, ketika tuan muda pujaan hatinya menyadari keberadaannya.

Astaga! Nara harus bagaimana ini? Gadis itu berdiri tak nyaman kala mengetahui tatapan tuan muda itu menghunus ke arahnya. Ah, iya, pasti tuan muda itu mengingat kejadian malam itu.

Nara menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, gadis itu berdiri tegak ketika tuan muda tampan pujaan hatinya berjalan ke arahnya.

Aigoo! Apa dia akan menyapaku?

Nara memejamkan mata, aroma khas yang pernah memanjakan hidung Nara kembali tercium. Nara tersenyum seraya menghirup rakus aroma khas tuan muda tampannya.

"Nona?" bisik Ina, menyenggol pelan lengan Nara.

"Ck!"
Yang satu ini terus mengganggunya. Nara tetap memejamkan mata, hati gadis itu melambung tinggi saat suara langkah kaki semakin mendekat. Semakin dekat, dan sangat dekat, sampai Nara lupa caranya bernapas.

"Tuan, terima kasih banyak, terima kasih telah menyelamatkan anak saya. Saya mohon bantuannya untuk menemukan Joko."

"Hah?" Sontak Nara membuka kelopak mata, dia berbalik dan menatap tubuh tegap itu membelakanginya.

Lah? Aku dicuekin?

"Saya berjanji akan membawa anak Ibu pulang."

"Terima kasih banyak, Tuan." Orang tua Joko dan Heru menautkan kedua tangan di depan dada.

"Kalau begitu saya izin pamit. Saya akan kembali bersama Joko nanti."

Kedua orang tua Joko memberi jalan untuk lelaki yang telah sangat berjasa bagi keluarga mereka. Di kondisi seperti ini, jarang yang memerhatikan masyarakat kecil seperti mereka.

"Eh!" Nara tersentak, apa-apaan ini?
Tidak! Nara tidak boleh melewatkan kesempatan ini! Dia sudah menunggu sangat lama untuk berjumpa dengan lelaki itu.

Dengan cepat, Nara berbalik, gadis itu sedikit berlari demi mengejar lelaki yang telah melewati halaman rumah Joko.

"Tunggu!"

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang