Hate to Love~4

2.5K 204 1
                                    

Siang👐
Jam berapa waktu kalian baca bab ini?

3000+++ words
Klik bintang di pojok dulu yaaa

Typo? Let me know!

Heppi reading🤗

~

"Wardhana!"
Kirana berusaha terus menghindar kala Wardhana memburu bibirnya. Tangannya yang bebas mencengkeram rambut sang suami bagian belakang.

"Argh!"
Kepala Wardhana seketika pening, lelaki itu beringsut menjauh seraya mengelus kepala bagian belakang.

"Sukurin lu!" Kirana berdiri, memasang jarak sekitar dua meter.

"Durhaka lu sama suami!"

"Lu yang durhaka sama gue! Lagian mesum banget jadi cowok! Kita ini masih remaja-"

Tawa Wardhana yang menggelegar membuat Kirana menghentikan kalimat. Perasaan tidak ada yang lucu dengan kalimatnya.

"Remaja? Emang kita remaja, tapi status di KTP udah kawin!"

"Ya pokoknya! Lu enggak boleh melecehkan gue kayak tadi!"

Mulut Wardhana sudah terbuka, dia tentu tidak terima dengan kalimat Kirana. Mana ada suami yang melecehkan istri?

"Diem! Lu kagak diem tidur di luar!" Kaki Kirana menghentak, dia berjalan memasuki kamar mandi.

Blam!
Wardhana mengelus dada menerima penolakan Kirana. Ya, mau bagaimana lagi, mereka ini tak pernah bertegur sapa sebelumnya, tak pernah akrab dan tiba-tiba menikah. Apalagi gadis seperti Kirana, dia gadis cuek yang selama ini terpantau tidak menyukainya.

"Sabar, Dhan! Nanti kalau udah jinak lu baru bisa garap lahan."

***
"Nak Ardhan, titip Kirana ya." Cathrine menepuk pundak sang menantu.

"Tentu, Mama."

Kirana berdecak melihat keakraban dua manusia itu. Pandai sekali wanita itu memainkan peran, bahkan beliau terlihat sangat menjiwai perannya sebagai mertua.

"Oma, Kirana berangkat dulu." Kirana mengambil sebelah tangan Oma.

"Hati-hati ya." Oma menatap Kirana. Waktu cepat sekali berlalu, gadis ini adalah alasannya bertahan. Tubuh tuanya dengan mudah dihinggapi penyakit, semangatnya untuk sembuh karena ingin mendampingi gadis ini. Walau terhalang sebuah janji, beliau tetap menjalankan perannya sebagai seorang nenek dengan baik.

"Ini waktunya kamu bahagia, Nduk," bisik oma. Beliau mengangguk berulang kali.

"Terima kasih, Oma."
Kirana tahu, meski tak bisa leluasa menunjukkan kepeduliannya, oma adalah orang penting yang membuatnya bisa bertahan hidup di rumah ini.

Mobil hitam milik Wardhana siap membawanya pergi dari rumah ini. Rumah yang menjadi saksi tumbuh kembangnya. Tuhan itu baik, apa ini alasan dibalik pernikahannya? Kirana bisa keluar dari bayang-bayang kehidupan yang menyeramkan?

Tin!
Kirana melambaikan tangan ke arah oma.

"Enggak usah nangis!" cibir Wardhana.

Kirana memberi tatapan tajam ke arah lelaki yang sibuk membelokkan stir itu.
"Matalu burem, kah? Mana ada gue nangis gara-gara keluar dari rumah itu. Justru gue bahagia!"

Sebelah alis Wardhana naik, bahagia katanya? Berpisah dengan orang tua membuat gadis ini bahagia?

"Udah lu nyetir aja napa! Awas lu kalau ugal-ugalan!" Kirana bersedekap. Gara-gara Wardhana yang tak mau mengalah, dia harus tidur di sofa semalam. Meski badan Kirana tak terlalu tinggi, tetap saja tidur di sofa membuatnya pegal-pegal.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang