Soulmate~2

2.5K 187 2
                                    

Stop! Vote dulu!

Yang sudah vote, kuucapkan terima kasih, yang belum kudoakan lemu seperti kambingku🤣

***

Lantunan doa terdengar, memenuhi penjuru ruangan. Ruangan lima kali lima meter itu menjadi saksi bisu di antara saksi hidup pernikahan Arjuna dan Yumna.

"Silakan, dicium tangan suaminya!"

Yumna menatap sekilas ke arah Arjuna yang menyodorkan tangan. Dengan penuh keterpaksaan Yumna meraih tangan itu. Mimpi apa dia semalam? Kenapa hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat secepat ini?

Suster dan dokter yang menyaksikan secara langsung, proses akad nikah itu satu persatu memberi selamat. Meski mereka tahu, jika semua ini dilakukan dengan terpaksa oleh kedua mempelai.

Yumna berjalan pelan ke arah Ilyas yang tersenyum kecil. Meski selang oksigen terpasang, suara Ilyas saat mengatakan kata 'SAH!' terdengar jelas ditelinga sang adik.

"Abang," lirih Yumna. Gadis itu menggenggam sebelah tangan sang kakak yang terbebas dari infus.

Air mata menetes dari sudut mata Ilyas. Tugasnya untuk menggantikan sang ayah, menjadi wali nikah sang adik memang tidak bisa dia penuhi, tapi dia sudah menjamin adiknya memiliki sandaran hidup.

Tit!

Badan Ilyas mendadak bergetar, suara alat menggema di ruangan itu. Haru biru yang baru saja terasa tergantikan dengan perasaan panik.

"Mas Ilyas!" Ana memekik melihat sang suami.

"Bapak, Ibu, mohon untuk menunggu di luar." Suster menggiring mereka untuk keluar dari ruangan itu.

"Tolong, Abang saya, Sus," mohon Yumna sebelum pintu putih itu tertutup rapat.

Hati Yumna kembali gelisah. Pikiran-pikiran liar mulai menghantuinya. Dia teringat ucapan dokter tadi. Apa dia dapat menahan kewarasannya jika terjadi sesuatu dengan sang kakak.

Ceklek!

"Bagaimana, Dok?" tanya mereka serempak.

Dokter menggeleng pelan, raut wajahnya tidak bisa disimpulkan ke kabar baik.

***

"Mbak, aku ikut ya," mohon Yumna untuk kesekian kali.

Ana melirik Arjuna yang berdiri di belakang Yumna. "Dek, kamu di sini aja. Biar, Mbak yang temani abangmu. Doakan, semoga di sana nanti, dokter, serta obatnya cocok, dan mas Ilyas segera pulih."

"Nanti, tolong ikut awasi Ilham ya. Dan, kamu juga enggak bisa seenaknya pergi sekarang, kamu sudah jadi istri orang," lanjut Ana. Demi kesembuhan sang suami, Ana harus tega meninggalkan Ilham bersama kedua orang tuanya.

"Tapi, nanti, terus beri kabar ke Yumna ya, Mbak."

"Tenang saja, Yumna. Saya pastikan rumah sakit, dan dokter yang ada di sana adalah yang terbaik." Bintoro ikut meyakinkan.

Dengan berat hati, Yumna mengikhlaskan kepergian Ilyas ke luar negeri tanpa dirinya. Yumna terus memanjatkan doa ketika ambulance yang membawa Ilyas meninggalkan area rumah sakit.

"Juna, Papa antar abangnya Yumna dulu. Sekarang dia adalah tanggungjawabmu, tolong jangan membuat kekacauan lagi." Bintoro menatap lurus ke arah Arjuna yang sejak tadi diam.

"Papa pergi dulu, Yumna. Kamu tidak usah khawatir, doakan yang terbaik untuk kakakmu."

Yumna mengangguk. "Baik, Om."
Rasanya masih canggung memanggil lelaki paruh baya itu dengan sebutan 'Papa.'

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang