Soulmate~4

2.6K 206 2
                                    

2500+++
Votedulugakseh?

~

"Baik, Pak. Terima kasih informasinya."
Juna menunggu orang yang ada di seberang untuk mematikan sambungan telefon. Begitu sambungan terputus lelaki itu langsung melemparkan tubuhnya ke atas ranjang.

"Huh! Untung aja pak bos lagi ke luar negeri." Sebenarnya Juna tadi menelepon sekretaris kliennya, meminta waktu, serta meminta maaf karena belum menyelesaikan sketsa. Tapi yang namanya keberuntungan memang tidak terduga, sebelum Juna mengutarakan niatnya, sekretaris pak bos, alias klien yang paling Juna incar memberitahukan penundaan pertemuan mereka.

"Huh! Gue bisa mulai lagi kalau begini." Juna mendudukkan diri, sebenarnya bisa saja malam tadi dia nekad mengerjakan tapi yang namanya mood sudah hancur, bisa Juna pastikan hasilnya akan kacau.

"Ke mana tuh cewek?" Pandangan Juna menelisik penjuru kamar. Tadi malam, dia tidur di kamar ini sendirian. Bukan! Bukan, maksud Juna ingin ditemani gadis itu, hanya saja melihat kegigihan gadis itu untuk tidur di sini Juna jadi kepikiran.

"Masa bodolah." Juna beranjak dari ranjang. Dia sudah rapi dengan setelan kerjanya. Hari ini dia akan meninjau proyek, sudah cukup beberapa hari kemarin dia meliburkan diri.

"Tuh, cewek ke mana?" Juna tidak menemukan Yumna di kamar kosong sebelah kamarnya. Apa gadis itu marah karena kejadian kemarin?

"Itu, kan salahnya dia sendiri," gumam Juna seraya menuruni anak tangga. Lelaki itu menemukan bibi yang sendirian di dapur. Semakin bingung Juna tidak menemukan gadis itu di area dapur.

"Bodo amat, Jun! Kalau tuh cewek ilang, justru lu harus bersyukur!" Juna memotivasi diri. Lelaki itu kembali berjalan, kini ke arah ruang kerjanya.

Begitu Juna masuk, udara sejuk langsung menyapa. "Astaga, dari tadi malam ini AC enggak mati."

Segera saja Juna mencari letak remot AC, lelaki itu mengeryit ketika mendapati benda itu tidak ada di tempat biasa.

"Hoam!"

"Aaa!!!" Juna berbalik, dan dia dikejutkan dengan sosok yang memakai piyama putih, berambut panjang, acak-acakan.

"Elu?" Haruskah, Juna bernapas lega sekarang? Lagi pula, mana ada mbak kunti di ruang kerjanya, di pagi hari yang cerah ini?

"Elu ngapain di sini?" Juna meneliti penampilan gadis yang sedang meregangkan ototnya itu. Jadi gadis aneh itu menghabiskan malam di ruang kerjanya.

"Jam berapa nih?" Bukannya menjawab, Yumna justru sibuk mencari penanda waktu di ruang kerja ini.

"Hah? Jam setengah tujuh!" Yumna melek seketika. Dia bergegas pergi dari sana, tapi gadis itu seperti teringat sesuatu dan berbalik.

Juna menggeleng pelan melihat kelakukan gadis itu. Kening Juna semakin mengerut ketika Yumna berjalan ke arah meja kerjanya, dan mengambil kertas sketsa. Tunggu! Ada apa dengan kertas sketsa yang dibawa gadis itu?

"Nih! Gue orangnya tanggungjawab, ya! Dan lu enggak boleh ngamuk ngamuk lagi!"

Kertas sketsa itu ditempelkan di dada Juna. Memastikan benda yang membuatnya terjaga semalaman sampai di tangan Juna, Yumna berlalu dari sana.

Mata Juna masih memandangi pintu ruang kerjanya, dia lalu beralih pada kertas yang menempel di dada. Dengan perlahan, lelaki itu melihat gambaran yang ada di sana.

"Ha? I-ini-"

Juna kehilangan kata-kata. Ini siapa yang buat? Si Yumna? Seriusan? Kok malah lebih bagus ini?

***

"Mama, aku pingin liburan kayak temen-temen!"

Rengekan Azka terdengar sampai ke dapur, di mana saat ini Yumna sedang membuat salad buah bersama mama Tiwi. 

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang