Naughty Maid~4

4.1K 220 6
                                    

Yang merasa masih di bawah umur, minggir dulu🤜

Votenya mana, Suyung Suyung❤️

Happy reading 😚

~

"Nyonya Anita Subagyo, Anda tidak banyak berubah ya?"

Anita mendelik. Siapa sebenarnya gadis yang ada di depannya ini? Kenapa gadis itu bisa memanggilnya dengan nama asli? Hanya orang tertentu yang mengetahui nama kecilnya itu.

"Saya hanya merasa prihatin dengan keadaan Anda saat ini, Bu. Dari dulu hingga sekarang, Anda terus berjuang untuk mendapat apa yang Anda inginkan." Jihan meletakkan keranjang pakaian kotor di atas tempat tidur, dia berjalan mendekat ke arah Anita yang tampak berpikir keras.

"Sampai-sampai Anda harus menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan Anda." Dengan sengaja, Jihan mengitari tubuh Anita.

Dari atas sampai bawah, Jihan meneliti penampilan Anita, yang tentu saja membuat Anita merasa terintimidasi. Wajah bengis Jihan seperti iblis yang keluar dari tempat persembunyian.

"Apa Anda tidak lelah? Apa Anda tidak takut akan karma?"

Jihan berdiri tepat di hadapan Anita. Dua wanita berbeda generasi itu berhadapan, saling melempar tatapan tajam. Sampai akhirnya Anita terkesiap karena dia teringat tatapan seseorang di masa lalu.

"Hah?" Anita mundur beberapa langkah.

Melihat reaksi itu, Jihan tertawa kecil. "Orang tamak yang menginginkan milik orang lain seperti Anda dan putri Anda patut dihukum!"

"Siapa kamu?"

"Saya?" Jihan menggigit bibir bagian dalam.

"Saya, orang yang tahu rahasia besar Anda. Peristiwa beberapa bulan lalu, Anda, kan yang membuat calon nyonya di rumah ini meregang nyawa!"

Anita refleks mencengkeram tangan Jihan. Bola mata Anita hampir menggelinding. Bibir wanita itu kelu, tapi dia berusaha untuk menyembunyikan ketakutannya.

"Jangan sembarangan! Mulutmu itu bisa kurobek jika mengeluarkan kalimat-"

"Sobek kalau kau bisa! Tapi aku yang akan lebih dulu menyobek topengmu!" balas Jihan, nada suaranya rendah, mampu menggoyahkan keberanian Anita.

Dengan keras, Jihan menyentak pegangan tangan Anita. Wanita itu mengusap pergelangan tangan yang sempat Anita pegang.

"Oh, maaf, Nyonya, tuan Sakti sedang berada di kantor. Anda bisa kembali sore nanti untuk menemui beliau." Raut wajah Jihan berubah secepat itu, kebengisan yang baru saja ditampilkan kini terganti dengan wajah ramah seperti pelayan yang sangat hormat kepada tamu tuannya.

"Mari saya antar, Nyonya." Tangan Jihan terulur di samping tubuh Anita.

"Awas kamu!" Anita berbalik. Keluar dari kamar Sakit, dan pergi dari rumah itu.

Perasaan kesal, cemas, juga bingung bercampur menjadi satu. Anita menoleh kembali ke rumah besar milik Sakti. Wanita yang baru saja Anita temui, bukan pelayan biasa. Dia memiliki niat lain, dan yang paling berbahaya, pelayan itu mengetahui rahasianya.

"Jalan, Pak!"

Mobil sedan Anita keluar dari pekarangan rumah Sakti. Dia datang ke rumah Sakti untuk memberi Ancaman pada pelayan itu, tapi kenapa pada akhirnya dia yang merasa terancam?

Anita merogoh tas mewah miliknya, mengambil ponsel dan segera mendial nomer seseorang.

"Apa kamu yakin sudah melenyapkan bocah itu?" tanya Anita langsung. Wanita itu tidak mau berbasa-basi ketika telepon sudah tersambung dengan seseorang di seberang sana.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang