"Bosan?"
"Cih!" Lelaki yang Senja panggil Langit itu berdecih.
"An, kamu bicara sama siapa?" Ketukan pintu di belakang Senja semakin kencang.
"Sebentar, Ma." Tangan Langit turun dan menggapai handle pintu. Tentu saja hal itu membuat Senja mendelik. Wanita paruh baya yang terakhir kali meminta Senja untuk tidak menampakan diri itu ada di balik pintu, jika mereka bertemu, apa lagi yang akan wanita itu lakukan hingga merubah kehidupan Senja?
"Langit, jangan!"
Ceklek! Tubuh Senja terdorong pintu yang dibuka Langit, gadis itu sedikit menempel pada Langit yang menyembulkan kepala.
"Anak Mama enggak mungkin belum bangun, kamu udah sarapan belum? Ish, kenapa cuman kepala aja, kamu enggak mau peluk, Mama?"
Jantung Senja serasa akan pindah ke lambung mendengar suara wanita itu. Bayangan jika wanita itu menemukan Senja ada di kamar ini, membuatnya gemetar.
"Minggir, Mama mau peluk anak kesayangan. Udah lama enggak ketemu kok enggak ada sambutan! Kamu enggak kangen, Mama?" Gina-mama Langit mengulurkan tangan untuk menarik kuping sang anak.
"Pelukannya nanti bisa, kan, Ma?" Langit meringis, pasti sekarang kupingnya merah matang.
"Hah? Kamu benar-benar ya!" Gina mendorong pintu, dia mendesak ingin masuk ke kamar Langit. Desakan itu mengakibatkan tubuh Senja semakin menempel ke Langit.
Sebenarnya otak Senja menyuruh untuk bergeser tapi entah kenapa mendengar suara Gina tubuh dan otaknya tidak singkron.
"Ma! Langit lagi enggak pakai baju!"
Pandangan Senja turun ke arah celana Langit. Tentu dia akan berteriak nyaring jika berada di satu ruangan dengan lelaki yang tidak memakai sehelai benang pun.
"Astaga! Ngomong dari tadi! Ya udah sana, ganti baju! Mama tunggu di bawah ya!" Suara ketukan sandal Gina menjauh dari depan kamar Langit.
Senja bernapas lega mendengar langkah kaki yang menjauh itu. Untuk saat ini dia masih aman, entah nanti. Karena pada dasarnya, Senja akan berhubungan dengan wanita itu. Satu-satunya cara agar tidak ketahuan, Senja harus menghindar. Bagaimana pun caranya, Gina tidak boleh melihat Senja.
"Kenapa kamu gemetaran?" Suara rendah Langit menyadarkan Senja dari lamunan. Keduanya kembali bertatapan.
"Minggir! Aku tidak ada waktu untuk meladeni kamu!" Senja meraih keranjang cuciannya, dan segera pergi dari sana.
Langit hanya bisa melihat punggung Senja menghilang di balik tembok. Kepergian Senja meninggalkan sejuta tanya. Sikap gadis itu masih sama seperti saat terakhir kali mereka bertemu.
***
Senja dapat melihat mobil pribadi oma melewati pagar menjulang. Di dalam mobil itu ada Oma dan Gina, untuk beberapa saat gadis itu bisa bernapas lega karena bisa menghindari dari Gina.
"Sampai kapan bu Gina di sini?" Senja menyandarkan diri di tembok samping rumah. Semoga saja Gina hanya singgah dan kembali secepatnya. Andai Senja tahu dari awal jika Gina adalah salah satu anak Oma, mungkin dia tidak akan menerima ajakan untuk bekerja di rumah ini.
"Ja?"
"Ya, Bi?" Tepukan di pundak, membuat Senja menoleh.
"Tolong buatkan Aden jus jeruk ya!"
Ingin sekali Senja menolak, tapi bibi sudah buru-buru masuk ke kamar mandi. Ah, dia harus berhadapan lagi dengan lelaki itu.
Menyadari statusnya saat ini, Senja segera ke dapur dan membuatkan pesanan tuan muda itu. Sialnya, jus jeruk yang ada di atas nampan ini tidak dibawa ke kamar, melainkan diantar ke pinggir kolam renang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story: Our World
Short StoryKumpulan cerita pendek warning!!! area dewasa #1 Short Story 4/4/2023 #1 Short Story 5/4/2023 #1 Short Story 6/4/2023 #1 Cerpen 30/9/2023 #4 Oneshoot 5/4/2023