Hate to Love~6 end

3.7K 174 7
                                    

Tarik napas dan hembuskan
Kusedang berperang dengan sinyaaal😭

Siap untuk ending?

Kalau ada typo, kasih tahu yaa

Selamat membaca

Eh, eh klik bintang di pojok dulu👐🫶

Happi reading👐

~

"Jadi lu tidur di kamar lain?"
"Ya elu sih, gue udah nelpon, udah WA, enggak dibuka!" Silva terus mengoceh, gadis itu tidak tahu bahwa yang dibutuhkan Kirana saat ini hanya tidur.

Perjalanan kembali ke ibu kota ditempuh menggunakan pesawat, dan sampai di pesawat Silva masih menodong Kirana dengan pertanyaan.

"Hp gue mati, Va! Berhenti jadi wartawan, gue ngantuk!" Kirana mencegah Silva yang masih keukeh meminta penjelasan.

"Yee! Lu enggak tahu sepanik apa gue semalem, Na! Kalau lu enggak kirim pesan ke gue tengah malem itu, gue udah lapor polisi."

Mata Kirana yang semula terpejam kini terbuka lebar. Tengah malam? Mengirim pesan? Oh tidak mungkin, sedangkan saat itu dia sedang tepar-teparnya. Apa mungkin?

"Iye iye, maaf. Udah ye, gue mau tidur." Kirana kembali terpejam, berusaha mencuri waktu untuk beristirahat setelah begadang semalaman.

"Kenape panas-panas pakai sweeter, Kirana!" Tangan Silva yang gatal menarik kerah sweeter itu.

Secepat kilat, Kirana menjauh dan menepis tangan Silva. Kalau sampai gadis di sampingnya bisa menyibak kerah sweeter putih yang dipakai, habislah riwayatnya!

"Va! Kalau lu enggak diem, gue lempar lu dari atas sini!"

"Ehehehe, sorry, sorry."

Akhirnya Silva memilih diam. Kirana dan kemarahannya adalah combo yang menakutkan.

Padahal acara tadi malam berlangsung seru dan meriah, bahkan setelah pertunjukkan live band dari pihak kafe, teman-temannya yang tak tahu diri itu ikut menyumbang suara sumbang mereka.

Beberapa jam kemudian, pesawat mereka telah mendarat di ibu kota. Setelah ini, acara perayaan benar-benar selesai, menyisakan kenangan yang tidak mungkin bisa diulang.
"Na! Gue nebeng-"

"Ayo!"
Kalimat Silva tersangkut di tenggorokan, gadis itu mendelik menatap Wardhana yang datang dari belakang, dan meraih koper milik Kirana.

Kirana menoleh ke sekitar, beberapa temannya masih sibuk menunggu koper, ada juga yang menunggu jemputan. Clara? Entahlah, gadis itu tak nampak batang hidungnya, entah ikut atau tidak, atau sengaja menghindar darinya.

"Va! Duluan, ya," pamit Kirana. Baiklah, untuk kali ini dia tidak akan memedulikan pandangan orang lain. Toh, setelah ini mereka jarang, bahkan tidak akan bertemu lagi.

"Eh? Iy-ya, ati-ati."
Silva menatap Kirana dan Wardhana yang berjalan beriringan. Akhir-akhir ini mereka memang terlihat dekat, kejadian sepulang sekolah, dan kejadian di kantin, menjadi bukti. Tapi Silva tak menyangka mereka sedekat itu! Kirana tidak mau membahas tentang Wardhana, setiap Silva menyinggung kedekatan gadis itu dengan Wardhana, Kirana berusaha menghindar.

"Eh, tunggu, Wardhana tadi malem juga enggak di kafe." Silva membekap mulut. Apa jangan-jangan?

"Ah! Astaga! Jangan-jangan mereka bikin perayaan sendiri!"

***

"Kenapa?"
tanya Kirana, dia menyadari raut wajah Wardhana tak seceria tadi pagi saat mereka bangun. Beberapa kali lelaki itu mengecek ponsel ketika mereka sedang dalam perjalanan ke rumah.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang