Crazy Girl~5 end

4.3K 230 3
                                    


Malaam👐
Entah kenapa selalu gagal update di sore atau siang hari. Maaf yaa🙏

Sebelumnya aku mau curhat ke kalian, jadi untuk cerita 'Crazy Girl' ini terinspirasi dari lagunya Dygta feat Kamasean- Tapi Tahukah kamu?

Liriknya itu indah banget.

Tapi mungkin di sini aku gambarkan sedikit berbeda, karena Duma yang jatuh cinta lebih dahulu. Duma jatuh sejatuh-jatuhnya, pada pandangan pertama.

Ya, aku gambarkan seperti itu.
Meski aku sendiri memandang sebelah mata akan 'cinta pada pandangan pertama'. Tapi aku yakin di luar sana, banyak keajaiban Tuhan seperti itu.

Yang ingin aku sampaikan, semoga dengan membaca cerita ini, kalian bisa saling bertekad untuk mempertahankan dan memupuk cinta kalian yaaa.

Dan bagi kamu yang masih memperjuangkan, semoga kalian berhasil memenangkan pertempuran itu.

Tak lupa bagi kamu yang masih mencari-cari, lekaslah berjumpa, di waktu dan pada orang yang tepat (untukku juga)

Happy reading🩷

~

"Feeling saya memang kuat, Duma. Tolong jelaskan pada saya, dulu hubungan kita seperti apa?" tanya Tama, wajahnya penuh keputusasaan.

Duma menyeka air mata dengan sebelah tangan. Dia melirik Theo yang masih berdiri di balik jendela mengamati mereka. Berulang kali, Duma menghembuskan napas dalam.

"Hubungan saya, dan Bapak-"
"Hubungan saya dan Bapak bagai gayung tak bersambut." Duma mengamati tangannya yang digenggam erat oleh Tama. Perlahan wanita itu mendongak dan tatapan keduanya bertemu.

"Saya menyukai, Bapak, dan saya mengejar Bapak, lalu saya mendapat penolakan dari Bapak."

Kepala Tama terasa pening mendengar kalimat Duma. Jika memang dia menolak Duma, kenapa hatinya selalu membuncah, apalagi saat bertemu Duma di kantor untuk pertama kali. Ada perasaan yang sulit Tama deskripsikan.

"Bapak sudah mendengar jawaban dari saya, kan? Saya mohon Bapak pergi, saya tidak ingin tetangga melihat, dan mereka berpikir buruk tentang saya."

Perlahan Tama melepas cengkeraman tangannya.

"Saya harap, kedepannya Bapak bersikap seperti biasa. Layaknya seorang bos dan karyawan. Tidak ada yang istimewa antara saya dan Bapak di masa lalu. Kalaupun ada biar saya sendiri yang merasakan dan mengingatnya."

"Permisi, Pak." Duma mengangguk sekilas, wanita itu masuk ke rumah, meraih tubuh Theo untuk digendong, lalu menutup tirai jendela.

Meninggalkan Tama yang masih berdiri di depan pintu dengan sejuta kebingungan. Tama meremas rambutnya. "Kenapa aku harus amnesia!"

Sedangkan di dalam rumah, Duma langsung membawa Theo ke kamar. Wanita itu membawa Theo untuk duduk di ranjang kamar. Bukannya ikut duduk di ranjang, Duma justru luruh, dan bersimpuh di dekat kaki tempat tidur.

Theo mendengar isak tangis Duma yang semakin jelas. Bocah itu turun dan mencoba memeluk Duma yang kini menenggelamkan wajah di antara lutut yang tertekuk.

"Mama, maafin Theo ya."

Duma mendongak, wanita itu meraih Theo dan mendekap tubuh mungil putranya. "Mama yang minta maaf, Theo. Maafin, Mama." Berulang kali Duma mengecup kepala Theo.

"Ma, om tadi papanya Theo, kan?" Theo mendongak, matanya yang jernih menatap penuh harap ke arah Duma.

"Ya, yang tadi itu papanya Theo." Tidak ada gunanya Duma berbohong pada Theo, cepat atau lambat bocah ini akan mencari siapa ayahnya. Bahkan tanpa Duma ketahui, Theo mencari-cari dengan caranya sendiri.

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang