Sematkan vote untuk cerita ini!
Alhamdulillah yang baca banyak, semoga votenya bisa lebih kencang yaaa😂~
"Kalian saling kenal?" tanya Velyn. Gadis bermuka bantal itu menatap ke arah sepupunya.
"Loh, bukannya dia anaknya bi Sumi?"
Senja bernapas lega mendengar kalimat lelaki yang ada di belakangnya. Syukurlah, sepertinya lelaki itu juga memilih merahasiakan semua dari Velyn.
"Ck! Ya, bukanlah, An. Dia Senja, ya hitungannya baru kerja di sini. Udah yuk, balik ke kamar aja! Biar Senja yang beresin."
Senja mendengar langkah kaki yang menjauh. Ketika merasa tidak ada orang di belakang, barulah gadis itu berbalik. Dunia selebar daun kelor! Senja baru percaya hal itu.
"Astaga, jadi dia sepupunya Velyn. Cucu kesayangan oma, yang selalu beliau banggakan."
Kini mereka bertemu lagi, tentu dengan status yang berbeda dan situasi baru. Dia adalah cucu dari majikannya, dan Senja hanya pembantu rumah tangga.
***
'Aku mau daftar jadi tentara kalau udah lulus, kamu harus tunggu aku kembali dari pelatihan!'
Senja termangu menatap tanaman hias yang oma tanam. Kalimat itu kembali teringat oleh otak kecil Senja meski sudah hampir sewindu.
Orang yang mengatakan kalimat itu kini hadir di kehidupan Senja lagi. Tapi kehangatan yang dulu selalu lelaki itu berikan tidak kembali.
"Ja!"
"Eh? Iya, Bi?" Senja terperanjat ketika tepukan keras di bahu menyadarkan gadis itu dari lamunan.
"Ya ampun, kamu melamun? Itu masih banyak yang belum dikerjain. Cucian belum diberesin."
Dengan seyuman kikuk, Senja segera beranjak dari sana. Keranjang pakaian kotor segera diraih, dan mulai berjalan ke anak tangga untuk naik lalu memenuhi keranjang itu dengan pakaian kotor.
Semua ruangan gadis itu masuki. Terakhir dia keluar dari kamar Velyn, tentu nona muda itu menyumbang pakaian kotor paling banyak. Kaki Senja yang akan menuruni anak tangga berhenti ketika teringat sesuatu.
Lirikan mata Senja jatuh pada pintu kayu sebuah kamar yang ada di pojok. Aish, dia hampir lupa jika kamar itu sudah berpenghuni. Seingatnya tadi si penghuni kamar keluar untuk berlari pagi.
"Kayaknya aman, toh aku cuman mau ambil pakaian kotor," gumam Senja. Dengan langkah pasti, dia mendekat ke kamar pojok itu.
Ceklek!
Pandangan Senja langsung mengedar ke seluruh ruangan. Tentu saja ranjang sudah rapi, lelaki itu terkenal akan kerapiannya. Rapi, disiplin, tegas, dan pintar. Sampai saat ini Senja masih tidak menyangka pernah sedekat itu dengannya.
Mata Senja tertuju pada ponsel hitam yang ada di atas nakas. Benda yang sangat penting bagi Velyn dibiarkan tergeletak di atas meja, meski yang punya sedang sibuk mengitari kompleks.
"Baik, aku cepat keluar dari sini." Tapi niat baik Senja itu hilang ketika layar ponsel tersebut menyala.
Dengan tingkat keingintahuan yang maksimal, maka di sinilah Senja sekarang. Berada di samping nakas dan melirik sebuah pesan masuk ke ponsel itu.
[Salsabilla: Kamu sudah sarapan?]
"Ngapain di situ?"
Senja tersentak. Gadis itu buru-buru menjauh dari nakas yang ada di samping ranjang. Masih pagi tapi dia sudah terkejut berkali-kali.
"Anu-Maaf, Den tadi saya mau ambil pakaian kotor." Senja segera berjalan ke pojok kamar. Di sana tumpukan baju kotor milik lelaki itu menggunung.
Lelaki yang baru datang tadi semakin masuk ke ruangan kamarnya. Dia meraih ponsel yang menjadi tujuannya kembali pulang.
"Apa masih ada cucian kotor, Den?"
"Ada!"
Langkah kaki Senja terhenti, gadis itu menoleh ke sana ke mari mencari benda yang dimaksud.
"Di mana-"
Senja tidak bisa melanjutkan kalimatnya ketika melihat lelaki itu melepas kaos hitam polos yang basah karena keringat.Astagfirullah! Ya Allah, maafkan Senja yang malah menikmati pemandangan para otot menggiurkan itu.
"Nih!" Kaos hitam polos itu melayang ke arah Senja.
"Em, apa ada lagi-"
"Lu mau lihat gue telanjang?"
Sontak Senja menggeleng, dia langsung ngacir menuju pintu kamar. Tangan gadis itu terulur meraih handle pintu, tapi kalimat yang keluar dari mulut lelaki itu menghentikan pergerakan Senja.
"Kenapa waktu itu, lu putusin gue, Senja?"
Deg!
Senja menelan ludah dengan kasar. Jawaban apa yang harus diberikan? Pertanyaan ini terdengar kembali setelah terakhir kali mereka bertemu.
"M-maaf, saya tidak mengerti maksud, Aden."
"Lu tahu maksud gue, Senja Kirana!"
Telinga Senja memanas. Nada lelaki itu sarat akan kemarahan.
"Saya permisi."
Brak!
Pintu yang akan Senja buka ditutup paksa oleh lelaki itu. Membuat Senja terlonjak dan menjatuhkan keranjang berisi pakaian kotor.
"Kamu wanita paling jahat yang pernah aku temui!" Kalimat itu tepat berada di belakang Senja, memaksa gadis itu untuk menoleh dan tatapan mata tajam langsung menyambut.
"Kenapa? Kamu mau nangis? Tidak terima dengan kalimatku tadi?" Lelaki yang ada di depan Senja tersenyum tipis.
Mata Senja memanas. Sebentar lagi air matanya akan tumpah tapi sekuat tenaga dia tahan. Kenapa jadi dia yang jahat di sini?
"Minggir!" Senja berusaha melepaskan diri dari kukungan lelaki itu.
"Jawab dulu! Kenapa waktu itu kamu pergi begitu saja? Apa yang salah dari aku waktu itu?" Lengan Senja dicengkeram erat, membuat gadis itu meringis dan air matanya tak bisa lagi ditahan.
"An, kamu belum bangun?" Suara yang sangat Senja kenali terdengar. Kaki gadis itu gemetar dan lelaki di depannya menyadari hal itu.
"An? Ini Mama! Tumben kamu belum bangun!" Handle pintu bergerak naik turun. Tentu pintu tidak bisa dibuka karena Senja bersandar di bawah kukungan lelaki yang sedang dicari oleh orang tuanya ini.
Tangan Senja meremas ujung baju. Dia tidak boleh bertemu dengan wanita yang sudah melahirkan lelaki ini. Tidak boleh! Atau semua akan semakin rumit, apalagi keadaan mereka berada di kamar berduaan, dan lelaki ini tidak memakai baju.
Senja mendongak, tatapan setajam sinar laser itu masih menghunus. Lelaki itu tidak terusik dengan kehadiran sang mama.
"Lepas!" bisik Senja.
"Tidak! Sebelum kamu menjawab pertanyaanku."
Senja menarik napas, gadis itu berpikir sejenak. "Aku pergi karena bosan!"
Nyut!
Rasanya hati Senja tercubit setelah mengatakan kebohongan itu.
"Apa?" Lelaki yang ada di depan Senja mengerut dalam.
"Kamu bosan?" ulangnya.
"Iya, aku bosan! Aku bosan padamu, Langit!"
~
Kira-kira, kenapa Senja tinggalin Langit waktu itu?
Ada yang bisa tebak siapa nama panjangnya? Kenapa dipanggil, An, dan Langit?
Nama panjang karakter pria di sini terinspirasi dari teman sekolah dasarku. Waktu itu, aku pindahan dari desa terus ada satu teman yang namanya unik sampai masih ingat walau kami sekelas cuman setahun. Ayahnya tentara, kebetulan pindah tugas jadi dia harus ikut. Sayang banget waktu itu belum bisa akrab tapi orangnya udah pindah😥
Jadi curhat Saia😌
Terima kasih, vote dan komennya.
Extra Part Gus Farhan sudah ada 3 chapter loooooohhh. Monggo dikepoin.
Terima kasih ya
Pikachu💓
![](https://img.wattpad.com/cover/337941380-288-k882894.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story: Our World
Historia CortaKumpulan cerita pendek warning!!! area dewasa #1 Short Story 4/4/2023 #1 Short Story 5/4/2023 #1 Short Story 6/4/2023 #1 Cerpen 30/9/2023 #4 Oneshoot 5/4/2023