My Fierce Lecturer~4

4.1K 217 0
                                    

Heyooo
Jangan lupa vote dan komen😭
Yang diam aja tak tinggal💃

~

"Aduh, Bi. Sakit di situ." Velyn meringis. Saat ini pergelangan tangannya yang menjadi sasaran kebrutalan Wisnu terasa linu. Niat hati ingin meminta bantuan bibi yang 'katanya' pandai memijat justru pergelangan Velyn terasa lebih linu.

"Waduh, Non. Apa Bibi salah urut ya?"

"Ha? Ish, Bibi katanya bisa! Udah kalau gitu. Velyn takut, tangan cantik Velyn lebih cidera lagi." Velyn mengelus pergelangan tangannya.

"Ya ampun, Non. Padahal si aden yang dijodohin sama Non Velyn kelihatan baik. Kok bisa berbuat seperti ini ya," ucap Bibi, wanita dengan rok hitam dan kaos cokelat yang khas itu membayangkan wajah Wisnu.

"Makanya, Bi sekarang tampang itu tidak menjamin. Anak Bibi di desa jangan dijodohin! Biar dia pilih sendiri," kata Velyn menggebu. Apaan tuh jodoh-jodohan, kayak kita enggak bisa cari sendiri.

"Anak Bibi udah nikah semua, Non."

Velyn mengerjap. "Iya, kah? Ah, sudah pokoknya gitu. Velyn haus, Bi. Buatin jus dooong!"

"Asyiap, Non."

Velyn tertawa kecil, dari mana si bibi tahu bahasa gaul kayak begitu? Tak lupa dia mengucapkan terima kasih pada bibi sebelum wanita paruh baya itu menutup pintu kamar.

Huh! Acara perjodohan memang tidak berjalan mulus. Tadi malam, Oma, dan mamanya pergi ke rumah Wisnu, tentu saja untuk membatalkan perjodohan dan juga menyayangkan sikap lelaki itu. Kata oma, kalau saja dia bukan cucu dari teman, mungkin saat ini Wisnu sudah mendapat balasan yang setimpal.

Lalu bagaimana respons Wisnu dan keluarga? Asal kalian tahu, ini ponsel Velyn dari subuh tadi tidak berhenti berdering, si mantan calon ibu mertua, terus menghubungi Velyn. Entah mengirim pesan teks, pesan suara, bahkan melakukan penggilan telepon.

Sudah Velyn blok nomer si mantan calon ibu mertua, tapi beliau tidak pantang menyerah, pakai nomer lain untuk menghubunginya.

"Gue matiin aja deh nih, hape." Tidak peduli lagi jika ada pesan penting dari teman, atau pengumuman kampus. Velyn mau tidur di pagi menjelang siang ini. Lelah hayati setelah menata hati untuk mengerjakan skripsi.

Ceklek!

Tumben si bibi cepet bikin jus nya!

"Taruh situ aja, Bi! Thanks ya, Bibi tersuyung." Velyn tengkurap, posisi enak sambil memeluk guling.

"Anu, Non-"

"Anu apa, Bi?" tanya Velyn, dia masih enggan membuka mata.

"Ada oma Sari, sama cucu yang satunya."

Mata Velyn membelalak, gadis itu langsung terduduk di ranjangnya. Cucu yang satunya? Maksudnya pak dosen kolot bin nyebelin? Pak Weda?

***

"Aku benar-benar minta maaf, Ratih. Tolong jangan batalkan rencana awal kita. Kamu masih mau kan besanan dengan aku."

Velyn menggeleng mendengar permohonan oma Sari meski tidak akan ada yang melihat penolakannya karena saat ini Velyn bersembunyi di belakang dinding.

"Ratih, cucuku yang satu ini tidak mungkin mengecewakan. Kamu tahu sendiri bagaimana karakter dia." Sari memegang tangan Weda. Dua Oma yang sibuk mengurus rencana besanan itu selalu menceritakan perihal cucu mereka jika bertemu.

"Iya, aku tahu. Tapi apa semua itu bisa menjamin, buktinya cucu kamu yang pertama saja melenceng jauh dari ekspektasi."

Velyn semakin dibuat kebingungan. Ini maksudnya apa?

Short Story: Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang