Baby Tony

1.9K 85 1
                                    

A/N: Jadi ini kisah nya setelah Endgame, tapi Tony gak meninggal. Jadi sebenarnya kan Tony lahir tahun 1970, yang berarti Howard sudah 50 tahun, dan Peggy sekitar 49 tahun-an. I'm not sure, tapi... ikutin aja alurnya. Ini akan membingungkan, tapi anggap aja ketika tahun 1970, Howard Stark berumur 35 tahun, dan berarti Peggy berumur 34 tahun, dan Steve? Banyak pokoknya. Tapi muka 20-an ye gak? (Super Soldier Serum bikin awet muda :v). Enjoy...

~~~

Dia kembali ke masa lalu. Misi awalnya, dia hanya ingin mengembalikan Infinity Stones, tetapi akhirnya, dia berpikir untuk berada disini. Di tempat dimana seharusnya dia berada. Pernikahannya dengan Peggy Carter, kekasihnya berjalan baik. Setelah lama memikirkan Peggy, akhirnya dia bisa menjalani hidup bersamanya. Yap, Steven Grant Rogers, atau yang dikenal dengan Steve Rogers. Steve kembali ke masa lalu dan memilih untuk hidup bahagia bersama Peggy, kekasihnya.

Sore itu, Steve kembali ke rumah sederhananya dan Peggy dengan sekotak kue di tangan nya. Dia menaruhnya diatas meja makan sembari mengecup puncak kepala istinya lembut. Sang empunya hanya dapat tertawa kecil dengan perilaku manis dari suami nya.

"Kau sedang apa?" Tanya Steve dengan suara manisnya.

"Aku baru baru mendapat kabar bahagia." Jawab Peggy lembut sambil menatap mata biru Steve yang sedikit kehijauan.

"Kabar apa?"

"Aku baru saja mendapat kabar bahwa Maria Stark, istri dari Howard baru saja melahirkan." Jawab Peggy dengan senyumnya yang merekah. Steve ikut tersenyum dibuatnya. Entahlah, kenapa perasaannya begitu bahagia, seakan-akan dia baru saja mendengar kabar itu. Padahal dia sudah bertemu dengan si menyebalkan, Tony Stark dewasa.

"Benarkah? Jadi siapa namanya?" Tanya Steve yang terkesan agak iseng dengan menanyakannya. Bagaimanapun, dia hanya memberikan jawaban senormal mungkin dalam mengatasinya. Peggy tidak boleh tahu, bahwa Steve berasal dari masa depan.

"Entahlah. Tapi aku dengar, Howard ingin memberi nama 'Anthony' jika dia memiliki anak. Mungkin itu akan menjadi namanya. Besok kita akan berkunjung kerumahnya dan melihat bayinya. Aku sangat tidak sabar!" Ucap Peggy antusias. Steve hanya dapat memberikan senyum lembutnya lalu menawarkan pelukannya pada Peggy. Peggy menghantam dirinya masuk ke dalam pelukan Steve membuat Steve sedikit tersentak. Tetapi pelukan itu, sesuatu yang sangat Steve inginkan.

.
.
.

Pagi hari yang cerah sudah dimulai dengan senyuman yang indah dari kedua insan ini. Mereka menatap iris coklatnya dan tangannya yang mungil. Seorang bayi.

"Howard, siapa namanya?" Tanya Peggy dengan aksen Rusia nya yang kuat.

"Anthony Edward Stark." Nama itu. Sungguh, Steve sangat merindukan pria pendek dengan double life-nya itu.

"Nama yang bagus. Bagaimana menurutmu Steve?" Tanya Peggy sambil menatap Steve yang sedang tidak fokus dengan keadaan disitu. Entah kemana nyawanya sekarang. Di masa lalu, atau masa depan.

"Steve? Kau disini?" Tanya Howard yang mengagetkan Steve.

"Ha? Ya! Hmm... aku menyukai nama itu. Itu nama yang bagus. Anthony Edward Stark. Aku akan senang memanggilnya Tony Stark."

"Dengan senang hati Captain, kau bebas memanggilnya apapun yang kau inginkan." Jawab Howard antusias. Setelah mengenal Steve, mereka mulai berteman baik. Pastinya Steve merupakan idola bagi Howard karena sifatnya yang jujur dan baik hati. Howard akan memberikan apapun untuk Steve, sahabatnya.

"Aku yakin dia akan menjadi anak yang luar biasa sepertimu. Dia akan mewarisi otak jenius mu dan bisa merubah dunia dengan kecerdasannya." Jawab Steve. Howard hanya tersenyum damai mendengar ucapan Steve. Walau terdengar seperti ramalan semata, namun bagi Steve hal itu merupakan kenyataan. Itulah yang terjadi di masa depan. Howard menggendong Tony yang masih menggeliat dengan aktif. Tony terlihat tentram dan damai di dalam pelukan sang ayah. Well, walau Tony membenci dan menghakimi ayahnya, hanya Steve yang paling tahu tentang Howard.

"Aku percaya padanya lebih dari apapun."

"Jangan terlalu keras padanya." Jelas Steve. Walau itu akan mengubah jalan ceritanya di masa depan, setidaknya dia hanya mengingatkan. Apa yang salah jika dia hanya mengingatkan

"Aku akan mendidiknya sebagaimana marga Stark mendidiknya." Well, Steve tidak mengambil pusing. Setidaknya, Howard tidak memukulnya. Howard tetap menyayangi Tony walau mungkin dia agak keras dan terkesan tidak peduli pada Tony.

"Baiklah, terserah. Tetapi yang terpenting, jangan melakukan kekerasan fisik. Ingatlah satu hal, dia anak mu. Seorang ayah harus bertanggung jawab dalam mengurus dan menjaga anaknya. Whatever it takes..." Dan sekarang, Steve mulai lagi dengan pidatonya. Howard tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku bukan ayah seperti itu Rogers. Aku hanya ingin dia bisa menjadi lebih baik dari ku. Dan ngomong-ngomong, kau terlihat cocok menjadi seorang ayah. Kau tidak mau satu?" Pertanyaan itu membuat Steve terbelalak. Memang, typical Stark. Mereka suka menggunakan hal semacam itu sebagai jokes.

"Mmm... sepertinya tidak sekarang. Iya kan Peggy?" Tanya Steve sambil menatap istrinya. Peggy hanya menautkan tangannya pada lengan Steve untuk mendekat padanya.

"Ya, aku juga berpikir untuk tidak mendapatkannya sekarang."

"Sayang sekali. Kalian cocok menjadi orang tua." Kalimat dari Howard itu sukses membuat mereka semua terbahak. Hari itu berjalan dengan baik. Walau awalnya Steve sedikit nervous untuk bertemu Tony kecil, lama kelamaan Steve mulai terbiasa. Tahun demi tahun pun berganti. 2 tahun setelah Tony kecil lahir. Kini Tony sudah berumur 2 tahun. Dan lihatlah, ditangannya, kini dia sedang memeluk boneka Captain America. Steve merasa sangat bangga sekaligus tertawa kecil melihat Tony yang menggemaskan bagi Steve.

"Bagaimana jika Tony melihat ini hm? Dia pasti akan sangat malu." Steve melihat keadaan sekitar, memastikan bahwa tidak ada orang di kamar Tony selain dirinya (Steve sedang ditugaskan untuk menjaga Tony). Steve pun mengeluarkan Stark Phone dari saku celananya. Benda yang selalu dia bawa kemana-mana walau dia tahu tidak akan berguna juga. Toh mereka tidak akan mengirim pesan padanya dari masa depan. Steve membuka aplikasi kamera lalu memotret bayi Tony yang sedang memeluk boneka Captain America dengan eratnya. Steve tertawa kecil melihat tingkah Tony.

"Aku tidak tahu kau pernah semenggemaskan ini jelly beans." Ucap Steve pelan sambil mengelus lembut pipi gemuk Tony. Sepertinya, Tony sangat mengidolakan pria di depannya ini sampai-sampai, Tony menarik jari jemari Steve. Steve pun tertawa dibuatnya lalu mengangkat Tony dan menggendongnya. Entahlah, terasa aneh jika yang ada dipikirannya adalah Tony dewasa. Tetapi, lihatlah, yang dihadapannya adalah bayi Tony. Tony versi bayi. Tidak ada yang salah dari seorang paman menyayangi keponakannya kan? Lagipula, sekarang dia sudah bersama dengan orang-orang yang spesial untuknya di masa lalu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Walau dia punya harapan. Andai saja, dia bisa menunjukkan foto itu pada Tony di masa depan. Pasti akan sangat mengagumkan.

~~~

Heyho! Agak gak jelas ya? Ya... aku kepikiran, gimana kalo Steve ketemu baby Tony? Aaww... pasti lucu banget kalo reaksinya "This son of a bitch." :DDD

Okey, gapapa... tenang... masih banyak yang aneh di pikiran Author okey?

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang