Eccedentesiast

Muted

《Irondad》

~~~

Pintar, berkuasa, menjadi nomor 1 adalah identitas seorang Stark. Keluarga Stark adalah keluarga dengan dedikasi nomor 1 yang pernah ada dengan kecerdasan diatas rata-rata. Tony, Howard, mereka adalah orang-orang yang dikenal sebagai pembesar nama 'Stark'. Sekarang, tanggung jawab itu diturunkan kepada putranya, Peter-Stark. Anak itu diminta untuk menjadi dirinya, diberi tanggung jawab untuk menggantikan ayahnya serta menaikan nama Stark seperti biasanya. Peter harus menjadi orang yang cerdas, pintar, dan spesial seperti dirinya dan ayahnya.

Sayangnya, semua itu adalah hal yang Peter tidak bisa lakukan. Ia cerdas, tetapi tidak pintar. Kepribadian INTP-T nya membuat dirinya terlihat cenderung aneh dan tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Dirinya yang tanpa ia sadari spesial hanya terliat seperti orang level bawah yang tak berguna. Lagi-lagi ia harus gagal dan gagal mewujudkan keinginan ayahnya. Sebanyak apapun usaha yang ia keluarkan tidak pernah membuahkan hasil yang luar biasa bagi ayahnya.

Hal itu serasa seperti kutukan baginya. Ia jadi ingat masa kecilnya. Masa kecil yang seharusnya tidak dirasakan oleh selayaknya anak kecil. Dari TK sampai SD kelas 5, hidupnya hanya penuh dengan ketidak-adilan dan pembullyan. Anak sekecilnya? Ya. Itu nyata, dan bisa terjadi pada siapa saja. Dia pemalu, dia bodoh, dia ceroboh, semua hal kecil itu adalah bahan terbaik bagi teman-temannya untuk membullynya. Mmm... teman? Ntahlah.

Karena ketidakmampuannya bersosialisasi, anak-anak lain menganggapnya bisa. Seorang anak laki-laki selalu datang untuk membullynya bahkan tidak segan untuk memukulnya tepat diwajahnya. Dia menangis. Dia ingin seseorang memperhatikannya. Ia tidak ingin terus dipukuli seperti itu. Pada akhirnya guru datang karena kericuhan itu. Tetapi bukannya dukungan yang ia dapat, dia malah mendapat omelan dari guru itu－ menyalahkannya atas sikap lemahnya itu. Maksudku, itu identitas seorang anak kan? Mereka tidak belajar apa-apa dari siapapun perihal pergaulan. Tidak ada yang memberinya clue akan seperti apa dunia lingkup sosial itu. Dia hanya mencoba menjadi dirinya sendiri. Dan itulah jati dirinya. Introvert aneh yang tidak punya teman. Tapi dia hanya ingin kebebasan, bukan pukulan. Tapi kenapa... guru itu malah menyalahkannya? Dengan sebisa mungkin ia hanya bisa menahan dirinya agar tidak mengundang kemarahan lebih dari guru itu. Ayah pasti akan merasa kecewa dengannya.

Ya, kehidupan anak TK harusnya menjadi momen paling membahagiakan. Bermain petak-umpet, bermain kejar-kejaran, semua hal itu. Tetapi sayangnya, tidak ada yang mau mengajaknya. Well, dia tidak memperdulikannya, lagipula ia tidak mau mengganggu. Dia hanya duduk di kelasnya sambil bermain dengan berbagai balok. Sesuatu di otak cerdasnya mulai bergerak membuatnya terus mengkhayalkan sesuatu. Beberapa kali ia berbicara sendiri seakan-akan ada hal dipikirannya yang mengajaknya bicara. Dia membangunnya menjadi sebuah kota kecil di Vinece. Tempat ia pelajari dari salah satu kartun favotit nya.

"Hati-hati bisu!" Dengan sengaja, anak itu－ Flash Thompson menghancurkan balok-baloknya. Ya, anak itu satu-satunya yang tidak bisa membiarkannya tenang hanya untuk sehari. Ia selalu ketakutan bahkan hanya untuk mendengar nama itu saja. Baiklah, harus apa lagi? Membangun kota kecil itu lagi? Tentu tidak. Ia membereskannya dan menyerah dengan 'kesenangan' yang seharusnya ia miliki.

Tiap hari rasanya seperti neraka walau hanya untuk sekedar anak TK. Flash tak pernah meninggalkannya sehari saja. Jika ada kesempatan, ia akan menjelek-jelekannya dihadapan banyak orang atau dirinya sendiri. Dia meminta Peter untuk memanjat tiang jika ingin berteman dengannya. Tentu saja Peter melakukannya hanya untuk mendapat status dari Flash. Tetapi seorang Flash? Menerimanya begitu saja? Tentu saja tidak. Ia menarik kaki Peter tiba-tiba, membuat Peter terjatuh dari tiang itu. Tidak ada yang terluka, tetapi untuk anak kecil, tersandung kaki sendiri saja rasanya sudah seperti kecelakaan mobil yang menyakitkan.