Jealous

1.3K 68 13
                                    

A/N: Lagi gak pengen cerita yang berat-berat. Jadi aku buat ini aja. Selamat datang kedalam cringe yang teramat dalam.

Oh ya, kemarin Ulang Tahun Tom Holland, so Happy Birthday to him ❣🎉 sebenarnya aku udah siapin satu chapter khusus, tapi sayangnya belum kelar. Jadi... yaudah.

Agak sedih gabisa ngeliat para selebriti nge-post SG tentang Ulang Tahun Tom. Positif aja, mungkin lewat chat or something like that. Agak sedih sih, sebagai kaum yang Ulang Tahunnya terlupakan.

But anyway, let's back to the story and...

Enjoy...

~~~

"Stevie... ayolah, kau belum melihatku sejak 10 menit!" Steve memutar bola matanya. Saat ini mereka sedang berada ditengah meeting dengan Nick Fury, untuk mendiskusikan perihal Bucky Barnes, sahabat lama Steve yang merupakan anggota HYDRA. Lagipula, Steve merasa sedikit kesal pada Tony karena kemarin, ia datang ke  Sanctum Sanctorum-nya Stephen Strange. Mengingat perlakuan si dokter mesum itu, membuat Steve kesal. Ia tidak suka ada orang lain yang menyentuh suaminya. Sebisa mungkin, Steve memfokuskan rapat ini pada Bucky ketimbang Tony. Karena faktanya, dia memang orang yang serius dan fokus pada satu hal. Tidak seperti Tony yang selalu menganggap semua hal hanyalah jokes.

"Baiklah, aku minta Steve, Nat, dan Sam untuk mencari informasi mengenai James Buchanan Barnes ini. Siapa yang ada dibelakang nya, dan apa yang akan ia lakukan." Pinta Fury yang diberi anggukan oleh ketiganya. Tony hanya mendengus kesal. Padahal ia mau menjelaskan perihal kedatangannya ke Sanctum Sanctorum milik Strange.

"It's not fun Eye Patch. Aku mau ikut kemanapun Stevie pergi." Ucap Tony yang tidak digubris oleh ke-empat nya. Fury, Maria Hill, Nat, Steve dan Sam langsung berdiri dari posisi mereka lalu berjalan pergi. Clint dan Rhodes yang sadar bahwa omongan Tony tidak digubris  langsung menyemburkan tawanya kasihan pada Tony. "Apa dia cemburu?" Tanya Tony pada mereka yang masih sibuk tertawa.

"Tentu saja Tony! Dia cemburu dan pindah ke lain hati." Kalimat dari Clint itu berhasil membuat Tony melayangkan satu pukulannya di lengan Clint. Dengan rasa kesal dan bete, dia berdiri dari tempat duduknya dan langsung berjalan kearah  ruang santai. Disana, ia bertemu dengan putranya, Peter yang sedang bermain video game. Dari belakang, Tony melingkarkan lengannya pada Peter dan mengecup puncak kepala putranya itu.

"Hey Dad!" Sapa Peter yang masih terfokus dengan video game nya. Tony langsung memposisikan dirinya disamping Peter.

"Pete, ayah ingin bertanya." Peter langsung mem-pause permainan video nya lalu memfokuskan pengelihatannya pada ayahnya.

"Ya?"

"Begini... Papa mu tampaknya sedang sedikit kesal dengan ayah. Apa kau punya solusi? Cara supaya papa mu tidak marah lagi padaku?" Tanya Tony. Peter tampak menimbang-nimbang pikirannya. Dia juga tidak mengerti apa-apa perihal percintaan.

"Kenapa Papa kesal?"

"Karena kemarin ayah pergi ke Sanctum Sanctorum Stephen. Kau ingat kan?" Peter lamgsung mengangguk pertanda ia ingat. Sepertinya dia sudah tahu arahnya kemana.

"Mungkin ayah perlu make over!" Ucap Peter riang yang diberi blush oleh Tony. Make over? Sesuatu yang wanita biasa lakukan? Tapi kenapa Peter menyarankan make over daripada hal lain?

"Ke-kenapa make over?" Tanya Tony perlahan, berusaha tidak mematahkan semangat putranya yang manis itu.

"Peter tidak tahu. Tapi sepertinya, salah satu efek orang saling membenci adalah karena bosan. Supaya Papa tidak bosan dengan ayah, ayah perlu di make over."

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang