Be Your Enemies

632 27 4
                                    

《STONY》

A/N: Sequel dari 'Be Your Friend'. I hope you enjoy it. Aku lelah karena tugas sekolah, dan aku ingin santai sedikit.

~~~

Steve selalu mengingatnya. Wajah yang sangat manis yang selalu menatapnya dengan kedua bola mata cokelatnya. Samar-samar, tapi wajah itu ada di sana. Seorang anak kecil laki-laki yang sangat manis. Steve tidak tahu dari mana mimpi ini selalu berasal, tetapi... ada suatu momen, ketika ia menutup matanya, wajah anak laki-laki itu selalu datang. Dan lagi, dan lagi, dia harus mengambil pil tidurnya supaya ia tidak harus tersiksa akan pikirannya mengenai anak itu. Dia ingin tahu banyak hal mengenai anak itu. Dia ingin bicara dengannya dan menanyakan banyak hal padanya. Tetapi ketika dia menyentuhnya, anak itu menghilang. Semakin lama, wajah itu tak pernah lagi muncul di mimpinya, dan membawanya pada realita, bahwa anak itu tidak akan pernah ada di hadapannya. Walau dia berharap, walau dia memohon, wajah itu tidak akan pernah datang. Tergantikan oleh tubuh bersimbah darah yang selalu hadir di gelapnya malam. Tubuh yang memohon lebih seakan-akan  hidupnya akan jauh lebih berarti jika Steve membiarkannya pergi. Steve tidak tahu apa yang dia lakukan, sungguh. Tapi dia harus melakukannya, agar tidak ada yang menyakitinya lagi. Agar dia bisa melindungi ibu dan ayahnya yang selalu HYDRA katakan padanya itu. Dia tidak tahu di mana mereka, siapa mereka, tetapi HYDRA bilang... mereka ada. Dan jika Steve tidak melakukan apa yang mereka mau, HYDRA bisa saja melenyapkan kedua orang tuanya semudah meniup biji bunga Dandelion.

Steve menurut. Dia selalu begitu. Dia berusaha tidak melihat orang-orang di sekitarnya. Dia berusaha mengabaikan banyak hal dalam hidupnya demi melayani HYDRA yang bahkan tidak dia ketahui siapa. Dia punya nurani. Dia punya hati. Dan dia Steve Rogers. Steve tahu itu, dia tidak bodoh. Tetapi dia hanya menurut dan bersikap seolah-olah dia berada di bawah pengaruhnya. Bersikap seolah-olah, orang yang ada di depan mereka adalah...

"Captain HYDRA?" Seseorang memanggilnya. Yup, itulah panggilannya di sini. Lebih seperti... panggilan professional? Seperti dokter yang mendapat julukan 'Dokter', atau tentara berpangkat tinggi yang mendapat panggilan 'Sersan'. Tetapi dia... Captain. Dari kecil, dia sudah di latih menjadi seperti ini. Menjadi sekuat ini. Dan dia sudah berusaha selama 15 tahun, dan dia berhasil. Setidaknya, dia masih memiliki kekuasaan di sana. Walau... ya... dia lebih seperti boneka tangan yang hanya berfungsi untuk di mainkan dan membuat mereka bahagia. Dia hanya kehilangan ingatannya, tetapi dia tidak bodoh. Dia hanya berpura-pura, dan menurutnya, hal tersebut adalah tindakat yang cerdas.

"Ada apa? Aku ingin pulang." Oh... yeah. Apartement kecil yang ia miliki, adalah 'rumah' nya. Bukan apa-apa tapi... dia pernah mendengar perkataan orang-orang bijak: 'Rumah adalah tempat di mana kau bersama dengan orang-orang yang kau sayangi'. Hmm... dia tidak punya itu. Jadi bisa dibilang agak lucu. Dia agak tidak percaya dengan kata 'rumah' di saat yang ia miliki hanyalah atap untuk berteduh, dan ruangan hangat dan nyaman yang bisa dia pakai untuk beristirahat. Mungkin juga... tetangga aneh yang selalu pulang sesekali dan pergi sesekali. Dia tidak begitu mengerti wanita itu. Tetangganya, Michelle. Sayang sekali, cerita ini bukan tentangnya.

"Hari yang buruk? Kau terlihat sangat kesal hari ini-"

"Cut the crap." Pria yang tengah berdiri di hadapannya tak terlihat begitu terkejut melihat sikap Steve yang tidak sopan dan menyebalkan itu. Justru, kekasarannya adalah tanda, bahwa Steve adalah bagian dari HYDRA. Bahwa kegelisahannya sudah tidak ada di dirinya dan membuatnya menjadi sepenuhnya HYDRA. Pria itu hanya memberinya tatapan tajam yang menunggu. Ia ingin mendengar penjelasan Steve. "Fine! Pria yang kau kirim untuk menjadi 'client' ku sangat payah. Aku mencekiknya sedikit dan dia mati. Tidak seru!" Tidak. Dia hanya benci pekerjaan ini. Itulah kenapa Steve menjadi sangat galak dan posesif. Dia hanya benci membunuh orang. Itu yang dia coba katakan, tetapi... HYDRA tidak cukup cerdas untuk mengetahuinya. Di sisi lain, pria itu tertawa.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang