I'm Sorry

1.3K 79 7
                                    

A/N: I'm not in a mood today. I crying a lot. I don't want to be in update but I just get a messenge that I fail my test. Ini bukan pertama kalinya aku gagal test, dan justru itu alasan kenapa aku sedih. BECAUSE I'M SO STUPID! WHY?! I TRY ALL MY BEST BUT THEN I FAILED AGAIN AND AGAIN! Not the fact that I failed. But the fact that someone get's better than me. Orang yang aku bantu nilainya jauh lebih bagus dari aku. Kenapa gak adil? Apa dia gak tahu seberapa berartinya nilai itu buat aku? My parents will beat me. Mereka gak mau ambil rapot aku karena mereka gak mau liat nilai aku. So why life so cruel? They can laugh, they can smile but me? I'm just a piece of shit. I'm nothing than a failure.

I think my life doesn't have meaning at all.

~~~

~Peter POV~

Aku bersumpah sudah mengerahkan semua tenaga ku dalam hal ini. Aku yakin sekali Tuhan memang membenci ku saat ini. Bagaimana bisa aku mendapat nilai yang buruk dalam ujian akhir ku? Oh tidak, aku tidak akan bertanya. Tidak akan ada yang mengerti. Apa akan ada satu orang saja yang mengerti dan bilang bahwa 'Yang penting kau mengerjakannya dengan jujur'? Apa akan ada satu orang saja yang mengerti dan mencoba untuk membuatku merasa nyaman? Faktanya tidak ada sama sekali! Yang ada hanya teriakan, penghinaan, kekesalan.

Ini sudah yang kelima kalinya aku mencoba menahan tangis ku saat ayahku, the greatest Tony Stark kembali memarahiku perihal nilai akhirku. Aku kini tinggal di Stark Tower. Bangunan yang hell, tinggi sekali. Aku diadopsi oleh ayahku saat umurku 5 tahun. Aku pikir hidupku akan menjadi menyenangkan. Trtapi menyinggung nilai dan segala Spider-Manning ku benar-benar bisa membuatku gila.

Masalahnya sekarang, aku tidak bisa lepas dari ayahku yang sedang asyik memarahiku. Setiap kata yang dia lontarkan sangat menyakitkan. Lebih menyakitkan dari pada pisau yang mencoba untuk menusukku berkali-kali. Setiap usaha yang aku lakukan tidak bisa membuatnya terkesan.

Aku merasa agak mual mendengar itu semua. Hatiku terasa teremas saat ini. Darah yang seharusnya mengalir di jantungku rasanya sengaja dihentik kan. Mata ku mulai buram karena kumpulan air mata yang aku coba tahan. Aku mencoba untuk mengalihkan fokus ku, berusaha untuk tidak mendengarnya. Tapi rasanya sulit saat aku sendiri tidak bisa melakukan apa-apa. Ayahku seketika terduduk dan menatapku dengan segala kekecewaan di matanya.

Ayahku memang bukan tipikal ayah yang suka marah-marah. Bahkan selama aku hidup, aku belum pernah mendengar ayah ku membentak ku. Tapi kali ini, iblis seakan-akan merasukinya. Dengan senang hati, ia melontarkan segala kalimat itu.

"Pergi ke kamar! Sekarang!" Teriak ayahku sambil menunjuk kamarku. Hell, aku juga tidak mau tetap dihadapan mu.

Aku berjalan ke kamar perlahan, berusaha tidak membuat annoying sound yang bisa membuat ayahku memukul ku dengan senang hati. Dikamar, aku langsung menutup pintu ku dan menangis tanpa suara. Aku berusaha menutup mulutku, dan menarik nafas perlahan, berusaha agar tidak membuat suara kekalahan di balik pintu. Well, mereka tidak akan tahu. Mereka tidak akan tahu akan apa yang sudah aku lalui. Mereka hanya menerima hasilnya tanpa melihat perjuangan ku sedikitpun.

Aku menghapus air mataku yang sempat mengalir deras tadi. Aku mengerutuki kebodohan ku mengenai air mata yang keluar. Seakan-akan aku merasa bodoh melakukan hal ini. Aku menatap diriku dikaca. Mataku yang sembab dan pipi yang basah membuatku menampar wajahku sendiri. Aku menarik kedua sudut bibir ku berusaha membuat seulas senyuman ceria yang biasa aku suguhkan. Berusaha ceria dan tertawa disaat keadaan sedang tidak memungkinkan.

Sungguh, rasanya seperti sebuah lelucon. Tuhan sedang menyuguhkan sebuah komedi dihadapanku. Komedi yang membuatku tertawa sambil menangis. Aku tidak mengerti lagi, kenapa Tuhan sebenci itu padaku. Aku sudah berusaha, aku sudah lakukan yang terbaik. Setidaknya satu orang saja, buat aku merasa nyaman dan aman. Aku bisa gila dibuatnya. Aku mengambil earphone dan handphone ku berusaha untuk mendengar musik sekencang mungkin. Aku memutar sebuah lagu yang bertemakan tentang... bunuh diri. Ya, setiap kata-katanya sangat mendalam. Lagu yang menjadi favorit ku akhir-akhir ini.

'Tidak ada yang menginginkanmu.'

'Dia bahkan kecewa padamu.'

'Mati saja kau...'

Bisikan-bisikan itu bagai masuk kedalam diriku. Aku saat itu sedang mencoret-coret sesuatu di dalam buku harianku. Aku menggambar sebuah mata. Mata yang akan mengalirkan air matanya. Mata yang mengaharapkan lebih, tetapi tidak mendapatkan apa-apa.

Aku rasa aku tidak bisa tahan lebih lama.  Aku memang... tidak berguna. Aku memang.... tidak ada apa-apanya. Aku memang.... hanya aib. Aib bodoh yang tidak seharusnya lahir.

Aku menatap kearah kaca. Melihat kebawah seberapa tinggi lantai ini. Aku menaikkan kaki ku hingga berada di ujung jendela. Aku menatap kembali kebawah, memikirkan apa yang aku lakukan benar?

'Ini tidak terlalu tinggi. Aku rasa aku hanya akan dibawa kerumah sakit.' Pikirku mencoba meyakinkan.

Well, aku tidak menyesal. Walau aku tidak akan kembali lagi. Sampai jumpa. Aku harap kalian bisa lebih bahagia tanpa aku.

'Sorry can't save me now
Sorry I don't know how
Sorry there's no way out (sorry)
But down'

~~~
I'm sorry for being overdramatic. I'm sorry for share all of my problem with y'all.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang