One Chance

639 50 11
                                    

《PDS》

A/N:  [NO EDIT]

WARNING! Angst, sad, hurt (no comfort), death.

Sebenarnya mau dimasukin ke Iron-Dad, tapi ini gak ada Iron-Dad Iron-Dad nya sama sekali, jadi... ya.

Cerita ini dibuat berdasarkan request. Ada yang request "Peter digantikan oleh orang baru di Stark Tower. Dan Peter jadi sedih dan bunuh diri". That's a great idea tbh! Kayaknya aku pernah buat, tetapi aku lupa judulnya apa. So I think I just have to made another one.

Tetapi... Peter tidak bunuh diri ya guys. Karena itu terlalu extreme (flashback to all my scude ending stories(・∀・)), dan terlalu egois and make him more... weak? Jadi di sini kematian Peter agak beda.

So... enjoy!

~~~

Segala hal telah ia lakukan. Ya, segala hal. Dia selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik untuk membuktikan kepada mentor nya, bahwa ia adalah yang terbaik. Tapi, seberapa banyak pun dia berusaha, sebanyak apa pun dia mencoba, mentor nya- Tony Stark, tidak akan pernah puas dengannya. Dan hal itu, membuat anak berusia 15 tahun itu kecewa akan dirinya sendiri. Tidak ada yang spesial dari dirinya. Dan itulah alasan kenapa Tony bersikap dingin padanya.

Sejak dirinya mendapati kenyataan bahwa dirinya adalah Spider-Man, dia sudah melatih dirinya untuk menjadi pahlawan super yang bisa membantu banyak orang. Dia tidak ingat dengan pasti, tetapi sepertinya, dalam keadaan itulah dirinya terbawa sendiri oleh arus takdir untuk dipertemukan dengan Tony Stark. Dibawah didikan dari mentor nya, dia dilatih untuk menjadi pahlawan yang kuat dan hebat. Tony selalu mengharapkan sesuatu dari Peter. Sesuatu yang spesial dan prestasi yang akan membuat dirinya bangga akan kehebatan Peter dalam berusaha sendiri.

...

Tidak. Tony tidak bilang begitu. Itu semua hanya ada di dalam karangan fantasinya. Kehebatan Tony dalam mendiami Intern nya itu membuat Peter selalu berpikir, bahwa dirinya tidak pantas. Bahwa karena dirinya lah, Tony mulai bersikap seolah-olah tidak mengenal dirinya lagi. Mungkin karena Peter kurang bertalenta, atau dirinya kurang hebat dalam melakukan sesuatu. Bagaimana pun, dia tetap berusaha agar selalu menjadi yang terdepan. Dia ingin membuat dirinya sendiri berjalan di samping Tony, bukan dibelakangnya, ataupun di depannya. Dia ingin berjalan berdampingan dengan Mentor nya dan membuat Mentor nya bangga akan dirinya. Walaupun begitu, ia selalu gagal.

Apalagi, setelah kedatangan sahabatnya maupun rivalnya di Avengers Tower. Ya, siapa sangka, pria itu, Harry Osborn yang sekaligus dikenal sebagai Green Goblin akan direkrut juga oleh Tony Stark bahkan dari para Avengers langsung? Dan setelah kedatangan anak itu, seakan-akan semuanya berubah. Semua orang membanggakannya. Mungkin Peter tidak bisa cemburu terhadapnya karena dia sendiri mengakui kehebatan kekuatan sahabatnya itu. Dia sadar, bahwa dirinya juga tidak sehebat Harry. Dan lagi, anak itu terlalu baik di mata Peter sehingga sulit baginya untuk membencinya. Ah, apalagi Peter tak bisa membenci orang lain.

Oh ya, apalagi setelah kejadian si manusia pasir Sandman itu. Perbedaan mereka jelas terlihat. Harry berhasil menghancurkan makhluk itu, dan bukan dia. Para Avengers datang ketika Harry sudah menghancurkan raksasa itu. Walau merek menggabungkan segala tenaga dan kekuatan mereka, tetaplah, Harry yang disanjung di sana. Bagaimana pun juga, dia yang menghancurkan Sandman, bukan Peter.

Peter masih mendengar dengan jelas, gumam-an Tony yang berkata "Great job, kid" yang terarah kepada si penyandang nama Green Goblin itu. Peter yang berdiri tak jauh dari sana hanya menundukkan kepalanya, tak berani menatap mata Mentor nya yang ada di sana. Seseorang yang secara tak langsung ia anggap sebagai Father Figure nya. Bahkan sang Captain, Steve Rogers, berterima kasih pada Harry untuk bantuannya. Sesuatu yang bahkan Peter tak pernah rasakan selama ia ikut dalam misi yang sama dengan anggota Avengers lainnya.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang