Waiting In The Wings

746 39 0
                                    

《SupFam》

A/N: Lanjutan dari yang waktu itu. Bukan lanjutan, potongan. Udah janji kan? Tapi mungkin gak akan sepanjang itu. Cenderung sedikit mungkin.

Oh ya, kemarin (Selasa) aku gak publish? Sorry, kemarin aku presentasi yang cukup memakan waktu. So I don't have any chances to publish this chapter. Dan kemarin... aku ketiduran. Huaaa I'm sorry. But here it is guys... Dan... hari ini adalah hari perdana 'Come Back Home' publish. Jangan lupa dibaca ya...

Enjoy...

~~~

Kisah happily ever after yang dirasakan Peter memang nyata. Setelah pernikahan yang indah antara Ayah dan Papa nya, ia pun memiliki keluarga lengkap yang menyayangi nya dan akan selalu bersamanya. Walau pun begitu, Papa nya masih tidak bisa menghabiskan waktu dengannya maupun Ayahnya. Bukan tidak bisa, tapi jarang. Kesibukan nya kadang mengharuskan mereka untuk berdua di rumah sebesar itu. Tidak termasuk pelayan, supir, atau pun pelayan.

Ayahnya memang baik. Dia selalu membantu Peter mengerjakan tugas, atau membuatkan Peter camilan enak yang selalu ia santap pada sore hari. Tetapi walau begitu, Peter tetap merasakan ada ruang kosong di hatinya yang membuatnya bingung. Dia bahagia memiliki seseorang yang memerhatikan nya walau bukan Papa nya. Tapi jika bukan Papa nya, rasanya tetaplah hampa. Ia ingin merasakan rasanya sesekali di temani oleh Papa nya, atau dibantu tugasnya oleh Papa nya. Dia ingin melakukan sesuatu yang mungkin seorang putra dan Papa nya lakukan. Tony selalu bilang padanya bahwa Steve selalu sibuk. Ya, Peter tahu. Dan dia ingin Papa nya tidak sibuk untuk sehari saja. Apa itu permintaan yang egois untuk seorang anak seperti Peter? Ya, rumahnya luas, ya, dia bisa membeli apapun yang ia inginkan. Tetapi kebahagiaan, apa itu bisa dibeli? jika bisa, Peter akan membayar semahal apapun itu untuk merasakan kebahagiaan bersama Papa nya.

"Bear, kau tidak mau makan?" Tony bertanya kepada putranya yang terlihat sedang membaca buku di ranjang nya. Dia terlihat agak murung, tidak seperti biasanya. Dan hal itu cukup menarik perhatian Tony. Peter hanya menggeleng kecil untuk menolak tawaran Ayahnya itu. "Why? aku pikir kau selalu ingin makan. Apa ada yang kau pikirkan?" Tanya nya. Perlahan-lahan, Tony duduk di pinggir tempat tidurnya, sedangkan Peter mulai beranjak untuk memeluk Ayahnya. Tony juga membalas pelukan itu dengan pelukan yang tak kalah hangat.

"Aku hanya... rindu Papa." Ucapnya singkat. Tony mengerti perasaan Peter. Dia juga rindu Ayah nya. Tetapi orang yang sudah tiada tidak bisa dikembalikan kan? Tapi untuk kasus Peter, mungkin dia ingin Steve pulang ke rumah dan menghabiskan waktunya dengan Peter. Tony juga merasakannya, bahwa Steve jarang sekali mendapatkan waktu luang untuk keluarganya. Dia suami yang baik, dia Papa yang baik, tetapi waktunya tak pernah ada untuk keluarganya. Tony hanya bisa mengelus rambut Peter dengan penuh kelembutan yang bisa ia berikan.

"Yeah, I know sweetheart. Tapi dia sedang sibuk. Kita tidak bisa melakukan apapun selain menghargainya."

"Aku sudah menghargainya. Aku mengerti, aku tidak akan tinggal di rumah mewah ini jika bukan karena Papa. Tapi sesekali aku ingin merasakan kasih sayang dari Papa." Tony semakin tersentuh mendengarnya. Dia memang ada di umur dimana ia bisa mengungkapkan isi hatinya mengenai orang tuanya. Dan sepertinya ia sudah mengeluarkannya. Dia ingin Steve pulang. Dia ingin Papa nya ada untuknya. Jika saja rumah mewah ini bisa ia tukar dengan kasih sayang, ia akan melakukannya dengan senang hati. Lebih baik dia tinggal di rumah kecil dengan penuh kebahagiaan dan kasih sayang dari pada seperti ini.

"Aku rasa, kau harus mengatakannya langsung padanya. Aku yakin dia mengerti." Peter menggeleng mendengar saran itu. Jujur, ia takut mengatakannya langsung tepat dihadapan kedua mata biru Steve.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang